Review Losmen Melati (2023)

Misteri Kutukan Pemilik Sebuah Losmen Tua yang Memakan Banyak Korban

losmen melati cover

© Catchplay

“Saya terlahir dari sebuah kegelapan yang kamu kenal di losmen ini,” – Madam Melati.

Bioskop Indonesia kembali menghadirkan salah satu film horor unggulannya pada minggu ini. Film yang berjudul Losmen Melati ini pada awalnya diplot menjadi serial original Catchplay+ sebelum akhirnya berubah format menjadi film layar lebar yang akan dipecah menjadi beberapa bagian.

Premis awalnya sebenarnya sangat menjanjikan. Dengan memakai gaya naratif yang dipadukan dengan alur maju mundur ke berbagai lini masa, Losmen Melati tampaknya tampil berbeda dari film horor Indonesia kebanyakan yang cenderung linier.

Sinopsis

© Catchplay

Dari awal saja kita langsung masuk ke era 90-an, tepatnya di tahun 1997, di sebuah tempat di Jawa, seorang polisi mendatangi Losmen Melati untuk mencari rekannya. Sesampainya di tempat tersebut, ia ketakutan melihat boneka yang matanya tinggal satu dan melihat sesuatu yang menyeramkan di kamar sebelahnya. Tak lama ia Madam Melati datang dengan sebuah kapak dan menebas polisi itu hingga mati. Adegan itu menjadi adegan pembuka sebelum akhirnya Madam Melati muncul dan mulai menceritakan kepada kita sejarah siapa dirinya dan apa yang terjadi di situ. Madam Melati memulainya dengan kisah ini dimulai dari 7 tahun yang lalu atau tepatnya tahun 1990.

Di sini kita ditunjukkan sebuah keluarga dengan satu anak yang pergi untuk menginap di Losmen Melati. Pasangan Karim (Totos Rasiti) dan Dara (Putri Ayudya) bersama anak lelakinya mendadak menginap di Losmen Melati karena mereka tidak mendapatkan tempat menginap. Mereka diterima oleh Pak Golog (Samuel Panjaitan), resepsionis losmen sekaligus tangan kanan Madam Melati (Alexandra Gottardo). Memasuki lobi losmen, sang anak takjub melihat interior losmen yang dipenuhi barang-barang kuno dan juga tertarik dengan sejumlah foto yang dipajang di dinding losmen.

Sebelum mereka masuk kamar, mereka diberitahu Pak Golog kalau Madam Melati mengundang untuk minum teh bersama, yang katanya merupakan sambutan dari pemilik losmen kepada tamu yang akan menginap di situ. Madam Melati bisa membaca dengan cepat kalau Ibunda dari Bu Dara baru saja meninggal dan ia juga tahu kalau ia meninggal tidak didampingi anak-anaknya. Hal tersebut membuat Bu Dara kaget dan sedikit emosi dengan apa yang dikatakan Madam. Segera mereka naik untuk tidur di kamar dan saat tidur itulah terjadi hal menakutkan pada mereka bertiga.

© Catchplay

Madam kemudian sempat bercerita tentang asal usulnya tepatnya pada tahun 1887 di mana ia merupakan anak dari tentara Belanda yang saat tahu ibunya hamil, sang ayah meninggalkannya seorang diri dan hidup dalam cemoohan masyarakat sekitarnya. Ibunya lantas meminta bantuan dukun dan tumbalnya adalah Melati sendiri, yang menerima kutukannya.

Rupanya sang ibu tak kunjung sembuh dan 13 tahun kemudianm pada tahun 1900, ia meminta bantuan dokter Kusno yang tinggal di rumah yang sekarang menjadi Losmen Melati. Kusno bersama anaknya, Sigit, diam-diam melakukan eksperimen tidak manusiawi pada mayat yang mereka beli dari masyarakat sekitar. Namun, saat sang ibu datang lagi untuk yang kedua kalinya, sang ibu mati digantung oleh para pemburu, dan Sigit memasukkan mayat ibunda Melati ke dalam rumah. Di rumah tersebut, Melati baru sadar kalau rumah tersebut dan penghuninya dikutuk oleh arwah orang mati. Kutukan itulah yang menguasai Melati juga orang-orang yang menginap dan lantas menghilang secara misterius di tempat tersebut. Misteri apa yang sesungguhnya terjadi di Losmen Melati? Dan kemanakah para tamu yang menginap di losmen tersebut?

Alur maju mundur yang dinamis akan membuat sebagian penonton bingung

Penggunaan alur maju mundur disertai cuplikan narasi dari Madam Melati memang sangat menarik. Penceritaan film seperti inilah yang membuat Losmen Melati sangat berbeda dari kebanyakan film Indonesia, walaupun di luar sana, gaya seperti ini sudah biasa dibuat. Namun, buat penonton yang belum terbiasa dengan gaya penceritaan seperti ini, akan kesulitan mengikuti film ini. Terlebih lagi lini masa yang terpecah di tahun-tahun yang berbeda dan banyaknya cast yang bermain, membuat penonton harus fokus menonton film ini. Sekali kita terlewat beberapa adegan saja, akan membuat kita kehilangan cerita utuhnya.

© Catchplay

Sisi artistiknya digarap serius, & Madam pun berdandan ala gothic

Salah satu jualan film Losmen Melati yang membuat penonton mau melihat film ini adalah tampilan visualnya yang sangat menarik. Segi artistik film ini memang diperhatikan dengan detil, hingga kita bisa merasakan nuansa retro klasik yang keren, namun juga dipadukan dengan elemen klenik seperti sajen, boneka bermata satu, juga foto-foto lawas dengan pose mengerikan. Wardrobe dan make-up yang digunakan Madam Melati pun terlihat bernuansa sedikit gothic. Hal ini terasa pas dan menguatkan kesan menakutkan dari si pemilik losmen. Karena kalau terlalu gothic pun, akan malah terlihat aneh, dan orang yang menginap akan ketakutan melihat Madam Melati.

Eksterior bangunan losmen pun digambarkan sangat tua dan reyot, dengan sentuhan sedikit bergaya country yang tidak terurus. Namun, saat kita melihat interiornya, perbedaannya akan langsung terlihat kontras. Memang terlihat tidak logis. Kalau untuk sebuah rumah mungkin masuk akal, tapi kalau untuk sebuah losmen, mungkin tak akan ada yang mau menginap kalau tampilan luarnya seperti itu. Apalagi di awal sempat diceritakan kalau losmen ini berlokasi sangat jauh dari jalan raya.

Skoringnya mencekam, sayangnya sedikit overpowering

© Catchplay

Salah satu kelebihan film ini ada di skoringnya yang mencekam dan terlihat menyatu dengan adegannya. Namun, di beberapa adegan, suaranya sedikit overpowering hingga dialog yang sedang berlangsung kadang tak terdengar. Hal ini sebenarnya tak terlalu serius, namun hanya sebagai catatan saja. Cineverse memastikan hal ini dengan menonton ulang filmnya di bioskop yang berbeda dari saat press screening, dan ternyata memang benar.

Kesimpulan

Sebagai sebuah film layar lebar yang diangkat dari sebuah serial, Losmen Melati ini sangat menjanjikan. Walaupun ide ceritanya biasa saja, namun penggunaan alur maju mundur yang dipadukan dengan gaya naratif Madam Melati sangat menarik dan berbeda dari film horor Indonesia lainnya. Hal itu makin menguatkan kesan misterius dari si empunya losmen yang berdandan sedikit gothic. Sisi artistiknya yang bergaya retro klasik pun tidak kalah dengan buatan Hollywood. Skoringnya pun demikian powerful, bisa menyatu dengan adegannya (dengan sedikit catatan-red). Akting para pemain masih bisa dikatakan rata-rata saja, kecuali Putri Ayudya yang tampil eksplosif di film pertama Losmen Melati ini.

Kisah kutukan Losmen Melati yang mulai dibangun naratifnya dari awal ini tampaknya akan makin menguat di sekuelnya nanti, terlihat jelas dari after credit scene yang menunjukkan pemeran baru bermunculan seperti Imelda Therrine, Shareefa Danish, dan Widika Sidmore. Jadi buat kamu yang tertarik akan film horor yang berbeda, Losmen Melati pantas menjadi tontonan wajib kamu.

 

Director: Mike Wiluan & Billy Christian

Cast: Alexandra Gottardo, Kiki Narendra, Putri Ayudya, Totos Rasiti, Dwi Sasono, Fandy Christian,  Samuel Panjaitan

Duration: 92 Minutes

Score: 6.6/10

WHERE TO WATCH

The Review

Review Losmen Melati (2023)

6.6 Score

Losmen Melati mengisahkan kutukan yang tinggal di losmen itu selama ratusan tahun bersama Madam Melati dan telah memakan banyak korban

Review Breakdown

  • Acting 6
  • Cinematography 6
  • Entertain 7
  • Scoring 7
  • Story 7
Exit mobile version