Review The Sandman Season 1 (2022)

Perjalanan Morpheus atau The Sandman Membangun Kembali Kerajaan Mimpinya

“You’re a good person. Unfortunately, good people seldom survive in this world,” – John Dee (The Sandman)

 

Adaptasi terbaru dari karakter dan cerita Neil Gaiman, penuh fantasi dan imajinasi terbaru di Netflix. ‘The Sandman’ adalah serial televisi drama fantasi Amerika berdasarkan buku komik tahun 1989–1996 yang ditulis oleh Neil Gaiman dan diterbitkan oleh DC Comics.

Serial ini juga dikembangkan oleh Neil Gaiman sendiri bersama David S. Goyer, dan Allan Heinberg. ‘The Sandman’ diproduksi oleh DC Entertainment dan Warner Bros. Television. Seperti komiknya, ‘The Sandman’ bercerita tentang Dream “The Sandman”.

Upaya untuk mengadaptasi ‘The Sandman’ ke film dimulai pada tahun 1991 dan gagal dalam pengembangan selama bertahun-tahun. Karena pengembangan film yang berkepanjangan, Warner Bros. mengalihkan fokusnya ke serial yang jatuh ke Netflix pada Juni 2019

Pembuatan ‘The Sandman’ berlangsung dari Oktober 2020 hingga Agustus 2021. ‘The Sandman’ tayang perdana pada 5 Agustus 2022, dan secara umum mendapat ulasan positif dari para kritikus.

Sinopsis

Ketika mencoba untuk menangkap mimpi buruk yang dikenal sebagai Corinthian, Morpheus (Tom Sturridge) dikenal sebagai “Dream”, ditangkap dalam ritual okultisme oleh bangsawan Inggris Roderick Burgess (Charles Dance), yang berusaha untuk menangkap Death.

Roderick mencuri totem kekuatan Morpheus yaitu helmnya, sekantong pasir, dan sebuah rubi, semuanya akhirnya diambil oleh kekasih Roderick yang marah, Ethel Cripps (Joely Richardson) yang sedang mengandung anak Roderick.

Morpheus kembali ke dunia “Dream”, kerajaannya dan sumber mimpi. Di sana, ia menemukan istananya dalam reruntuhan karena ketidakhadirannya yang berkepanjangan. Morpheus mengunjungi Cain (Sanjeev Bhaskar) dan Abel (Asim Chaudhry), untuk mengambil peliharaan Gregory, yang akan memulihkan kekuatannya cukup untuk memanggil Fates.

© Netflix

Morpheus berhasil memanggil Fate Mother (Nina Wadia) yang memberitahunya tentang keberadaan peralatannya, kantong pasir dimiliki oleh pengusir setan Johanna Constantine (Jenna Coleman), helmnya di tangan iblis di Neraka, dan batu delima yang digunakan oleh John Dee (David Thewlis) putra Ethel.

Morpheus melacak Constantine, meminta pengembalian kantongnya. Namun, Constantine mengungkapkan bahwa dia menukarnya dengan mantan pacarnya yang telah menjadi kecanduan bedak.

Untuk mengambil kembali helmnya, Morpheus turun ke Neraka di mana dia bertemu Lucifer (Gwendoline Christie). Dia menemukan iblis dengan helm, tetapi untuk mendapatkannya kembali, iblis menantang Morpheus untuk bermain. Apakah Morpheus dapat mengumpulkan kembali barang-barangnya?

Konflik kompleks dunia fantasi

© Netflix

Dimulai dari seorang Morpheus yang harus meninggalkan kerajaan mimpinya “Dreaming world” karena ulah Roderick Burgess yang mengurungnya. Kerajaan mimpi porak poranda dan Morpeus atau Dream harus mengumpulkan kembali barang-barang dengan melintasi berabagai dunia, bahkan sampai neraka.

Di sini banyak legenda mitos horor yang bersinggungan dengan Dream. Bahkan Lucifer sang penguasa negara harus tunduk padanya. Dari mulai kantong pasir yang Johana Constantine tahu keberadaannya.

Jika kalian penggemar karakter DC, pasti tahu silsilah keluarga Constantine. Salah satunya adalah John Constantine yang paling sering kita dengar berkaitan dengan dunia supernatural. Johana di sini juga ikut membantu Dream mendapatkan barang-barangnya.

Namun saat semua barang terkumpul, konflik baru bagi Dream dan kerajaan mimpinya baru saja di mulai. Silsilah keluarga yang mungkin hanya dalam dunia fantasi Neil Gaiman, mendapat visual yang cukup mengesankan dan juga mengerikan.

© Netflix

Kalian dapat melihat bagaimana Death (Gianni Calchetti) bekerja menjemput nyawa tiap orang dengan begitu ramah. Lalu saudara lainnya Despair (Donna Preston) dan Desire (Mason Alexander Park) begitu cemburunya dengan Dream.

Semua konflik supernatural yang tidak biasa ini, akan terus mengikat kalian untuk mengikuti jalan cerita lintas waktu dan lintas dunia. Karena para penguasa setiap hal ini akan terus menonjolkan hal baru yang bersinggungan satu dengan yang lain.

Ini akan terasa mirip dengan film animasi ‘Inside Out’ di tahun 2015, berbagai emosi dengan visual karakter hidup yang mewakili. Walaupun banyak karakter baru, fokus konflik akan terus berputar sekitar Dream/ The Sandman.

Cast dan visual terjalin megah

© Netflix

Tak akan menyangka jika sebuah buku fantasi Neil Gaiman yang terkenal dengan karakter mistis dan mitosnya akan digambarkan seperti ini. The Sandman dengan ikonik rambut jigrak berantakan diperankan dengan apik oleh Tom Sturridge. Bagai lelaki emo yang sedang mencari jati diri.

Berbagai gambaran visualisasi tiap dunia, mengajak kita untuk terus berimajinasi lintas waktu dan alam. Bayangkan jika dunia mimpi, dunia nyata, bahkan dunia kematian kita saksikan dengan mata kepala kita sendiri. The Sandman menghadapi semua itu hanya dengan seekor burung gagak bernama Matthew.

Tiap karakter baru yang mungkin masih abu-abu perannya, baik atau jahat menjadi misteri di season pertama ini. Pengenalan dunia yang amat sangat luas ini terasa cukup berhasil dengan pemeran yang sesuai porsinya.

© Netflix

Terlihat agak mengerikan di beberapa episode, dari mulai The Sandman yang mengubah semua menjadi pasir, hingga kekejaman yang ditimbulkan dari kejujuran. Semua hal tersaji dengan rapi dan apik, semua unsur supernatural kita dapat.

Satu fokus sejuta unsur

Mungkin bagi penonton awam yang tidak mengetahui siapa dan apa Sandman, akan banyak pertanyaan dari ribuan bahkan jutaan unsur yang tersaji dalam 10 episode ini. Walau tak semua pernah membaca buku Sandman terlebih dulu, penampilan liva-action luar biasa, membuat kita akan terus terpesona dari segi cerita maupun visual.

© Netflix

Menunggangi karakter Dream/The Sandman sepanjang season 1, melihat semua konflik batin yang dialaminya. Seperti bertumbuh bersama karakter kompleks yang diiringin dengan berbagai masalah sekitarnya.

Banyak hal yang belum terungkap di season 1 akan menjadi potensi di season selanjutnya. Walau kita sudah di ajak bertamasya antar dunia, pasti banyak teori yang bermunculan dari misteri-misteri yang tersisa di tiap episode.

Kesimpulan

© Netflix

Setiap plot fantasi yang tergambar dengan berbagai karakter, membuka tiap lembar baru perluasan cerita yang tak dapat kita kira. Bahkan konflik Dream atau Morpheus sendiri tidak bisa tebak hingga akhir episode.

Visual mengesankan berbagai dunia, akan mengajak kita ikut berimajinasi bahkan sampai perjalanannya ke neraka. Efek dari tiap aksi-aksi karakter melengkapi semua unsur supernatural yang kita dambakan.

Dokus di karakter Dream atau The Sandman tak membuat kita kehilangan keindahan tiap unsur dan misteri yang terus bermunculan di tiap episode. Jika kalian menyaksikan dengan baik season pertama ini, pasti akan sangat menanti season berikutnya.

 

Director: Jamie Childs, Mike Barker, Andrés Baiz, Mairzee Almas, Coralie Fargeat, Louise Hooper

Cast: Tom Sturridge, Boyd Holbrook, Vivienne Acheampong, Patton Oswalt, David Thewlis, Jenna Coleman, Kyo Ra, Donna Preston, Gianni Calchetti

Episode: 11

Score: 8.2/10

WHERE TO WATCH

The Review

The Sandman Season 1

8.2 Score

Pada tahun 1916, Morpheus (Tom Sturridge) raja mimpi dan salah satu dari tujuh Endless, ditangkap dalam ritual okultisme. Setelah ditawan selama 106 tahun, Morpheus melarikan diri dan berangkat untuk memulihkan ketertiban di kerajaan Dream miliknya.

Review Breakdown

  • Acting 8
  • Cinematography 8
  • Entertain 8
  • Scoring 8
  • Story 9
Exit mobile version