Review The First Omen (2024)

Prekuel The Omen yang Tampil Mengesankan dengan Sentuhan Klasik

the first omen

© 20th Century Studios

“How do you control people who no longer believe? You create something to fear. I believe the girl is to be the mother. It’s the mark of the Devil,” – Pastor Brennan (The First Omen, 2024)

Menjelang Lebaran, salah satu film horor unggulan Hollywood akhirnya dirilis hari ini di Indonesia. Kenapa film ini bisa disebut unggulan? Kalau kita melihat judulnya, seharusnya buat para penggemar genre horor langsung sadar kalau film ini ada kaitannya dengan film horor klasik The Omen yang dirilis pada tahun 1976.

Sesuai judulnya, The First Omen bukanlah sebuah sekuel atau remake, namun menempatkan dirinya sebagai prekuel dari The Omen dan menjadi film ke-6 dalam waralaba The Omen yang sudah berlangsung lebih dari 40 tahun lamanya.

Kini The First Omen disutradarai oleh Arkasha Stevenson, yang menjadi debut perdananya dalam menyutradarai film layar lebar. Arkasha sendiri juga ikut menulis naskahnya bersama Tim Smith dan Keith Thomas dari sebuah cerita yang dibuat oleh Ben Jacoby.

Sedikit kilas balik, sebelumnya pada tahun 2023, kita telah melihat The Exorcist: Believer yang merupakan sekuel horor klasik The Exorcist (1973). Namun, film ini ternyata tak sesuai harapan banyak orang. Apakah nantinya The First Omen akan bernasib serupa dengan pendahulunya ini?

© 20th Century Studios

Sinopsis

Margaret (Nell Tiger Free), seorang perempuan muda dari Amerika yang berkeinginan untuk menjadi biarawati, dikirim ke sebuah panti asuhan di Kota Roma, Italia untuk bekerja di tempat itu. Ia direkomendasikan oleh Kardinal Lawrence (Bill Nighy) yang sudah mengenalinya sejak kecil di Amerika.

Kesehariannya ia habiskan untuk mengajar anak-anak dan ada satu anak yang menarik perhatiannya, Carlita (Nicole Sorace). Carlita yang dikucilkan oleh kepala suster di situ karena dianggap anak bermasalah, ternyata menyimpan sesuatu yang membuat Margaret penasaran.

Suatu hari saat sedang duduk sendiri di pelataran plaza di tengah kota Roma, Margaret dihampiri Pastor Brennan (Ralph Ingeson) yang memperingati kalau Carlita bisa memberi pengaruh buruk pada Margaret karena ia merupakan anak titisan iblis. Pastor Brennan meminta tolong Margaret untuk mencari bukti kelahiran Carlita yang disembunyikan kepala suster dan menyerahkan kepada dirinya.

© 20th Century Studios

Margaret pun tidak serta merta baik-baik saja hidupnya. Ia selalu mendengar bisikan-bisikan dan teror yang selalu menghantui dirinya, terlebih sejak ia bersama Carlita makin dekat saja hubungannya.

Suatu hari, saat temannya ditahbiskan sebagai suster, Margaret berhasil mengambil bukti yang dibutuhkan Pastor Brennan, dan betapa kagetnya ia setelah mengetahui konspirasi yang terjadi selama ini di sekitarnya.

Narasinya lebih kompleks dari film aslinya

Melihat The First Omen, kita akan diperlihatkan betapa kompleksnya narasi yang ditulis untuk film ini. Walaupun secara eksposisi karakter Margaret tidak diperlihatkan lewat kilas balik, namun dari perspektif orang ketiga, kita bisa mengetahui apa yang terjadi pada masa lalu Margaret.

Satu hal yang amat menarik perhatian dari narasi The First Omen adalah memanfaatkan keprihatinan yang pernah diutarakan Paus Yohanes Paulus II (pemimpin Gereja Katolik di seluruh dunia periode 1978-2005).

© 20th Century Studios

Pada tahun 2003, Paus pernah mengeluarkan Ekshortasi Apostolik yang dirilis terbuka ke publik dengan judul Ecclesia in Europe. Dalam surat tersebut, Paus mengungkapkan betapa menurunnya kehidupan rohani di Eropa.

Banyak orang yang hidup dalam kebingungan, ketidakpastian, dan tidak mempunyai harapan, walaupun kenyataannya tampak tidak berkekurangan. Yang menjadi ancaman adalah berkembangnya sekularisme yang menekan dan mengancam kehidupan iman Kristiani.

Sekularisme sendiri pada intinya adalah memisahkan nilai-nilai iman dalam ke dalam kehidupan kita sehari-hari, dan beranggapan kalau kebenaran ditentukan oleh manusia, dan bukan oleh Tuhan.

Pengagungan manusia di atas Tuhan di banyak negara Eropa mulai menjadikan hidup mereka terpisah dari Tuhan, seolah-olah Tuhan itu tidak ada, atau biasa disebut sebagai silent apostasy atau kesesatan total secara diam-diam.

Kesesatan total inilah yang menjadi dasar konspirasi adanya penyimpangan dalam tubuh Gereja Katolik dan munculnya anak iblis di balik The Omen. Lewat prekuel ini, lantas dikembangkan menjadi narasi baru yang menarik dan bisa diterima penonton.

Elemen teknisnya di atas rata-rata

Menarik melihat visualisasi yang dihadirkan Arkasha di film ini. Secara mise-en-scene, Arkasha berhasil menghidupkan film ini dengan tampilan klasiknya dengan tone kuning kecoklatan ala 70-an.

Desain produksinya yang sangat masif juga diperhatikan dengan amat serius mulai dari wardrobe, lokasi syuting dan paling epik adalah mengorkestrasi demonstrasi mahasiswa yang amat ricuh pada masa itu, di mana Margaret terjebak di tengah-tengah kejadian tersebut akibat bisikan yang tak ada hentinya dan membuatnya kalut.

Adegan kontroversial terkait lahirnya anak iblis lewat vagina diperlihatkan dengan memunculkan sosok tangan bercakar berwarna kehitaman di balik paha yang hadir tanpa sensor. Halusinasi Margaret  digambarkan dengan amat cantik, dengan memainkan grading warna dan editing, membuat adegan ini mempunyai transisi mulus saat dilihat.

Skoringnya pun demikian mencekam, dan akan membuat kita terkaget-kaget dengan sejumlah jumpscares yang diselipkan di banyak adegan.

© 20th Century Studios

Kesimpulan

The First Omen rasanya akan berhasil dalam memuaskan para penggemarnya lewat prekuelnya ini. Tampilan visualnya luar biasa dengan desain produksi yang digarap amat serius. Begitupun dengan akting Nell Tiger Free sangat luar biasa di film ini.

Walaupun pasti akan ada komentar soal durasinya yang cukup panjang, namun Arkasha bisa memberikan hasil yang di luar dugaan sangat baik ini. Di akhir konklusi, kita akan melihat bagaimana kisah ini akan mempunyai benang merah langsung ke The Omen (1976) dengan menunjukkan foto Gregory Peck (pemeran asli di film tersebut).

Tak hanya itu, nampaknya Margaret nantinya akan mempunyai kisahnya sendiri dan kita tunggu saja apakah film ini akan berlanjut atau tidak.

Tonton segera The First Omen di semua bioskop Indonesia mulai 03 April 2024.

 

Director: Arkasha Stevenson

Cast: Nell Tiger Free, Tawfeek Barhom, Sônia Braga, Ralph Ineson, Bill Nighy, Charles Dance

Duration: 120 Minutes

Score: 8.2/10

WHERE TO WATCH

The Review

The First Omen

8.2 Score

The First Omen merupakan prekuel The Omen yang fokus kepada Margaret dan mencari siapa yang menjadi ibu dari anak-anak iblis

Review Breakdown

  • Acting 8
  • Cinematography 9
  • Entertain 8
  • Scoring 8
  • Story 8
Exit mobile version