Review The French Dispatch (2021)

Sebuah Pendekatan Berbeda Wes Anderson Mengisahkan Perjalanan Sebuah Surat Kabar

“Just try to make it sound like you wrote it that way on purpose” – Arthur Howitzer Jr (The French Dispatch)

 

Jika kalian ingin melihat karya gaya Wes Anderson, ‘The French Dispatch’ adalah film yang tepat. ‘The French Dispatch of the Liberty, Kansas Evening Sun’ atau hanya ‘The French Dispatch’ adalah sebuah film komedi antologi Amerika tahun 2021 yang ditulis, disutradarai dan diproduksi oleh Wes Anderson. Dari cerita yang dibuat oleh Roman Coppola, Hugo Guinness dan Jason Schwartzman.

Proyek ini pertama kali disebutkan pada Agustus 2018 sebagai set musikal Perang Dunia II tanpa judul setelah. Pada bulan Desember tahun yang sama, film tersebut secara resmi diumumkan, dengan Anderson menyebutnya sebagai “surat cinta untuk jurnalis.”

Pembuatan film berlangsung antara November 2018 di kota Angoulême di barat daya Prancis dan selesai pada Maret 2019. ‘The French Dispatch’ ditayangkan perdana di Festival Film Cannes pada 12 Juli 2021 akibat penundaan dari tahun 2020. Dirilis secara teatrikal di Amerika Serikat pada 22 Oktober 2021. Dan bisa kita saksikan di Disney+ Hotstar Indonesia mulai 2 Februari 2022.

Sinopsis

Di kota fiksi Prancis Ennui-sur-Blasé, Arthur Howitzer Jr. (Bill Murray), editor majalah The French Dispatch, meninggal mendadak karena serangan jantung. Dibuatlah edisi terakhir terbutan sesuai dengan surat wasiatnya.

@ Disney+

Pada awalnya seorang reporter bernama Herbsaint Sazerac (Owen Wilson) berkeliling kota untuk menunjukkan setiap sudut kota Ennui-sur-Blasé. Kota yang menjadi saksi majalah tersebut, dan membandikan gambaran area penting seperti kafe, gang penuh pencuri, hingga tempat hiburan dan perubahannya.

The Concrete Masterpiece

J.K.L. Berensen (Tilda Swinton) mengisi tulisan dengan segmen seni dari cerita karir Moses Rosenthaler (Benicio del Toro) sebagai pelukis. Moses yang menghasilkan karya kontroversial yang akhirnya menjadi gaya tersendiri. Moses mendapat ide dari kisah cintanya bersama sipir perempuan bernama Simone.

Revisions to a Manifesto

Lucinda Krementz (Frances McDormand) membuat segmen mengenai politik dengan mengisahkan cerita Zeffirelli (Timothée Chalamet) seorang pelajar yang menjadi anggota protestan untuk revolusi pada saat itu. Menjalani romansa dengan rekannya Juliette (Lyna Khoudri). Namun dirinya terbunuh saat memperbaiki menara radio, dan menjadi simbol pergerakan nasional.

The Private Dining Room of the Police Commissioner

Roebuck Wright (Jeffrey Wright) membuat segmen makanan dengan menceritakan kisahnya menghadiri makan malam pribadi dengan Komisaris kepolisian (Mathieu Amalric) Ennui. Terdapat makanan yang dibuat oleh Lt.Nescaffier (Stephen Park) yang selalu menjadi khas sajian untuk polisi yang bertugas. Makan malam diganggu dengan penculikan akan komisaris bernama Gigi (Winston Ait Hellal).

Motif penculikan untuk menuntut agar akuntannya di bebaskan. Untuk membebas kan Gigi, para penculik diberi makan Nescaffier yang telah diberi racun. Akhirnya anak dari komisaris dapat lolos berkat makanan tersebut.

Deretan bintang tak mengecewakan

Jika kalian melihat jajaran bintang yang mengisi merupakan daya tarik tersendiri yang kuat. Dari awal para redaksi yang mencoba menyusun. Dari mulai Bill Murray (Arthur Howitzer Jr.) kepala editor yang sangat minim perannya, sangat mencerminkan kepala editor dengan semua karyawan yang bekerja dengan karakternya masing-masing.

Di babak pertama chemistry Benicio del Toro dengan Léa Seydoux terlihat cukup aneh tapi berhasil menyajikan gambaran dari sudut pandang pelukis. Kegilaan Moses Rosenthaler (Benicio del Toro) aneh dan menggelikan dan benar-benar menjadi makanan untuk Julien Cadazio (Adrien Brody) seorang penjual dan promotor karya seni.

@ Disney+

Bagian kedua giliran Timothée Chalamet dan Lyna Khoudri menjalani chemistry tak terduga di tengah gencarnya protes para pelajar. Zeffirelli (Timothée Chalamet) di sini lebih memimpin jalannya cerita, dengan pembawaan uniknya di sini.

Di bagian akhir, karakter yang menonjol adalah Lt. Nescaffier (Stephen Park) dengan ide yang di luar nalar kita. Peran yang tidak bergantung satu sama lain, membuat babak ketiga cerita tentang makanan ini memang sangat tidak biasa.

Bercanda dengan gaya

Melihat ‘The French Dispatch’ memang terasa aneh dan terlihat seperti film bercandaan belaka. Apalagi visual yang sangat dinamis dalam setiap adegan. Dari mulai tone di beberapa adegan yang sangat menonjol cerah dan beberapa adegan terlihat muram. Apalagi film ini hadir dengan gaya hitam putih juga.

Jika menonton film hitam putih memanglah cocok jika menggunakan rasio 3:4. Tapi dalam ‘The French Dispatch’ tidak sepenuhnya visual hitam putih memenuhi layar. Beberapa adegan untuk menebalkan kisah kilas balik dalam tulisan sang penulis sangat cocok. Peralihannya dari gambar berwana ke hitam putih sangat unik.

@ Disney+

Tak hanya warna, set film yang maksimal dari mulai kota fiksi Ennui dan beberapa interior yang kita bisa lihat memang hanya set buatan. Tiap perpindahan skema set adegan pun terlihat pergeseran prop-prop film yang sengaja diperlihatkan. Dengan keunikan pengambilan gambar, tidak terlihat film ini hanya bercandaan saja, gaya unik ini menjadi nilai tambah sendiri dari Wes Anderson.

Set yang mewah didukung dengan kostum apik para pemain. Penggambaran tahun 60-an sangat terasa mulai dari set yang bersatu dengan pakaian dan gaya rambut khas. Prop ala film 60-an pun juga terlihat ngentrik di beberapa adegan.

Penyampaian unik melampaui batas

Plot yang memang terpisah-pisah hanya sebagai pembatas, apa saja yang para jurnalis ini akan terbitkan di majalah edisi terakhirnya. Sebuah cerita-cerita mind blowing akan hadir mengocok perut penonton. Mungkin alurnya lugas dan urut, tapi pasti kalian tidak akan menyangka bahwa sebuah kisah yang akan diselesaikan seperti itu.

Dari mulai cerita awal di kantor penerbitan, kita layaknya menyaksikan sebuah sit-com dengan jurnalis-jurnalis kocak di dalamnya. Lalu awal Herbsaint Sazerac bersepeda berkeliling kota bahkan tak menyangka akan merusak sepedanya sendiri karena jatuh.

@ Disney+

Di dalam cerita-cerita isi majalah pun demikian. Seorang pelukis gila dengan karya anehnya terjual sangat mahal hingga penculikan anak yang diselesaikan dengan makanan beracun. Keanehan ini mungkin tidak akan ditemui di film manapun. Penyelesaikan tiap cerita kecil membuat kita terheran-heran.

Kesimpulan

Wes Anderson menampilkan gayanya dalam ‘The French Dispatch’ dengan penuh kejutan. Penuh bintang tidak disia-siakan dengan pengisian peran yang pas. Tiap karakter yang ada, selalu sukses membuat pikiran kita berantakan menyusun apa yang kita lihat.

Bintang-bintang besar bermain dalam set yang dinamis. Visual berbagai macam gaya di tampilkan, hingga peralihan antar adegan yang sengaja diperlihatkan, ibarat kita sedang menonton di balik layar pembuatan film. Dukungan set dan kostum juga menebalkan film ini ke nuansa 60-an.

@ Disney+

The French Dispatch’ kalian harus perhatikan dengan seksama, mungkin visual klasik tidak semua orang suka, tapi cerita aneh yang ditampilkan di sini membuat hiburan tersendiri yang terus menggelitik perut kalian.

 

Director: Wes Anderson

Casts: Benicio del Toro, Adrien Brody, Tilda Swinton, Léa Seydoux, Frances McDormand, Timothée Chalamet, Lyna Khoudri, Jeffrey Wright, Bill Murray, Owen Wilson, Christoph Waltz, Edward Norton, Jason Schwartzman, Anjelica Huston

Duration: 108 minutes

Score: 8.0/10

WHERE TO WATCH

The Review

The French Dispatch

8 Score

Kumpulan cerita unik dari para jurnalis untuk mengisi majalah Kansas Sun yang ingin menerbitkan edisi terakhirnya untuk memenuhi wasiat dari pemiliknya

Review Breakdown

  • Acting 8
  • Cinematography 8
  • Entertain 8
  • Scoring 8
  • Story 8
Exit mobile version