“Kalau agama benar, dan manusia akan mendapatkan balasan sesuai dengan apa yang dia lakukan di dunia, orang yang saya cari itu pasti akan mendapatkan siksa di dalam kubur,” – Sita (Siksa Kubur, 2024)
Dua film unggulan saat Lebaran nanti telah diputar ke hadapan media. Setelah sebelumnya Badarawuhi di Desa Penari melangsungkan media screeningnya pada minggu lalu, kini giliran Siksa Kubur yang melangsungkan pemutaran perdananya di Jakarta (3/4).
Film horor terbaru dari Joko Anwar ini memang sangat berbeda dari kebanyakan film horor yang pernah hadir di Indonesia. Seperti apakah filmnya? Cineverse akan mengulasnya di bawah ini.
Sinopsis
Kakak beradik Sita (Widuri Puteri) dan Adil (Muzakki Ramdhan) hidup bahagia dengan kedua orang tuanya yang mempunyai usaha toko roti yang sudah berdiri puluhan tahun di sebuah kota besar. Suatu ketika muncullah seorang pria yang nampak gelisah, ia mengeluarkan kaset dan menyerahkannya kepada Adil sambil meminta tolong untuk percaya padanya.
Lelaki itu lantas mengambil uang dari kasir dan keluar. Sita lantas melaporkannya kepada ayahnya yang kemudian keluar dan disusul kemudian oleh ibunya. Beberapa menit kemudian terdengar ledakan dan kedua orang tua Sita dan Adil menjadi korban bom bunuh diri yang dilakukan pria tersebut.
Sejak kejadian tersebut, Sita dan Adil pindah ke sebuah pesantren. Namun, lagi-lagi ia menemukan fakta mengerikan saat Adil menjadi korban dari Pak Wahyu (Slamet Rahardjo) yang membuat Sita harus menyelamatkan adiknya dan keluar dari tempat itu.
Saat dewasa, Sita (Faradina Mufti) yang sudah tidak percaya lagi pada agama, bekerja di sebuah Panti Wreda demi mencari orang yang paling ia benci selama hidupnya. Saat orang itu meninggal, Sita dibantu Adil yang sekarang bekerja di kamar mayat di sebuah rumah sakit, membantunya masuk ke dalam kuburan untuk membuktikan bahwa siksa kubur tidak ada dan agama tidak nyata.
Namun, ternyata yang ia temukan sungguh mengejutkan. Sita mendapati banyak hal lain di luar nalarnya yang membuat ia harus percaya atau tidak dengan apa yang ia yakini sebelumnya.
Mempunyai benang merah dari film pendek Joko Anwar
Film Siksa Kubur ini merupakan pengembangan dari film pendek berjudul Grave Torture yang pernah dibuat Joko Anwar pada tahun 2012.
Pemakaian judul bahasa Inggris yang sebenarnya memiliki arti yang sama dengan siksa kubur ini menceritakan pengalaman seorang anak yang ayahnya merupakan seorang pembunuh berantai, tewas dan jenazahnya disemayamkan di dalam sebuah peti mati yang sedang ditaruh di rumahnya.
Sang anak lantas masuk memeluk kaki sang ayah dan tertidur. Tanpa ia sadari seseorang menutup peti tersebut dan menguburkannya. Di dalam peti itu sang anak melihat ayahnya yang sudah mati terkena siksa kubur yang membuat kita miris di dalam film berdurasi hampir 8 menit ini.
Di Siksa Kubur, kita akan melihat bagaimana representasi Joko Anwar terhadap pengalaman mengerikan ini lewat narasi yang jauh lebih dalam dari film pendek miliknya. Film ini juga akan berkorelasi langsung dengan Siksa Kubur lewat karakter utamanya.
Memiliki 3 lini masa sebagai latar karakter utamanya
Karakter Sita dan Adil akan digambarkan dalam perjalanan 3 lini masa berbeda yang akan menjelaskan bagaimana Sita menjadi karakter yang tidak percaya kepada agama dan siksa kubur lewat beberapa peristiwa penting yang membuat hidupnya berubah.
Karakter Sita sangat dominan bila dibandingkan Adil yang cenderung pasif, karena sebagai kakak yang cenderung protektif kepada adiknya. Sita merasa bersalah ketika tahu orang tuanya meninggal gara-gara perbuatannya, dan membuat adiknya mengalami peristiwa buruk. Kedua hal itulah yang membuat semua pandangan hidupnya berubah sama sekali.
Elemen teknisnya ada di level tertinggi dalam sebuah genre horor
Belum pernah penulis merasakan pengalaman sinematik dalam horor seintens Siksa Kubur. Horor di sini bukan hanya sekedar jumpscares-nya, namun bagaimana film ini menciptakan atmosfer kengerian lewat desain suaranya dengan sangat detil, bahkan sejak film dimulai.
Pelan tapi pasti, musik latar seolah tanpa henti mengiringi adegan di dalam film. Pemakaian musik latar dengan skoring yang menyayat seperti ini akan membuat penonton fokus ke film dan menjaga tensi film tidak turun.
Nuansa horornya pun terasa kental hingga akhir film dengan pengambilan gambarnya yang luar biasa indah, kelam, sekaligus mencekam dan menakutkan. Suasana di Panti Werdha berhasil digambarkan dengan cantik, dengan suasananya yang temaram, dengan sejumlah wardrobe klasik dan penghuninya yang beragam dan penuh misteri.
Pengambilan gambar di terowongan yang dilakukan sambil berlari dengan secercah cahaya senter, akan membuat penonton terjaga akan tiap kejutan yang bisa tiba-tiba muncul di depan kamera. Terlebih saat ada di dalam kuburan, bersiaplah penonton akan tiap kejutan yang dihadirkan dalam adegan ini.
Walaupun pengalaman sinematiknya sangat unggul di semua lini, tempo film yang terlalu lambat akan membuat mata penonton lelah setelah memasuki lini masa kedua dan ketiga film. Minimnya adegan yang membuat adrenalin penonton terpicu, memang membuat segmen ini terasa lemah dan akan membuat penonton merasa bosan.
Karakternya agak melebar kemana-mana
Pada dasarnya, Siksa Kubur memfokuskan ceritanya kepada Sita dan Adil. Namun, kenyataannya, memasuki lini masa terakhir, kita akan menjumpai banyak karakter di sana, dan kadang tidak berkaitan sama sekali dengan fokus cerita ini.
Tapi secara bijak, kita akan melihat usaha Joko Anwar dalam menumbuhkan rasa percaya kepada Sita terlebih kepada apa yang ia yakini saat itu. Sita akan melihat problematika hidup di penghuni panti dengan segala kompleksitasnya masing-masing.
Ketidakpercayaan Sita kepada agama dan siksa kubur, senada dengan kutipan yang pernah diungkapkan seorang Pendeta asal Inggris, Thomas Fuller pada abad ke-17. Ia pernah mengungkapkan sebuah kutipan Seeing is Believing, but feeling is the truth yang diartikan, “dengan melihat barulah bisa percaya, namun bisa merasakan adalah sebuah kebenaran.”
Kutipan ini menunjukkan bahwa iman dan kebenaran adalah dua hal yang berbeda. Benar atau tidaknya itu semua tergantung dari sudut pandang kita masing-masing. Dengan bantuan orang-orang yang ada di Panti Werdha, Sita mendapat sebuah pencerahan yang akan berimplikasi pada konklusi akhirnya yang amat mengejutkan.
Visualisasi siksa kubur yang amat mengejutkan
Salah satu hal yang akan membuat penasaran penonton adalah bagaimana penggambaran alam barzah dan siksa kubur di dalam film ini, mengingat tak ada bukti empiris yang secara faktual bisa dijadikan referensi. Semua gambaran yang divisualisasikan berdasarkan pada sejumlah hadits yang terdapat di dalam beberapa surat Al-Qur’an dan hadits Rasulullah SAW.
Menurut Rasulullah SAW, siksa kubur adalah hal yang pasti, dan kita bisa ditunjukkan pemandangan neraka, disempitkan kuburnya dan diremukkan tulang belulangnya, ditemani amalan buruk, dan dipukul menggunakan godam dari besi oleh malaikat.
Begitupun Ustadz Amir As Soronji dalam kajian akidah takmir Masjid Ulil Albab Universitas Islam Indonesia pada tahun 2020 pernah mengatakan,
“Selain Rasulullah dan binatang-binatang, ada pula beberapa orang yang diberi kesempatan untuk mendengarkan siksa kubur. Jika ada seseorang yang bercerita mengenai siksa kubur maka yang ia harus memastikan apakah orang tersebut jujur dan terpercaya atau mendusta. Jika ia orang terpercaya, amanah, misal Sholih atau Sholihah maka bisa saja benar, tapi tentu ini atas kehendak Allah,” kata Ustadz Amir.
Ia juga menambahkan, “Orang dapat mendengar atau melihat azab kubur ketika dalam keadaan terbangun maupun bermimpi. Jika bermimpi maka ia yang dalam keadaan tidur namun ruhnya bisa duduk, berdiri, berjalan, berbicara, atau melakukan berbagai hal di alam bawah sadarnya.”
Apa yang dikatakan Ustadz Amir sebagian berhasil digambarkan dalam film ini, terlebih lagi Joko Anwar bisa menghadirkan sosok Syuja’ul Aqra, seperti nampak di poster resmi film ini, yakni sebuah ular yang bentuknya amat mengerikan dan menjadi teman di alam kubur. Namun, visualisasinya sedikit mengingatkan kita akan wujud Hydra yang ada di mitologi Yunani.
Kesimpulan
Siksa Kubur bisa dikatakan menjadi karya avant-garde Joko Anwar dalam sepanjang karirnya sebagai sutradara sekaligus penulis. Pengalaman sinematik yang sangat intens dan mencekam, bisa dirasakan penonton dalam sebuah genre horor, sekalipun film ini minim jumpscares. Namun, secara kualitas, film ini ada di atas semua film Indonesia bergenre sejenis dan sejajar dengan film buatan Hollywood sekalipun.
Semua pemain yang hadir dalam film ini mempunyai kualitas kebintangan yang tak usah dipertanyakan lagi. Karakter Sita yang menjadi protagonis di film ini berhasil menjadi jembatan bagi Joko Anwar dalam menggambarkan bagaimana kepercayaan dan keyakinan akan adanya Tuhan menjadi dilematika tersendiri yang harus dicari jawabannya lewat sejumlah karakter yang dihadirkan di segmen ketiga.
Walaupun film ini unggul di sisi teknis, bukan berarti film ini tidak mempunyai kelemahan. Pace-nya yang lambat akan membuat sebagian penonton bosan, karakter Adil juga cenderung dianaktirikan, terasa hanya sebagai pelengkap saja. Tapi disinilah menariknya. Karakter Adil menjadi kunci pembuka rumitnya film yang mungkin tidak dimengerti sebagian orang yang telah menontonnya.
Harap diperhatikan, Siksa Kubur bukanlah film untuk semua orang. Buat kamu pecinta film, Siksa Kubur akan menghibur kamu dengan sajian visualnya dan narasinya yang luar biasa (walaupun ending-nya akan menimbulkan multi tafsir dan perdebatan di antara penonton), tapi itu bagus.
Namun, buat kamu yang mengharapkan film ini akan seperti film Joko Anwar sebelumnya seperti Pengabdi Setan atau Perempuan Tanah Jahanam, mungkin akan kecewa karena Siksa Kubur akan membuat kamu berpikir lebih ekstra lagi dalam memahami makna tersembunyi di balik semua ini..
Yang jelas, Siksa Kubur akan menciptakan sebuah diskursus menarik di berbagai platform media, dan tampaknya itu yang diharapkan Joko Anwar selama ini.
Nantikan Siksa Kubur mulai 11 April 2024 serentak di seluruh bioskop Indonesia.
Director: Joko Anwar
Cast: Faradina Mufti, Reza Rahadian, Christine Hakim, Fachri Albar, Happy Salma, Slamet Rahardjo, Arswendy Bening Swara, Niniek L Karim, Jajang C. Noer, Djenar Maesa Ayu, Putri Ayudya, Runny Rudiyanti, Haydar Salishz, Afrian Arisandy, Ramadhan Al Rasyid, Tony Merle, Mian Tiara, Henry Manampiring, Widuri Puteri, Muzakki Ramdhan
Duration: 116 Minutes
Score: 9.0/10
WHERE TO WATCH
The Review
Siksa Kubur
Siksa Kubur mengisahkan Sita yang mempertanyakan kebenaran agama dan siksa kubur yang terjadi setelah seseorang dikuburkan