Review The Black Phone (2021)

Mengungkap Misteri Pembunuhan Berantai Anak-Anak.

“You know all our names,” – Griffin (The Black Phone)

 

‘The Black Phone’ merupakan adaptasi dari cerita pendek karya dari Joe Hill (anak dari penulis legendaris Stephen King) yang berjudul sama. Disutradarai oleh Scott Derrickson, film ini menyatukan kembali beberapa pemain dan kru yang sempat terlibat dalam karya Derrickson yang fenomenal di tahun 2012, yaitu ‘Sinister’.

Nama-nama yang ikut terlibat kembali dalam film ini termasuk diantaranya, co-penulis skenario C. Robert Cargill, produser Jason Blum, aktor Ethan Hawke dan Jason Ransone.

Dan sama seperti di ‘Sinister’, Hawke memjadi pemeran utama sedangkan Ransone menjadi peran pendukung penting dalam ‘The Black Phone”. Dan kedua film tersebut berasal dari Blumhouse Productions, perusahaan film yang dimiliki oleh Jason Blum yang spesialisasi utamanya adalah film horor.

Sinopsis Film

Finney Shaw (Mason Thames) adalah seorang remaja pemalu yang tinggal bersama adik perempuannya, Gwen (Madeleine McGraw) dan ayah mereka yang pemabuk. Dan kepanikan mulai menyebar di kota kecil tempat mereka tinggal ketika seorang penculik anak-anak yang dikenal sebagai The Grabber (Ethan Hawke) meneror kota mereka.

© Blumhouse

Sampai suatu hari The Grabber berhasil menculik Finney dan menyekapnya di ruang bawah tanah dan entah kenapa sebuah telepon hitam antik yang diyakini tidak berfungsi di ruang bawah tanah tersebut mulai berdering.

Finney pun mulai menerima panggilan telepon dari arwah anak-anak korban sebelumnya. Mereka berencana membantu Finney agar tidak mengalami nasib yang sama dengan mereka.

Keterikatan yang kuat

The Black Phone membawa kita kembali ke tahun 1978 dan berfokus di sekitar seorang anak laki-laki bernama Finney Shaw yang menghabiskan waktunya untuk menghindari konflik semampunya, entah itu menghindari penggangu (perundung) di sekolahnya atau melakukan yang terbaik agar tidak membuat kesal ayahnya yang seorang pecandu alkohol.

© Blumhouse

Satu-satunya pelipur lara yang bisa dia temukan adalah bersama adik perempuannya Gwen. Finney dan Gwen memiliki keterikatan yang kuat di mana mereka saling melindungi satu sama lainnya dari bahaya yang mengintai mereka di dalam dan di luar rumah.

Memang pada babak pertama dalam film ini, kita akan dibawa banyak melihat kepada latar belakang kehidupan Finney, melihat kehidupannya di dalam rumahnya, di luar rumahnya atau pun di sekolahnya. Kisah ini diceritakan melalui sudut pandang Finney sebelum ia menjadi korban terbaru dari sang penculik.

Mengungkapkan pelakunya dari awal

‘The Black Phone’ mengungkapkan pelakunya cukup awal, yaitu seorang yang mengaku sebagai pesulap paruh waktu dan memikat korbannya dengan trik-trik sulapnya, menculiknya lalu mengunci mereka di ruang bawah tanahnya. Maka di babak kedua ini kisahnya berlanjut tentang bagaimana harus bertahan hidup.

© Blumhouse

Sutradara Scott Derrickson membawa ‘Black Phone’ menyentuh kengerian kehidupan nyata penculikan dan pembunuhan anak dengan beberapa elemen supernatural sebagai bagian dari cerita. Derrickson pun cukup sukses menyeimbangkan dua narasi mendebarkan tersebut, baik itu ketegangan plot yang didapatkan melalui kejadian nyata mau pun lewat berbagai kejadian supranaturalnya.

Derrickson berhasil pula membangun cerita yang penuh ketegangan dan teror, baik itu ketegangan yang dibangun secara perlahan, lewat teror yang terus menerus datang serta ketegangan yang didapat dari nuansa dan suasananya. Dia juga menebarkan kengerian dengan memberikan beberapa efek jumpscares yang ditempatkan dengan cukup efektif.

Otentik khas 70-an

Film yang ber-setting di kota Denver, negara bagian Colorado ini memiliki sentuhan klasik khas era 70-an, desain produksi, desain kostum, tata rias, tata rambut dan sinematografi dalam ‘The Black Phone’ semuanya memberikan film ini lansekap otentik dari tahun 1970-an.

Hal ini juga termasuk dalam soundtrack film ini yang mencakup beberapa lagu yang dipilih dengan baik, seperti lagu “Free Ride” dari Edgar Winter Group di tahun 1972 yang menjadi lagu hit di eranya.

Sedangkan untuk penampilan dari para pemainnya, kedua bintang remaja Mason Thames dan Madeleine McGraw patut mendapatkan apresiasi. Thames membawa kita pada karakter protagonis yang tidak diunggulkan sebagai remaja rentan yang pemalu dan penuh keraguan.

Ia perlahan membangun dirinya menjadi seorang penuh kepercayaan diri bahkan lewat bantuan teman-temannya dari alam kubur yang menjadi korban penculikan sebelumnya.

© Blumhouse

Madeleine McGraw yang kebagian peran sebagai sang adik di sini justru memiliki kepribadian yang bertolak belakang dengan kakaknya. McGraw menyakinkan lewat aktingnya sebagai adik yang gagah dan berani, bahkan sekali-kali ia justru tampil sebagai pembela dan pelindung sang kakak serta  humor-humornya yang dilontarkan dari mulutnya membuat cerita suram di film ini menjadi sedikit lebih ceria.

Ethan Hawke yang baru-baru ini mendapatkan pujian untuk peran antagonisnya dalam serial ‘Moon Knight’ sebagai Arhur Harrow. Kali ini, Hawke kembali lagi berperan sebagai antagonis yang latar belakangnya tidak banyak diungkapkan dalam film ini, yaitu sebagai penculik dan pembunuh anak-anak berantai.

Hawke yang perannya sebagian besar memakai topeng, tetapi lewat matanya dan aura kehadirannya yang mengintimidasi, dia cukup membuat audiens tercekat ketakutan.

Kesimpulan

‘The Black Phone’ melakukan semua yang seharusnya dilakukan oleh sebuah film thriller, membuat audiens tetap waspada, memiliki karakter yang mengesankan dengan akting yang baik dan menghadirkan banyak momen yang benar-benar menakutkan.

 

Director: Scott Derrickson

Cast: Ethan Hawke, Mason Thames, Madeleine McGraw, Jeremy Davies, Jason Ransone

Duration: 102 minutes

Score: 8.0/10

WHERE TO WATCH

The Review

The Black Phone

8 Score

Finney Shaw (Mason Thames) adalah seorang remaja pemalu yang tinggal bersama adik perempuannya, Gwen (Madeleine McGraw) dan ayah mereka yang pemabuk. Dan kepanikan mulai menyebar di kota kecil tempat mereka tinggal ketika seorang penculik anak-anak yang dikenal sebagai The Grabber (Ethan Hawke) meneror kota mereka.

Review Breakdown

  • Acting 8
  • Cinematography 8
  • Entertain 9
  • Scoring 8
  • Story 7
Exit mobile version