Review Film Scream (2022)

Ghostface kembali meneror kota Woodsboro

“This is your life now, which means that whoever this is is going to keep coming for you.” – Sidney Prescott.

 

Cineverse memang sedikit telat memberikan review ‘Scream’ di tahun 2022 atau kerap disebut ‘Scream 5’, walau begitu kami akan menyuguhkan tulisan yang berimbang dan obyektif terhadap film yang lagi booming di negara asalnya, Amerika Serikat.

‘Scream’ 2022 merupakan sekuel langsung dari film keempatnya ini dibintangi Melissa Barrera, Mason Gooding, Jenna Ortega, dan Jack Quaid, ditambah para pemain lawasnya seperti Marley Shelton, Skeet Ulrich, Courteney Cox, David Arquette, dan Neve Campbell.

Matt Bettinelli-Olpin dan Tyler Gillett memegang kendali sebagai sutradara berdasarkan tulisan James Vanderbilt dan Guy Busick.

‘Scream’ terbaru ini juga didedikasikan untuk Wes Craven, sutradara awal film ‘Scream’ (1996) yang meninggal pada 2015 silam.

Pada pertengahan Januari 2022, para pecinta horor di Indonesia memang sudah menunggu kiprah pembunuhan Ghostface yang kembali. Apalagi film keempatnya terlihat buruk.

Terlebih buat para fansnya yang telah menonton dari film pertamanya. ‘Scream’ juga merupakan film blockbuster pertama di tahun 2022 yang membawa nama besar sebuah waralaba film horor slasher yang kian lama genre seperti ini makin redup sekarang.

Sinopsis

Dalam film ini, seorang pembunuh baru telah mengenakan topeng Ghostface dan mulai beraksi tanpa adanya tanda-tanda untuk menghidupkan kembali rahasia kelam masa lalu kota Woodsboro.

Berawal dari Tara Carpenter (Jenna Ortega) menjadi target pertama Ghostface, namun dirinya selamat dan akhirnya mendapat perlindungan dari teman-temannya dan sang kakak Sam Carpenter (Melissa Barrera). Pembunuhan pun akhirnya menargetkan kelompok remaja yang ada di sekitar Sam dan Tara Carpenter.

© Paramount Pictures

Teror yang sama dengan penggunakan telepon untuk target selanjutnya membuat sang korban kewalahan. Hal ini ternyata berkaitan langsung dengan Billy Loomis identitas asli dari Ghostface terdahulu.

Bantuan datang dari para korban selamat dari terror Ghostface, yaitu: Sidney Prescott (Neve Campbell), Dewey Riley (David Arquette), dan Gale Weathers (Courteney Cox).

Cetakan lama dengan wajah baru

Pengumuman para karakter lama yang kembali pada film ‘Scream’ kelima ini menambah antusias para penggemarnya. Ternyata rasa antusias tersebut terbayar dengan sejumlah veteran yang kembali melawan teror Ghostface secara langsung, dengan membantu para karakter baru yang muncul.

Chemistry para pemeran baru pun cukup solid, dan kolaborasinya dengan peran lama juga cukup seimbang.

Karakter baru memang dijadikan poros utama, yang tidak luntur dengan kehadiran Sidney, Gale, dan Dewey. Inilah yang membuat film kelima terasa menarik.

Tara Carpenter (Jenna Ortega) dan Sam Carpenter (Melissa Barrera), membawa film kembali ke suasana mencekam dengan rahasia karakter mereka masing-masing.

© Paramount Pictures

Ini merupakan sinyal yang bagus untuk waralaba yang seharusnya membuat kita takut akan teror Ghostface ini.

Nuansa nostalgia pun terasa sejak awal karakter Tara Carpenter sukses membawa kita ke suasana mencekam akan teror telepon dari suara Roger L. Jackson yang khas saat mengisi suara Ghostface.

Kehadiran karakter baru Liz, Wes, Chad, Amber, Vince, dan Mindy juga mampu mengimbangi akting pemeran utamanya tanpa kehilangan tensi sedikitpun.

Menghidupkan nostalgia waralaba

Bagi kalian yang mengikuti seri film ‘Scream’ dari awal, mungkin ini akan terasa tidak asing. Bahkan topeng Ghostface akan selalu sama fisiknya, tanpa tambahan apapun, hanya bermodalkan pisau sebagai senjata utamanya. Namun, Ghostface tetap menjadi momok menakutkan untuk para korbannya.

Kepiawaian pemilihan latar dalam meneror, kembali mengingatkan kita kesadisan Ghostface di setiap sudut rumah. Sepanjang film, mayoritas teror pembunuhan akan berada dalam ruangan rumah atau bangunan. Ini untuk menyesuaikan dengan sambungan telepon yang menjadi pembukaan adegan pembunuhan.

Tak hanya malam hari, kesadisan Ghostface juga tetap mengerikan di siang hari. Jadi kalian tidak akan penasaran kenapa pembunuh gila ini melancarkan aksinya hanya di malam hari. Hanya saja sejumlah adegan yang tidak begitu masuk akal, masih tersaji di film ini.

© Paramount Pictures

Teror yang datang tiba-tiba dan memfokuskan diri pada karakter-karakter tertentu saja, seakan membuat dunia tanpa orang lain. .

Bahkan di tempat umum, kehadiran banyak orang makin memperuncing hubungan antar personal, dan membuat tensi satu sama lain makin meningkat menjelang konklusi.

Petak umpet ala horor klasik juga tampil cukup banyak. Siapkan jantung kalian, walau kejutan-kejutan kecil ala pengambilan film lawas masih banyak, namun tak sedikit pula yang hanya sekedar pancingan belaka. Jadi siap-siap untuk terkejut dan takut di berbagai situasi.

Sadis tanpa pandang bulu

Seperti yang sudah diulas, tak hanya malam, Ghostface juga melancarkan aksinya siang hari dan di tempat umum juga. Ini yang membuat teror pembunuhan tidak pandang apapun yang menghalanginya.

Satu per satu, karakter berhadapan dengan sadisnya Ghostface yang ternyata menyingkap suatu rahasia baru dalam film kelima ini. Para pecinta horor slasher akan terpuaskan dengan kuatnya sang pembunuh, menjadi makin sulit untuk dihadapi.

© Paramount Pictures

Karakter ikonik Ghostface dalam ‘Scream’ menjadi lebih ganas pada karakter baru. Bahkan pengalaman dari punggawa lama, Sidney Prescott (Neve Campbell), Dewey Riley (David Arquette), dan Gale Weathers (Courteney Cox) tidak menjadi halangan berarti untuk aksi-aksi brutal di film ini.

Sayangnya di bioskop Indonesia, terdapat adegan-adengan klimaks pembunuhan yang memang ditunggu mendapat sensor. Inilah yang menjadi kekecewaan tersendiri, terlepas dari semua aspek yang ada.

Skoring klasik khas ‘Scream’

Film horor tanpa skoring tajam tidak akan meningkatkan adrenalin lebih untuk menyatu ke adegan-adengan mengerikan. ‘Scream’ adalah salah satu waralaba film horor besar yang ikonik dengan musik latar yang terus menanjak ke bagian puncak pembunuhan.

Mungkin bagi sebagian orang, hal ini menjadi amat basi dengan membawa kita ke bagian puncak kengerian dengan suara dan dukungan visual gelapnya. Tapi ini membangkitkan rasa nostalgia, di mana ciri sound yang menjadi pertanda sang pembunuh akan datang.

Kesimpulan

Nuansa kental nostalgia ‘Scream’ ala Wes Craven benar-benar membangkitkan kembali kesadisan tanpa pandang bulu. Pilihan karakter baru juga berbaur apik dengan karakter lama yang makin menguatkan aroma-aroma nostalgia.

Tara Carpenter dan Sam Carpenter yang menjadi ujung tombak film mampu membawa teror mengerikan di mana harus meminta bantuan para veteran Sidney Prescott, Dewey Riley, dan Gale Weathers. Misteri baru yang terungkap dalam film kelima ini menjadikan gaya cerita lama tidak basi.

Tak hanya karakter, teror mengerikan terus tersaji sepanjang film. Bahkan sampai akhir pengungkapan identitas, tetap mencekam dengan dukungan atribut dan skoring khas ‘Scream’.

 

Director: Matt Bettinelli-Olpin & Tyler Gillett

Cast: Melissa Barrera, Jack Quaid, Jenna Ortega, Dylan Minnette, Mikey Madison, Mason Gooding, Jasmin Savoy Brown, Sonia Ben Ammar, Marley Shelton, Courteney Cox, David Arquette, Neve Campbell

Duration: 114 minutes

Score: 7.4/10

WHERE TO WATCH

The Review

Scream

7.4 Score

Ghostface kembali meneror kota Woodsboro. Tara Carpenter dan Sam Carpenter terpaksa harus meminta bantuan untuk menghadapi teror pembunuhan yang terus memakan korban

Review Breakdown

  • Acting 7.4
  • Cinematography 7.4
  • Entertain 7.4
  • Scoring 7.4
  • Story 7.4
Exit mobile version