Review Monster (2023)

Analogi Monster yang Penuh Kompleksitas dengan Romansa Tersembunyi di Dalamnya

monster 5

© Toho Company

“If only some people can have it, that’s not happiness. That’s just nonsense. Happiness is something anyone can have,” – Fushimi (Monster, 2023)

Akhirnya salah satu film Jepang yang paling banyak dinanti di tahun 2023 sudah bisa kita nikmati secara luas di bioskop Indonesia. Film berjudul Monster yang tayang perdana saat ajang Jakarta World Cinema Week (JWCW) 2023 silam ini memang menuai atensi yang luas dari para penikmat film. Saat berlangsungnya JWCW 2023, tiket film ini telah sold-out tak lama setelah jadwal film dirilis.

Nama Hirokazu Kore-eda yang bertindak sebagai Sutradara Monster memang tak usah dipertanyakan lagi kualitasnya. Banyak filmnya, mulai dari Nobody Knows (2004), Air Doll (2009), Like Father, Like Son (2013), After the Storm (2016), hingga Broker (2022), meraih penghargaan di dunia internasional.

Khusus untuk Shoplifters (2018), film ini banyak meraih penghargaan internasional, termasuk mendapatkan penghargaan prestisius Palme d’Or di Festival Cannes 2018. Monster pun juga tak luput dengan sejumlah penghargaan. Selain mendapatkan nominasi Palme d’Or, film ini meraih Queer Palm dan Skenario Terbaik di Festival Film Cannes 2023.

Cineverse sendiri sengaja merilis ulasan ini berdekatan dengan rilis perdana agar tidak terlalu lama jaraknya. Apakah dengan banyaknya atensi dari para kritikus, Monster memang layak ditonton sebagaimana film Kore-eda sebelumnya?

© Toho Company

Sinopsis

Sebagai orang tua tunggal, Saori (Sakura Ando) mengurus anak laki-laki satu-satunya, Minato (Soya Kurokawa), yang duduk di kelas 5 SD. Saori lantas menyadari perubahan perilaku anaknya saat ia mendapati tanda-tanda kekerasan fisik yang menurut Minato, dilakukan Hori (Eita Nagayama), salah seorang gurunya.

Saori lantas bertemu dengan kepala sekolah, Fushimi (Yuko Tanaka) bersama guru-guru lainya. Kepala sekolahnya, yang sudah berusia senja, baru saja kehilangan cucunya.

Setelah akhirnya Saori dipertemukan dengan Hori, guru tersebut dipaksa untuk meminta maaf oleh sejumlah koleganya kepada Saori dan lantas dikeluarkan dari sekolah. Namun, lucunya keesokan harinya ia muncul lagi di sekolah.

Di lain hari, saat Saori mendapati Hori di sekolah, ia mengatakan kalau Minato lah yang bermasalah dengan sifatnya yang suka merundung teman sekelasnya, Yori (Hinata Hiiragi).

Dan memang, saat Saori mengunjungi rumah Yori, ia mendapati banyaknya luka memar di tangan Yori. Apakah yang sebenarnya terjadi di sekolah itu? Siapakah monster itu sesungguhnya? Hori atau Minato?

Menggunakan tiga perspektif dalam bernarasi

© Toho Company

Monster menggunakan tiga perspektif dalam mengisahkan karakter utamanya. Hal ini bukanlah sesuatu yang unik. Banyak film yang hingga saat ini menggunakan perspektif berbeda untuk menceritakan isi filmnya.

Cineverse melihat banyaknya kritikus luar membandingkan cara bernarasi Monster dengan masterpiece klasik dari Akira Kurosawa, Rashomon (1951). Tidak salah memang, walaupun tekniknya sekilas mirip, tapi cara penyampaiannya sama sekali berbeda.

Pengungkapan cerita Kurosawa dengan tiga perspektifnya menunjukkan kepada kita kalau ingatan manusia sama sekali tidak ada yang obyektif, dan semua orang tentu akan memilih untuk mengingat kembali memori yang belum tentu benar, demi kepentingannya masing-masing.

Lain halnya dengan Kore-eda, ia justru menggunakan ketiga perspektif ini untuk mengungkap kebenaran sesungguhnya kepada penonton, dengan balutan kisahnya yang penuh lapisan.

Kebenaran yang coba diungkap Kore-eda ini adalah dengan menyempurnakan perspektif Kurosawa lewat perspektif berbeda, di mana ketiga perspektif berbeda tentang peristiwa yang sama tersebut dijelaskan oleh tiga karakter berbeda.

Di perspektif pertama, kita akan melihat dari sudut pandang Saori. Terlihat jelas kalau pelaku utama dari semua kejadian adalah Hori. Namun, di perspektif kedua, di mana kita melihat perspektif Hori, kita akan melihat hal berbeda dari apa yang kita pikirkan sebelumnya.

© Toho Company

Di perpekstif ketiga, kita akan dikejutkan oleh sejumlah iterasi yang benar-benar di luar pemikiran kita selama ini. Ternyata substansi Monster yang coba diutarakan Kore-eda ternyata lebih kompleks dari dugaan penonton selama ini.

Analogi monster yang ada di Monster ternyata memiliki tafsirnya sendiri. Monster ternyata bukanlah film bergenre thriller atau horor.

Film ini ternyata sarat dengan isu sosial dan keluarga. Substansi monster ternyata merupakan pengalih isu dari kedua karakter utamanya yang disembunyikan Kore-eda menjelang konklusi. Perspektif ketiga dari Minato memang terasa mengejutkan.

Kita akan disuguhkan romansa antara Minato dan Yori. Isu LGBTQ ini akan membuat penonton rata-rata akan terkejut (walaupun sebenarnya isu ini sudah banyak diadaptasi di film-film luar).

Memang romansa ini bukanlah romansa intim ala orang dewasa, namun ditunjukkan lewat gestur keduanya yang saling memahami satu sama lain lewat chemistry-nya masing-masing.

Kesimpulan

© Toho Company

Kore-eda berhasil menampilkan Monster dengan sangat impresif. Lewat ketiga perspektifnya, ia berusaha memperdaya kita tentang siapa monster itu sebenarnya.

Penyempurnaan cara bertutur yang pertama kali dihadirkan lewat Rashomon, diimplementasikannya lewat gayanya yang penuh misteri dan teka-teki.

Kekuatan akting dari para pemain utamanya, transisi antar adegan yang mulus, dan juga skoringnya, yang walaupun hanya muncul di beberapa adegan, bagaikan melihat anime Ghibli dalam rupa live-action, terlebih menjelang adegan penutup yang benar-benar indah.

Dengan kesederhanaannya, Monster bisa mengeksplorasi banyak hal baik dan buruk, terutama rumitnya hubungan antar personalnya yang berlapis-lapis dan penuh misteri.

Dengan balutan narasi yang kompleks dan cenderung puitis, karya Kore-eda terbaru ini memang sangat mengharukan dan menyentuh hingga akhir.

 

Director: Hirokazu Kore-eda

Cast: Sakura Ando, Eita Nagayama, Soya Kurokawa, Hinata Hiiragi

Duration: 127 Minutes

Score: 8.4/10

WHERE TO WATCH

The Review

Monster

8.4 Score

Monster mengisahkan seorang anak yang tiba-tiba perilakunya berubah dan mengundang banyak interpretasi di dalamnya

Review Breakdown

  • Acting 8
  • Cinematography 9
  • Entertain 8
  • Scoring 8
  • Story 9
Exit mobile version