Begini Adaptasi Buku ‘Ngeri-Ngeri Sedap’ ke Film Layar Lebarnya

Siapa yang sudah meneteskan air mata dalam studio saat menoton ‘Ngeri-Ngeri Sedap’?

 

Ngeri-Ngeri Sedap‘ sudah meluncur di bioskop Indonesia 2 Juni 2022. Sebelum film in rilis reguler di bioskop, bahkan acara roadshow untuk mempromosikan film ini, telah mendapat respon yang luar biasa positif dari berbagai media dan pihak luar yang menonton.

Membawa deretan pemain komika, film ini tetap mengedepankan drama keluarga ketimbang unsur komedi. Dari mulai Boris sebagai Domu, Lolox sebagai Gabe, Gita sebagai Sarma, dan Jegel sebagai Sahat. Walaupun diisi oleh Arswendy sebagai Pak Domu, Tika Pangabean yang juga sering bermain dalam film bernuansa komedi menambah kuat bahwa film ini akan kental akan unsur komedinya.

Tapi jangan dulu menilai sebelum menonton. Film ‘Ngeri-Ngeri Sedap’ diadaptasi dari buku novel karya sang sutradara Bene Dion berjudul sama, dari penerbit Bukune di tahun 2014. Dengan sampul komikal menampilkan foto dirinya juga, sudah sangat terbaca bahwa ini adalah pengalaman hidup yang lucu dari Bene Dion sendiri.

Dan betul saja novel ini berisi pengalaman hidup dari Bene Dion yang hidup di keluarga batak dan perantauannya. Jika para pembaca bukunya pasti sudah tahu apa beda buku dengan filmnya di bioskop.

Cineverse telah membaca secara utuh dan mencatat perbedaan yang disesuaikan dengan film yang kalian saksikan. Perubahan ini bisa dibilang massif mengingat dalam film sudut pandang lebih ke arah orang tua yang menunggu anak-anak mereka pulang dari rantauan.

Penamaan tokoh

Dalam buku, Bene Dion tidak secara spesifik menamai para tokoh dan karakter. Baik itu orangtua di kampung, dan keempat anaknya. Bene lebih sering menceritakan dirinya dan hubungannya dengan saudara kandungnya. Orangtuanya yang lebih sering dituliskan Bapak dan Mamak, berubah menjadi Pak Domu dan Mak Domu untuk memudahkan penokohan dalam film.

© Imajinari

Pengalaman merata kakak beradik

Persamaan 4 kakak beradik yang sudah disesuaikan, juga ditambah agar porsi keempatnya seimbang dan mengisi masalah masing-masing untuk memperkuat konflik keluarga mereka. Pengalaman Bene dalam buku cukup banyak yang dipotong untuk keseimbangan cerita dalam film.

Walau cukup banyak kesamaan masalah, dari mulai rantauannya ke Jogja hingga tak mau pulang. Karakternya dalam film dimainkan oleh Indra Jegel dengan nama Sahat. Namun masalah lain saudaranya, Bene menuturkan melakukan riset untuk konflik keluarga di jaman sekarang. Dan terbukti, beberapa masalah besar di film ini, sangat menyentuh emosi para penonton.

Tersimpannya makna ‘Ngeri-Ngeri Sedap’

Di awal chapter buku ini, Bene bercerita hidup dalam budaya batak dan beberapa adat yang tersirat dalam kehidupan sehari-hari. Bagaimana banyak anak Batak merantau ke luar daerah dengan tujuan menakhlukan dunia tanpa pikir panjang.

Dalam film, ‘Ngeri-Ngeri Sedap’ seakan dipendam, dan lebih menonjolkan solusi keluarga mereka. Makna merantau dan kehidupan “Ngeri” dari adat Batak yang terkenal keras, diselesaikan dengan babak akhir yang “Sedap”.

© Imajinari

Penulisan naskah yang diubah cukup banyak dari buku, terbukti berhasil tanpa mengecewakan para pembaca bukunya dahulu. Biasanya para pembaca akan membandingkan versi buku dan berbagai kekurangan filmnya karena batasan durasi.

Semua penyesuaian dari buku bisa dibilang berhasil. Banyak respon positif dari para penonton Batak, bahkan yang bukan Batak pun juga berhasil tersentuh. Jadi, para Cilers yang belum menonton, apa tidak penasaran dengan film ini?

Exit mobile version