Sejumlah film yang mengangkat budaya Batak antara lain ‘Toba Dreams’, ‘Mursala’ hingga, ‘Horas Amang’.
Budaya Batak sangatlah beragam, mulai dari adatnya, marga, hingga sejarah latar belakang perkembangan budaya batak di Indonesia. Keunikannya bukan hanya sampai disitu, tetapi budaya Batak yang ada di daerah Sumatera Utara Indonesia ini memiliki daya pikat alamnya yang indah juga.
Atas alasan itu, banyak para penggiat sineas yang tertarik mengangkat tema budaya Batak ke dalam filmnya. Banyak hal yang dibahas di berbagai film yang akan kita sebutkan di bawah ini, mulai dari jalan ceritanya yang lucu dan seru hingga pembahasan tentang budaya Batak yang sedikit diungkap dalam beberapa film.
Berikut ini Cineverse akan memberikan daftar film yang mengangkat tema budaya Batak, ada film apa saja yaa?
Sejunlah film mulai dari Mursala, Toba Dreams, Lamaran, Horas Amang: Tiga Bulan untuk Selamanya, Pariban: Idola Dari Tanah Jawa, dan Ngeri-Ngeri Sedap.
Mursala (2013)
‘Mursala’ adalah film drama Indonesia tahun 2013 yang bernuansa budaya Batak. Film ini disutradarai oleh Viva Westi dan dibintangi oleh Rio Dewanto dan Titi Sjuman.
Film ini mengangkat cerita budaya Batak tentang 70 marga yang berbeda dan tidak boleh menikah hingga kini, seperti marga Simbolon dan Saragih. Film bernuansa romantis ini juga menampilkan keindahan panorama Tapanuli Tengah, Sumatera Utara.

Kisah Mursala diawali dengan tekad seorang pemuda Batak bernama Anggiat (Rio Dewanto) yang merantau ke Jakarta dari kampungnya di Sorkam, Tapanuli Tengah. Akhirnya dia sukses menjadi pengacara dan dibanggakan orangtuanya.
Tetapi itu belum sempurna karena ibunya, Inang Romauli dan ayahnya, Amung Hotman mengharapkan Anggiat menikah dengan pariban-nya (saudara sepupu). Hal itu tidak mudah, karena di Jakarta Anggiat telah memilih wanita berdarah Batak yang dicintainya yakni Clarita (Anna Sinaga), seorang presenter televisi.
Persoalan muncul karena perbedaan marga Anggiat dan Clarita, yaitu “Simbolon” dan “Saragih” yang ternyata masuk ke dalam larangan adat yang tidak memungkinkan keduanya untuk menikah kecuali dari adat marganya masing-masing. Meskipun begitu, Anggiat mendukung untuk mempertahankan hubungan cinta mereka.

Di tengah kebimbangan cintanya, Anggiat pulang ke kampung halamannya dan bertemu kembali dengan Tiur (Titi Sjuman), pariban-nya yang ternyata adalah teman masa kecilnya dahulu di Pulau Mursala.
Tiur sendiri gadis yang diceritakan sebagai pecinta alam biota laut yang beberapa kali gagal menjalin cinta. Sebagai pariban Anggiat, Tiur merasa bila Anggiat akan menerimanya sebagai calon istrinya, karena ia tidak ingin dijadikan pelarian atau sarana untuk membahagiakan kedua orang tuanya.
Toba Dreams (2015)

Film ini diadaptasi dari novel berjudul sama karangan TB Silalahi. Dirilis pada 2015, Toba Dreams tentang cinta yang kadang tersesat dalam menemukan kebenaran. Seperti Walikota Sersan Tebe, atas dasar cinta, ia mendidik anak-anak layaknya pasukan tempur. Hingga, sang anak sulung, Ronggur, memberontak dan terjadilah konflik antara ayah dan anak.
Film ini adalah tentang mimpi Sersan Mayor Tebe yang ingin hidup dengan tenang dan damai, mengandalkan uang pensiunan tentara dan memilih pulang untuk membangun kampung halamannya di Danau Toba.

Tapi Ronggur menolak, ia ingin membuktikan bahwa selama ini ayah salah memilih jalan hidup. Dengan penuh siasat Ronggur menjelma menjadi pentolan mafia narkoba dan merebut Andini dari orang tuanya yang tak merestui hubungan mereka.
Apakah pada akhirnya setiap anak manusia mampu menggapai mimpi dan merenangi takdirnya dengan bahagia? Di antara gemerlapnya Jakarta dan ketenangan Danau Toba. Sersan Tebe, Ronggur dan Andini merajut drama perjalanan mereka.
Lamaran (2015)
Merupakan film bergenre komedi yang segar, ‘Lamaran’ dibintangi oleh sederet nama besar Indonesia yang mengisahkan percintaan dengan latar belakang budaya yang berbeda dan sebenarnya tidak bisa menyatu antara Batak dan Sunda. Kisahnya dimulai dari Acha Septriasa yang berperan sebagai Tiar Sarigar, seorang pengacara muda keturunan Batak.

Tiar mulai dikenal setelah membela kliennya, Basuki (Marwoto), dalam kasus korupsi yang juga melibatkan seorang bos mafia, Arif Rupawan. Seiring dengan popularitasnya yang meningkat, Tiar mendapatkan ancaman pembunuhan dari Arif. Karena ancaman tersebut, Ari (Arie Kriting) dan Sasha (Sacha Stevenson) pun menawarkan bantuan untuk melindungi Tiar.
Dua super agen itu merekrut seorang pria Sunda yang polos bernama Aan (Reza Nangin) untuk menjadi mata-mata. Aan ditugaskan untuk menjadi pacar Tiar dan dari sinilah masalah mulai terjadi. Keluarga besar Tiar menanggapi hubungan Tiar dan Aan dengan serius, apalagi Aan bukan orang Batak.
Ibu Tiar, Bu Sarigar (Lina Marpaung), hubungan baik keduanya sampai turut menjodohkan Tiar dengan Raymond (Restu Sinaga), pemuda Batak idaman. Tak hanya ibu Tiar, Bu Euis (Wieke Widowati) sebagai ibu Aan juga sangat kaget mendengar kabar hubungan anaknya dan Tiar. Perbedaan budaya antara Tiar dan Aan membuat mereka harus mengupayakan segala cara untuk mencapai tujuan utama mereka.
Mungkinkah akhirnya muncul benih-benih cinta di antara Tiar dan Aan? Apakah Aan akan mendapatkan restu dari keluarga besar Sarigar?
Horas Amang: Tiga Bulan untuk Selamanya (2019)

Merupakan film Indonesia yang dirilis pada 26 September 2019 dan dibintangi oleh Novita Dewi Marpaung, Tanta Ginting dan Cok Simbara.
Mengangkat tema keluarga, film ini bercerita tentang Amang (ayah) dari tiga anak yang bekerja keras agar anak-anak bisa sukses. Sayangnya, setelah sukses anak-anaknya lupa kepada ayah dan adat istiadat, sehingga Amang membuat cara yang tidak biasa agar- agar anaknya kembali.
Film Indonesia ini mendeskripsikan kisah tentang sebuah keluarga dengan hubungan yang tidak harmonis. Seorang Ayah (Amang) dan ketiga anaknya yang tidak berbakti. Karena cinta yang besar bagi anak-anaknya.
Pariban: Idola dari Tanah Jawa (2019)
Film ini menceritakan kisah perjodohan antara Moan (Ganindra Bimo) dan sepupunya Uli (Atiqah Hasiholan). Moan adalah pria yang sukses dalam finansial dan pertemanannya. Ia juga digila-gilai oleh para wanita. Ia adalah pria keturunan batak yang lahir di Jakarta dan besar di Bandung.
Moan yang telah berumur 35 tahun, harus dihadapkan pada satu kata yang sangat sakral yakni Pariban. Bagi masyarakat Batak, Pariban bisa diibaratkan sebagai “menyegerakan kemungkinan-kemungkinan kecil tentang cinta”. Namun Moan adalah orang yang belum siap untuk berkomitmen dan masih ingin menjalani hidup semunya.

Ibunya menasihati Mengerang untuk segera menikah. Ia pun dijodohkan dengan seorang perempuan asli Samosir bernama Uli Silalahi.
Awalnya, Moan menolak dijodohkan dengan perempuan itu. Karena ia berpikir mereka adalah dua orang yang berbeda level. Orang kota tidak akan cocok disandingkan dengan orang desa. Tetapi karena ibunya memaksa dan ia juga sayang padanya, ia pun menuruti kemauan sang ibu.
Moan akhirnya berangkat menuju Samosir. Ia pun bertemu dengan Uli. Banyak cerita baru dan kalimat-kalimat tak terduga yang terjadi. kelanjutan kisah perjodohan mereka? Berhasilkah perjodohan itu?
Itu dia, beberapa film yang mengangkat tema budaya Batak. Selain film-film tersebut, yang terbaru dan akan segera tayang di bioskop adalah ‘Ngeri-Ngeri Sedap’ yang mengangkat kisah permasalahan keluarga batak yang sangat kompleks. Film tersebut akan tayang 2 Juni mendatang! Selamat menonton!