“Kalau anak berkembang, orang tua juga harus berkembang karena kita ga akan pernah berhenti jadi orang tua” – Opung ( Ngeri-Ngeri Sedap).
Satu film debut dari Imajinari merupakan drama komedi bertajuk keluarga berjudul ‘Ngeri-Ngeri Sedap’. Hampir seluruh crew dan pemain merupakan penggiat seni yang mempunyai darah batak. Bahkan komposisi scoring diisi oleh Viky Sianipar.
Disutradarai dan ditulis oleh Bene Dion Rajagukguk berdasarkan novelnya dengan judul sama, yang rilis pada tahun 2014 silam. Rumah produksi Imajinari merupakan Kerjasama Ernest Prakasa dan Dipa Andika yang juga berlaku sebagai produser di film ini.
Ini juga merupakan film kedua Bene Dion Rajagukguk sebagai sutradara setelah ‘Ghost Writer’ di tahun 2019. Proses syuting film ‘Ngeri-Ngeri Sedap’ sebenarnya telah mengalami penundaan akibat Covid-19, namun akhirnya rampung pada Desember 2021 dan siap untuk meluncur di tahun 2022 ini.
Cineverse yang berkesampatan menghadiri Gala Premiere ‘Ngeri-Ngeri Sedap‘ di Epicentrum XXI pada 25 Mei 2022, film ini akan mulai tayang pada 2 Juni 2022 di bioskop seluruh Indonesia.
Sinopsis
Pak Domu (Arswendy Beningswara) menginginkan anak-anaknya menuruti semua perintahnya. Namun sang mamak Marlina (Tika Panggabean) merasa gelisah karena keempat anaknya, Domu (Boris Bokir), Gabe (Lolox), dan Sahat (Indra Jegel) semakin jarang mengunjunginya di kampung halaman.
Oleh karena itu, ia memutuskan untuk mengatur sebuah pertengkaran hebat dengan sang suami, supaya anak-anaknya segera pulang dari perantauan. Satu-satunya anak yang tinggal di rumah adalah Sarma (Gita Bhebhita).
Setelah mendengar informasi tersebut, keempat anaknya memutuskan untuk pulang dari perantauan. Kepulangan anak-anak mereka sulit untuk ditahan Pak Domu untuk membahas satu persatu masalah mereka yang terus menentang kemauan Pak Domu.
Hiburan paket lengkap
Bagi Cilers yang butuh tontontan hiburan drama keluarga, komedi sekaligus visual yang memanjakan mata, ‘Ngeri-Ngeri Sedap’ menjadi pilihan tepat di awal bulan Juni. Dilihat dari jajaran pemeran, pasti banyak yang mengira ini adalah sajian film komedi, komedi, dan komedi. Namun kenyataanya, Bene Dion berhasil menyuguhkan drama keluarga sederhana yang memang dibalut dengan komedi untuk menghibur konflik pelik keluarga Batak ini.
Komedi dari tiap karakter yang sejatinya memang seorang komedian, terlihat begitu pas terjalin tanpa adanya bumbu-bumbu berlabihan. Seperti salah satu contohnya pasti sudah kalian lihat di trailernya, pertengkaran Pak Domu dan sang istri tampil begitu apa adanya dan selalu mengundang gelak tawa.
Apalagi dari sisi keempat anaknya. Tak di sangka Boris, Jegel, Lolok, dan Gita terlihat begitu mendalami karakter mereka sebagai kakak beradik. Lebih menonjolkan emosi drama keluarga yang masih bisa ditolerir, ya memang mereka bukanlah aktor handal yang dapat sekejap mata menggugah perasaan kita ikut terjerumus ke konflik mereka.
99% Batak
Selain karakter yang membagikan komedi mereka dengan pas, kakak beradik bersama sang ayah Pak Domu dan istri memanglah orang batak asli, sehingga kita benar-benar terasingkan di situasi keluarga batak dengan segala masalah klasik di dalamnya. Mulai dari adat batak yang cukup keras dan tunduk pada orang tua, hingga beberapa unsur adat tersirat maupun tersurat.
Beberapa unsur batak yang menjadikan ini film dengan 99% vibe Batak akan terasa, apalagi jika Cilers juga dari suku batak, akan lebih meraskan humor dan segala pelik yang mereka alami. Yang paling terasa adalah konflik ayah dan anak tentang masalah pernikahan sesama batak, masalah pekerjaan, dan masalah warisan.
Semua konflik yang mungkin tak hanya keluarga batak saja yang rasakan, cukup berkaitan erat dengan permasalahan keluarga masa kini yang anak-anaknya sudah banyak berkehendak sendiri untuk menentukan jalan hidup.
Beberapa masalah lingkungan di sekitar Toba pun menambah kental nuansa batak. Bahasa sehari-hari atau logat Batak Toba yang digunakan sepanjang film, tak luput juga disertai beberapa bahasa daerah Sumatra Utara yang mengharuskan kita membaca subtitle jika kita tak paham betul.
Terakhir yang makin terasa adalah upacara adat, lengkap dengan musik, makanan, rumah adat dan kain ulos untuk merayakan perayaan tertentu. Bahkan ada beberapa adat kebiasaan yang tersirat, seperti jika istri pulang ke rumah orang tuanya harus dijemput bersama keluarga sang suami.
Kejujuran situasi kampung halaman
Mayoritas kita di bawa dalam sudut pandang kedua orang tua Pak Domu dan istrinya di kampung halaman. Situasi pengambilan latar rumah di tepi Danau Toba pun memanjakan mata kita. Rumah yang sangat klasik dengan desain rumah khas Indonesia 80-90an akan membuat jiwa rindu kampung halaman kita ikut berkobar, khususnya bagi para perantau.
Tiap adegan yang diambil di rumah, begitu istimewa dan kehangatan keluarga sederhana makin terasa. Mulai dari obrolan ringan di ruang tamu dan teras, tidur di kasur kapuk, hingga bercengkrama di saat makan bersama, tak lupa suasana tongkrongan bapak-bapak hingga larut.
Visual yang apik kental akan suasana rumah, dipertegas dengan scoring luar biasa apik dari Viky Sianipar terasa amat mendalam. Suara-suara kampung halaman lengkap dengan suara angin, hiruk pikuk keadaan pagi hari lengkap dengan suara hewan ternak, dan ketika malam lengkap dengan suara jangkrik dan tokek.
Hal-hal kecil yang kadang luput kali ini menebalkan semua adegan seakan menjadi amat jujur menggambarkan kampung halaman di sekitar Danau Toba, Sumatra Utara, atau mungkin juga suasana kampung halaman daerah lainnya.
Keutuhan konflik pengikat emosi
Hal utama dalam film ini adalah keuntungan cerita dan berbagai konflik di dalamnya. Penyelesaian plot ‘Ngeri-Ngeri Sedap’ cukup rapi, menonjolkan hubungan orang tua dan anak yang sedang merantau. Masalah masing-masing anak Domu, Gabe, Sarma, dan Sahat tak tampil secara detail, namun tetap dapat dimengerti.
Penekanan masalah mereka dengan orangtua sudah begitu jelas dari sambungan telepon seluler saja, ini merupakan kejeniusan pemanfaatan durasi. Karena penyelesaian konflik langsung di rumah, terasa lebih melibatkan emosi antar karakter.
Tanpa ada tambahan masalah lain di luar keluarga Pak Domu, ini menjadi sajian apik lengkap dengan plot twist yang akan membanjiri pipi kalian yang menonton. Klise memang, plot sederhana ini sudah tampak akan akhir perjalanan tiap anak, namun penyelesaian dari Pak Domu menjadi runtutatan menyenangkan di akhir laga.
Kesimpulan
Drama keluarga berbudaya Batak ini ternyata akan relate dengan berbagai masalah keluarga lainnya, apalagi yang berkaitan dengan perantauan. ‘Ngeri-Ngeri Sedap’ membawa budaya Batak dengan segala kebiasaan di dalamnya yang mungkin juga sudah menjadi rahasia umum.
Tampilan visual dan dukungan scoring ciamik saling melengkapi, pengikat rindu kita akan kampung halaman. Kita akan diajak pulang ke kampung halaman lengkap dengan situasi Danau Toba dan segala perihal kecil di dalamnya.
Cerita sederhana tersaji cukup ringan dengan penyelesaian luar biasa. Mengundang tawa, tangis, rindu, dan setiap adegan mengajak emosi kita terlibat saat menyaksikannya. Sajian lengkap disertai komedi menambah kehangatan keluarga dari hubungan orangtua dan keempat anaknya.
Director: Bene Dion Rajagukguk
Cast: Arswendy Beningswara Nasution, Tika Panggabean, Boris Bokir Manullang, Gita Bhebhita Butar-butar, Lolox, Indra Jegel
Duration: 114 minutes
Score: 7.8/10
WHERE TO WATCH
The Review
Ngeri-Ngeri Sedap
Pak Domu (Arswendy Beningswara) dan istrinya Marlina (Tika Panggabean) mengingikan anak-anaknya menuruti semua perintahnya yang sudah jarang pulang ke kampung halaman. Anak mereka Domu (Boris Bokir), Gabe (Lolox), Sarma (Gita Bhebhita), dan Sahat (Indra Jegel). Pak Domu dan istrinya terpaksa harus berpura-pura ingin bercerai agar anak mereka pulang ke kampung halaman dan menuruti mereka.