Review The Doll 3 (2022)

Aksi Teror Boneka Bobby yang Mematikan

“Doakan dia, relakan dia pergi. Dengan begitu, tidak ada alasan untuknya kembali,” – Bu Laras (The Doll 3).

 

Memasuki pertengahan tahun 2022, perfilman Indonesia masih gencar-gencarnya diramaikan oleh teror film horor dalam negeri yang menghiasi bioskop. Setelah film Indonesia terlaris sepanjang masa dipuncaki oleh ‘KKN di Desa Penari’, film horor lokal semakin dilirik masyarakat dan semakin banyak peminatnya.

Menambah entri film horor Indonesia tahun ini, seri ketiga dari waralaba laris ‘The Doll’ telah rilis pada akhir Mei lalu. Sebelumnya, waralaba ini dimulai pada tahun 2016 dengan film pertamanya ‘The Doll’ yang menceritakan tentang teror boneka Ghawiyah.

Seri ini berlanjut di tahun 2017 dengan teror boneka Sabrina di ‘The Doll 2’, yang kemudian mendapatkan spin-off-nya di tahun 2018, ‘Sabrina’. Dengan film terbarunya yang menjadi penutup dari trilogi ‘The Doll’, ini ulasan kami tentang film ‘The Doll 3’.

Sinopsis

© Hitmaker Studios

Cerita ‘The Doll 3’ dibuka dengan sebuah kecelakaan tragis yang menimpa keluarga Tara (Jessica Milla). Akibat kecelakaan itu, Tara harus kehilangan orang tuanya, satu-satunya keluarga yang selamat hanya Gian (Muhammad Zidane), adik laki-lakinya yang dirawat di rumah sakit selama setahun.

Meskipun berhasil selamat, kecelakaan tersebut ternyata menyebabkan trauma bagi Gian. Dia memutuskan untuk mengakhiri hidupnya.

Dua bulan setelah Gian bunuh diri, Tara mencoba melanjutkan hidupnya. Tetapi hal itu tidak bisa menghilangkan rasa rindunya kepada Gian. Dengan kerinduannya yang tidak pernah hilang, Tara memanggil arwah Gian kembali untuk mengucapkan salam perpisahan yang terakhir kalinya.

Tara merasa bahagia karena ia kembali dipertemukan dengan boneka yang ia percaya sebagai arwah adiknya. Namun kebahagiaan itu berubah menjadi teror yang mematikan.

Bobby si boneka interaktif seharga 2 miliar

Seperti biasa, ‘The Doll 3’ masih menggunakan boneka sebagai sumber datangnya teror dan malapetaka. Tapi ada satu hal yang membuatnya berbeda dari film-film pendahulunya. Jika sebelumnya boneka Ghawiyah dan boneka Sabrina hanyalah boneka yang tidak dapat bergerak, kali ini ‘The Doll 3’ mempunyai mainan baru yang berbeda.

© Hitmaker Studios

Boneka yang diberi nama Bobby merupakan boneka Animatronics yang bisa bergerak sendiri. Bobby bisa berjalan, menggerakkan mulut dan tangannya, dan mengerutkan dahinya seakan memberikan ekspresi marah dan menyeringai.

Menurut Milzeru.com, rumah produksi Hitmaker studio bahkan sampai merogoh kocek sebesar 2 miliar rupiah untuk membuat boneka Animatronics yang didatangkan dari Bali. Tapi ada harga tentu saja ada kualitas. Boneka Bobby justru menjadi poin plus untuk ‘The Doll 3’ yang secara mengejutkan tampil luwes dan mencuri perhatian.

Cerita horor yang tak berbeda dari film-film yang sudah ada

Waralaba ‘The Doll’ bukanlah film satu-satunya yang membawa unsur boneka tukang teror dalam filmnya. ‘The Doll 3’ sama sekali tidak menghadirkan cerita baru dari apa yang sudah pernah ada sebelumnya.

Bahkan ceritanya mengingatkan kita kepada sosok boneka Chucky yang bisa bergerak dan membunuh orang. Belum lagi dengan hadirnya sosok Bu Laras yang diperankan Sara Wijayanto dan Raynard oleh Jeremy Thomas bertindak bak Lorraine dan Ed Warren dari ‘The Conjuring’.

Jadi jika diminta menggambarkan ‘The Doll 3’, yaitu merupakan gabungan antara ‘Child’s Play’ dan ‘The Conjuring’.

© Hitmaker Studios

Ceritanya pun mudah ditebak dan membosankan. Beberapa adegan juga terlihat memaksa dan sangat tidak masuk akal, misalnya, bagaimana bisa kecelakaan lift yang terjun bebas karena talinya putus hanya menyebabkan korbannya lecet? Paling tidak pasti menyebabkan patah tulang yang cukup parah kan?

Ingat adegan sinetron di mana sang karakter hanya berteriak saat mobil yang masih jauh melaju ke arahnya? Kurang lebih itu yang dilakukan para karakter yang pasrah saat boneka yang hanya berukuran 50 cm tingginya mendekati mereka. Bahkan dalam film ‘Child’s Play’, para karakternya berusaha melawan dengan susah payah agar tetap hidup.

Bagian ter-absurd-nya yaitu saat boneka Bobby mulai melontarkan kata-kata umpatan dalam Bahasa Inggris yang benar-benar aneh, gak jelas, dan gak penting.

Segi drama yang sayangnya kurang dieksekusi

‘The Doll 3’ mengangkat hubungan kakak-adik antara Tara dan Gian setelah kejadian malang yang menimpa mereka. Tara yang sedih kehilangan adiknya dengan putus asa meminta seorang dukun untuk memanggil arwah Gian agar masuk ke dalam boneka Bobby.

Tara senang saat dipertemukan kembali dengan adiknya melalui Bobby. Tapi Gian merasa cemburu lantaran hidup sang kakak mulai membaik. Tara kembali dengan tunangannya Aryan (Winky Wiryawan) yang sudah mempunyai anak perempuan, Mikha (Montserrat Gizelle).

© Hitmaker Studios

Gian merasa kasih sayang kakaknya sudah terbagi. Dia merasa kesepian dan takut bahwa kakaknya akan meninggalkannya seperti kedua orang tuanya. Hal ini seharusnya dapat berpotensi menjadi fondasi kuat untuk segi dramanya.

Tapi penonton tidak diberikan waktu untuk mengenal karakter Gian lebih dalam, dan hubungannya dengan sang kakak, yang membuat kita kurang berempati dengan sosok Gian.

© Hitmaker Studios

Penonton hanya melihat Gian sebagai anak laki-laki pencemburu, annoying, dan sadis. Padahal, semua yang ia lakukan semata-mata hanya untuk merasakan kasih sayang oleh keluarga satu-satunya yang ia miliki setelah kejadian yang membuat kondisi mental dan fisiknya terluka.

Dialog-dialog Gian lewat Bobby dibuat seperti anak kecil yang lebih kecil dari usianya juga terdengar seperti robot. Alih-alih mengutarakan perasaannya dengan memberikan Gian dialog yang mengharukan, kata-katanya hanya berputar pada kalimat ‘Kakak udah gak sayang aku lagi’, ‘Aku benci dia’, dan ‘Kakak lebih sayang Mikha’, membuat karakter Gian sama sekali tidak menarik.

Aksi penuh darah yang menegangkan

Meski hampir sepenuhnya berbeda dengan film-film sebelumnya di waralaba, ‘The Doll 3’ masih mempertahankan sisi gore dan penuh darahnya. Ya walaupun belum dapat melewati aksi Luna Maya di ‘The Doll 2’, sisi sadis di film ini masih menjadi porsi terbesar. Mulai dari aksi bunuh diri Gian saat terjun dari atap gedung, dan teror Bobby dengan pisau-pisaunya.

© Hitmaker Studios

Bagian yang menjadi ciri khas dari waralaba ini juga sayang sekali dihilangkan yaitu porsi Bu Laras yang hanya tampil di akhir film saja. Padahal jika mengikuti dari awal waralaba, Bu Laras menjadi bagian penting dalam melawan arwah nakal ini. Kita pasti menunggu-nunggu momen di mana Bu Laras datang dan memulai pengusiran setannya seperti yang dilakukan sebelumnya, yang sayang sekali tidak kita dapatkan.

Kesimpulan

Sudah ditunggu-tunggu sejak film terakhirnya ‘The Doll 2’ di tahun 2017, kini ‘The Doll 3’ tampil berbeda dengan memakai boneka yang dapat bergerak sendiri alih-alih hanya diam. Boneka bernama Bobby tampil lumayan mengesankan dengan gerakan yang luwes dan bisa berekspresi lewat raut wajahnya yang dapat berubah.

Sayangnya, film ini seperti tidak bisa menjaga komitmennya. Mungkin tim dibalik layar ingin membuat ‘The Doll 3’ lebih fokus pada sisi drama keluarga – yang juga sama sekali kurang digali, dan hanya meninggalkan film ini sebagai film slasher (yang penting menampilkan darah dan mengagetkan) tanpa plot dan latar belakang karakter yang dalam.

Dengan rating 17+ yang berisikan adegan penuh darah dan adanya kata-kata umpatan, sebaiknya kalian tidak menonton film ini dengan anak-anak di bawah usia.

 

Director: Rocky Soraya

Cast: Jessica Mila, Winky Wiryawan, Masayu Anastasia, Montserrat Gizelle, Zizie Zidane, Sara Wijayanto, Jeremy Thomas, Miranty Dewi

Duration: 115 minutes

Score: 5.0/10

WHERE TO WATCH

The Review

The Doll 3

5 Score

Setelah kematian adiknya, Tara memanggil arwah Gian kembali untuk mengucapkan salam perpisahan yang terakhir kalinya. Tara merasa bahagia karena ia kembali dipertemukan dengan boneka yang ia percaya sebagai arwah adiknya. Namun kebahagiaan itu berubah menjadi teror yang mematikan.

Review Breakdown

  • Acting 5
  • Cinematography 5
  • Entertain 5
  • Scoring 5
  • Story 5
Exit mobile version