“I made a wish on a star, and the star answered,” – Asha.
Sudah 100 tahun sejak Walt Disney dan saudaranya Roy. O Disney mendirikan Disney Brothers Cartoon Studio dari sebuah studio animasi kecil di tahun 1923 yang kemudian berkembang menjadi The Walt Disney Company.
Satu abad kemudian, Disney berkembang menjadi perusahaan konglemerasi raksasa yang bernilai miliaran dolar dengan bisnis utamanya di bidang hiburan termasuk diantaranya adalah memasuki ranah film, televisi, berita, olahraga, taman hiburan dan merchandise.
Sekarang ini, praktis nama Disney identik dengan dunia hiburan. Walaupun kini telah merambah ke kisah-kisah superhero dan kisah fiksi ilmiah, Disney tetap memberikan komitmennya pada akar budaya animasinya dengan telah merilis lebih dari 60-an karya animasinya sejak film animasi pertamanya Snow White and the Sven Dwarfs dirilis ke publik di tahun 1937.
Saat ini untuk memperingati perjalanan Disney di usianya yang ke 100, Walt Disney Animation Studios merilis film animasi terbarunya yang berjudul Wish.
Sinopsis
Asha (Ariana Dubose) adalah seorang remaja yang tinggal di sebuah pulau bernama Rosas di mana penguasanya yang bernama Raja Magnifico (Chris Pine) yang juga seorang penyihir, berkenan mengabulkan ‘permintaan’ rakyatnya. Ia pun berharap agar Raja Magnificio berkenan mengabulkan keinginan kakeknya, Sabino (Victor Gruber) sebagai hadiah di ulang tahunnya. Tapi apakah harapannya itu akan terwujud setelah mengetahui niat sebenarnya dari sang raja tersebut?
Kisahnya terjadi di sebuah pulau kerajaan fiktif bernama Rosas
Seluruh plot cerita Wish berlatarkan di sebuah kerajaan pulau yang bernama Rosas yang kira-kira terletak di Laut Mediterinia. Kerajaan tersebut didirikan oleh seorang penyihir terkenal yang memiliki masa lalu yang tragis bernama Magnifico yang memiliki kemampuan untuk mengabulkan keinginan rakyatnya.
Di Rosas, setiap warganya yang telah genap berusia 18 tahun berhak menyampaikan keinginannya yang lalu akan disimpan oleh Magnifico dalam sebuah bola kristal. Kemudian pada setiap bulan, satu keinginan tersebut akan dikabulkan oleh Magnifico.
Tapi di balik semua keindahan tersebut ternyata sang raja yang terlihat bijak itu ternyata menyimpan ambisi yang menakutkan. Oleh kardena kejadian traumatis di masa lalunya, Magnifico memakai sihirnya agar rakyatnya yang mempunyai harapan, mimpi atau keinginan yang disimpan olehnya lalu melupakan apa keinginan mereka sebelumnya.
Asha yang sebelumnya melamar menjadi murid Magnifico mengetahui niat dan maksud tersembunyi yang jahat itu dan dengan tekad dan semangatnya serta didukung keluarganya dan teman-temannya Asha berjuang membongkar ambisi busuk rajanya demi menyelamatkan Rosas.
Latar belakang Asha dari dua budaya berbeda
Asha adalah seorang remaja yang tinggal dengan keluarganya yang terdiri dari kakeknya Sabino dan ibunya Sakina (Natsha Rothwell). Wish berfokus pada kisah Asha yang energik dan pemberani berlatar Rosas yang adalah tanah impian di mana kerajaan ini berkembang karena setiap orang yang datang dari segala tempat membawa budaya dan tradisinya.
Kisah dari Asha adalah tentang perjalanan dari seorang gadis remaja yang berasal dua latar ras berbeda (ayahnya berkulit putih dan ibunya berkulit hitam), kisah-kisah tentang imigran dan tanpa subplot berlatar romansa.
Wish kemungkinan dieksploitasi dari lagu klasik Disney yang berjudul “When You Wish Upon a Star” yang dinyanyikan oleh Jimmy Crickett dalam animasi klasik Pinocchio yang dirilis tahun 1940. Kisah Wish ini melibatkan Ariana DeBose yang sebelumnya meraih Oscar dalam remake film musikal klasik West Side Story yang disutradarai Steven Spielberg.
Wish disutradarai oleh Chris Buck yang juga memenangkan Oscar lewat Frozen di tahun 2014. Hanya saja di Wish, Chris Buck berkolaborasi dengan Fawn Veerasunthorn. Animasi ini sendiri merupakan kisah yang dibuat benar-benar baru, dan tidak diambil berdasarkan kisah dongeng klasik yang biasanya diadaptasi oleh Disney selama ini.
Ekletik dari beberapa film klasik Disney
Kerajaan Rosas sendiri dibangun dengan berlatarkan suasana abad pertengahan di Eropa dengan bangunan-bangunan bergaya khas Mediterania atau Spanyol. Disney pun memberikan sentuhan animasinya dengan memakai paduan visual 2D dan 3D dengan latar bernuansa cat air yang indah dan penuh warna. Lagu-lagunya pun dibawakan dengan nuansa energik dengan sentuhan musik modern dan kekinian.
Dan dalam Wish ini kita pun jika jeli tentunya banyak menemui dengan apa yang disebut dengan ‘easter egg’ dari karya-karya klasik Disney, seperti misalnya ketika Asha melamar menjadi murid sang raja yang mengingatkan kita akan kisah Mickey Mouse dalam Fantasia.
Asha dan ketujuh temannya yang mengingatkan kita juga akan kisah Snow White and the Seven Dwarfs (Putri Salju dengan Tujuh Kurcaci). Juga ada saat sang bintang permintaan yang menaburkan bubuk bintangnya yang sedikit mengingatkan akan taburan bubuk peri dari Tinker Bell di Peter Pan.
Tentunya salah daya tarik terkuat dalam Wish terletak pada karakter antagonis yang dibawakan oleh Magnifico yang narsis, penuh percaya diri, mementingkan diri sendiri tapi benar-benar jahat yang menghalangi keinginan bebas rakyatnya.
Wish merupakan kisah alegori tentang pihak berkuasa yang memakai janji-janji kesejahteraan dan kemakmuran tapi sebenarnya mereka memakai hal itu demi untuk mengamankan ambisi pribadi dan keuntungannya semata.
Kesimpulan
Wish dihadirkan Disney untuk memperingati 100 tahun perjalanan Disney. Tampilannya masih menarik secara visual dan menampilkan musik yang berkesan, sayangnya kurang memiliki daya tarik dan daya cipta dengan plot cerita yang mudah untuk diprediksi.
Director: Chris Buck, Fawn Veerasunthorn
Cast: Ariana DeBose, Chris Pine, Victor Gruber, Natasha Rothwell, Alan Tudyk, Delia Saba, Evan Peters
Duration: 132 minutes
Score: 7.0/10
WHERE TO WATCH
The Review
Wish
Wish mengisahkan Asha yang menginginkan sebuah permintaan untuk rakyatnya dan mendapatkan jawaban yang tak ia duga sebelumnya