“Hidup adalah usaha untuk mencari jalan pulang, kepada rumah, kepada ibu. Bagaimana rasanya ketika kita ada, tapi dianggap tiada,” – Lola Amaria (Eksil, 2022)
Sebuah film dokumenter yang amat sangat mengharukan akan mewarnai layar lebar kita di awal Februari ini. Film yang berjudul Eksil ini memang dibuat dengan hati dan kesungguhan yang tidak bisa diungkapkan oleh kata-kata.
Bagaimana tidak? Pengerjaan film ini memakan waktu kurang lebih 10 tahun sejak 2013! Film ini memang sempat tertunda karena kekurangan biaya, namun Lola Amaria yang bertindak sebagai Sutradara pada akhirnya meneruskan film ini saat salah satu narasumbernya meninggal.
Masalah umur dari para narasumber yang semakin menua menjadikan film ini harus dikerjakan sesegera mungkin atau film ini bahkan tidak bisa dibuat.
Eksil rilis perdana pada 27 November 2022 lewat program JAFF Indonesian Screen Awards di Jogja-NETPAC Asian Film Festival 2022 dan juga berhasil memenangkan Piala Citra sebagai Film Dokumenter Panjang Terbaik 2023.
Selain itu, film ini sempat diputar di Cinemasia Film Festival Amsterdam 2023 lewat program Panorama dan Festival Film Dokumenter 2023.
Sinopsis
Masa kelam yang dialami Indonesia selama pergolakan politik untuk melenyapkan Partai Komunis Indonesia pada tahun 1965, mengakibatkan pemerintahan Soeharto melarang ratusan mahasiswa yang sedang menempuh studinya di luar negeri untuk bisa kembali ke Indonesia.
Akibatnya para mahasiswa tersebut terpaksa tinggal berpindah-pindah tanpa status kewarganegaraan ke satu negara ke negara lainnya, tanpa adanya kejelasan.
Beberapa dari mereka berhasil diungkapkan lewat film ini yang mengunjungi mereka satu per satu di Belanda, Republik Ceko, Swedia, Jerman, dan Indonesia, untuk mengungkapkan kisahnya lewat film ini.
Kisahnya amat personal, kuat dan jujur dalam mengungkap fakta
Lola Amaria yang juga menyelipkan voice over atau pengisi suara sebagai pengantar film secara perlahan mengungkap satu per satu individu yang berhasil ia kumpulkan untuk mengisahkan pengalamannya masing-masing di negeri orang.
Secara gamblang, satu per satu narasumber mengisahkan perjalanan hidup mereka saat mendapat beasiswa dari Pemerintahan Soekarno dan bagaimana peristiwa G30S/PKI merubah hidup mereka selamanya.
Mereka dikucilkan, bahkan dari keluarga mereka sendiri yang ada di Indonesia, karena resikonya sangat besar dan bahkan bisa berujung kematian.
Hidup mereka pun di negeri orang bukannya baik-baik saja, ada dari mereka diikuti oleh agen rahasia di saat mereka sedang bepergian, dan karena itulah mereka tidak bisa menjalani hubungan serius dengan siapapun.
Ada juga yang dari mereka terpaksa merelakan istrinya untuk menikah lagi dengan sahabatnya, karena kondisi tahanan pada saat itu sangat mengkuatirkan dan istrinya yang saat itu sudah melahirkan, harus membesarkan anaknya di penjara.
Mereka berusaha menghibur diri untuk mengingatkan mereka akan tanah airnya dengan sejumlah cara. Saat beberapa dari mereka bisa pulang ke Indonesia pun (tentunya lewat kewarganegaraan asing) ketakutan itu tetap datang lewat sejumlah intimidasi.
Kesimpulan
Sekelumit kisah memilukan yang dialami mereka ini spontan akan membuat kita terharu dan bahkan tak bisa berkata-kata lagi. Banyak dari media saat menyaksikan Media Screening ini pada 29 Januari menitikkan air mata.
Hak mereka untuk mendapatkan kewarganegaraan Indonesia tidak kunjung datang, sementara pemerintah yang berkuasa silih berganti datang, namun hanya menjanjikan sesuatu yang fana saja dan makin jauh saja ditelan waktu.
Retorika politik yang sekedar menebar janji-janji surga kepada mereka pun tak digubris lagi. Memori rekolektif dari mereka ini akan membuat kita yang menonton seolah tersadar kalau kita yang selama ini lahir sesudah era mereka, ternyata telah didoktrin oleh propaganda pemerintah yang berkuasa (dalam hal ini Orde Baru).
Namun, setelah era itu berakhir, ternyata tak ada hal konkrit satu pun yang bisa diwujudkan pemerintah yang berkuasa, agar mereka bisa kembali ke Indonesia.
Film ini mengungkapkan kekuatiran dari sekelompok intelektual yang selama ini termajinalisasi dan sejumlah fakta yang mereka ungkapkan semoga bisa membuka mata para pengambil keputusan sebelum semuanya terlambat, dan sudah hilang ditelan debu.
Cineverse sangat merekomendasikan film ini terutama untuk generasi sekarang agar mereka bisa kritis dan terbuka dalam menyikapi masalah masa lalu kita yang sampai sekarang masih dihinggapi tanda tanya besar.
Eksil bisa kita saksikan di sejumlah jaringan bioskop Indonesia secara terbatas mulai 1 Februari 2024. Perhatikan jadwal tayangnya agar tidak ketinggalan menonton film ini
Director: Lola Amaria
Duration: 119 Minutes
Cast: Alm. Asahan Aidit, Alm. Chalik Hamid, Alm. Djumaini Kartaprawira, Alm. Kuslan Budiman, Alm. Sardjio Mintardjo, Alm. Sarmadji, Hartoni Ubes, I Gede Arka, Tom Iljas, Waruno Mahdi, Herutjagio Mintardjo, Nurkasih Mintardjo
Score: 10/10
WHERE TO WATCH
The Review
Eksil
Eksil mengisahkan para mahasiswa yang terjebak di luar negeri saat kekacauan politik tahun 1965 & mereka sekarang berjuang kembali ke Indonesia