Review Pasar Setan (2024)

Genre Found Footage Horor yang Tampil Tidak Sesuai Ekspektasi

pasar setan cover

© IDN Pictures

“Kita lagi menuju ke sebuah tempat yang telah melegenda namun gak ada satu orang pun yang bisa kembali dari sana dengan membawa bukti,” – Tamara (Pasar Setan, 2024)

Satu lagi film horor Indonesia hadir dengan sajian yang sedikit berbeda. Film berjudul Pasar Setan ini juga merupakan debut penyutradaraan dari Wisnu Surya Pratama dan mengangkat kisah mistis berlatar di sebuah gunung.

Film ini sekilas mengingatkan kita pada REC (2007), The Medium (2021) dari Thailand, atau dari Indonesia kita mungkin masih ingat Keramat (2009) dan Keramat 2: Caruban Larang (2022) yang menggunakan konsep serupa.

Konsep found footage yang diadaptasi oleh film yang diberi judul Pasar Setan mungkin bukan yang terbaru, tapi termasuk jarang diaplikasikan ke layar lebar Indonesia. Seperti apakah filmnya? Kita ulas di bawah ini

© IDN Pictures

Sinopsis

Seorang polisi, Rani (Michelle Tahalea) baru saja dimutasi ke sebuah di kaki Gunung Salak. Namun, ia terlihat sulit beradaptasi karena sebagai pimpinan, walaupun tegas terhadap bawahannya, Rani terlihat tidak memahami permasalahan masyarakat di tempat barunya tersebut.

Suatu ketika, Rani menemukan kasus pembunuhan yang melibatkan seorang vlogger cewek bernama Tamara (Audi Marissa). Kasus tersebut ternyata ditutup-tutupi oleh kantor Rani. Tak mau diam saja, Rani pun berusaha mengungkap kebenarannya. Tamara yang diduga pelaku pembunuhan ternyata mengalami banyak kejadian mistis selama di hutan.

Awalnya, Rani penasaran dengan mitos pasar setan yang populer di kalangan pendaki gunung. Sedangkan ia melihat tiga rekan Tamara terbunuh secara misterius. Sedangkan Tamara adalah satu-satunya orang yang selamat tapi dia ditahan oleh warga setempat.

Menurut warga, Tamara adalah jelmaan penguasa pasar setan yang harus dikembalikan agar tidak membahayakan keselamatan warga. Lalu, bagaimana dengan nasib Tamara? Apakah Rani berhasil mengungkap kebenaran di balik kejadian ganjil yang dialami Tamara?

© IDN Pictures

Premis menarik, sayang tidak murni found footage

Pasar Setan sebenarnya memiliki prolog yang dibangun menarik. Fenomena cancel culture yang sekarang banyak dialami masyarakat yang haus popularitas ternyata dialami empat konten kreator, Tamara, Kevin (Roy Sungkono), Caca (Shindy Huang), dan Yunus (Pangerang Lantang).

Hanya perbedaan kecilnya adalah, mereka memulai mencari popularitas dengan penampakan hantu palsu alias settingan yang mereka lakukan di kontennya agar meraih follower sebanyak mungkin. Saat kebohongan mereka terbongkar, mulailah mereka mencoba mencari tempat yang menawarkan penampakan asli dan disitulah Tamara menawarkan tempat yang pernah ia tahu dari ibunya.

Pasar Setan tidaklah murni found footage, karena film ini sejatinya adalah melihat dari rekaman yang direkam Yunus. Namun, Wisnu malah membuat perjalanan mereka dilihat dengan dua perspektif, milik sutradara dan dari rekaman. Sebuah eksekusi yang sebetulnya baik, dengan tujuan untuk menutupi kisahnya satu sama lain.

Amat disayangkan transisi dari found footage ke kamera asli terlihat tidak halus, membuat kisah mereka bak film horor pada umumnya. Alurnya pun menarik dan tidak sepenuhnya linear, Pasar Setan justru menghadirkan alur maju mundur agar kita memahami cerita yang dimaksud.

© IDN Pictures

Gore-nya terlihat maksimal

Setelah narasinya memasuki Pasar Setan, adegan gore satu per satu mulai bermunculan. Beragam aksi mulai membelah perut, mencabut usus, kepala dipenggal, kaki tertusuk hingga tembus, akan membuat kita yang tidak kuat akan merasa mual. Mengingatkan kita pada Siksa Neraka yang mempunyai adegan gore super sadis hanya latarnya saja berbeda.

Nyi Salimah yang menjadi penunggu atau pemilik Pasar Setan juga tampil maksimal dalam membunuh. Sayangnya secara eksposisi, Nyi Salimah tidak tergarap dengan baik. Kita tidak mengetahui siapa dia sebenarnya, mengapa dia melakukan aksi kejinya yang terbilang sadis itu? Kita tidak menemukan jawabannya.

Lagi-lagi, kita malah dipaksa fokus ke karakter utamanya alias ke Tamara dan teman-temannya. Bagian konklusi yang diselipkan twist juga tidak jelas untuk apa, karena sudah terlihat sejak awal. What a mess..

Kesimpulan

© IDN Pictures

Sebagai film bergenre found footage, Pasar Setan lebih terlihat sebagai film eksperimental sang sutradara ketimbang fokus kepada kemasan akhirnya. Walaupun visualisasinya keren, dengan memperlihatkan atmosfer kegelapan di kaki gunung, sayang Pasar Setan tidak sepenuhnya merupakan found footage.

Transisinya tidak mulus antara kamera asli dengan kamera rekaman, yang menyebabkan kita seperti melihat film horor biasa saja. Walaupun narasinya menarik, dengan menggunakan alur maju mundur, jumpscares yang tiba-tiba, dan menyelipkan twist, hal ini tidak berarti banyak.

Film ini terasa dipaksakan dan menyisakan misteri Nyi Salimah yang sebetulnya menarik untuk diberi screen time lebih. Buat kamu yang menyukai film found footage seperti yang telah disebut di atas, mungkin akan kecewa melihat film ini. Namun, buat kamu penyuka gore, film ini akan menghibur kamu.

Pasar Setan sudah bisa kita tonton di semua bioskop Indonesia mulai 29 Februari 2024.

 

Director: Wisnu Surya Pratama

Cast: Audi Marissa, Roy Sungkono, Pangerang Lantang, Shindy Huang, Agni Pratistha, Michelle Tahalea, Kiki Narendra, Fajar Gomez, Fangtatis, Epy Kusnandar

Duration: 96 Minutes

Score: 5.6/10

WHERE TO WATCH

The Review

Pasar Setan

5.6 Score

Pasar Setan mengisahkan sekelompok konten kreator yang terkena cancel culture, mencari penampakan hantu di Pasar Setan yang berakhir fatal

Review Breakdown

  • Acting 7
  • Cinematography 7
  • Entertain 5
  • Scoring 5
  • Story 4
Exit mobile version