Review Oma the Demonic (2022)

Horor Penuh Misteri yang Aneh dan Tidak Jelas.

“Oma ini sudah tua, sudah tidak butuh listrik dan isi dunia,” – Oma Anna (Oma the Demonic).

 

Bagaimana jadinya jika anggota keluarga yang paling kita sayangi, justru menjadi alasan utama di balik teror dan misteri menyeramkan yang menimpa kita? Pertanyaan tersebut cocok untuk menggambarkan hampir keseluruhan film horor terbaru berjudul ‘Oma the Demonic’.

‘Oma the Demonic’ merupakan film horor terbaru yang diproduksi oleh Unicorn Pictures dan disutradarai oleh Joel Fadly. Dibintangi oleh aktris senior, Jajang C. Noer, ia mengatakan jika alasan keterlibatannya dalam produksi film ini, karena alur ceritanya yang bagus.

Selain Jajang C.Noer, film ini juga menandai kembalinya aktris spesialisasi genre horor, Diah Permatasari. Pemain lainnya yang bergabung di antaranya ada, Karina Nadila, Rachel Patricia, Syahra Larez, dan Bobby Rizky. ‘Oma The Demonic’ memiliki durasi 85 menit.

Sinopsis

© Unicorn Production

Film horor ini mengisahkan tentang Fiona (Karina Nadila), seorang mahasiswi Kedokteran yang tinggal bertiga dengan ibunya, Suzanne (Diah Permatasari) dan adiknya, Annika (Rachel Patricia). Ayahnya sudah lama meninggal dunia sehingga ibunya harus menghidupi mereka seorang diri.

Masa kecil Fiona banyak dihabiskan bersama Omanya yang bernama Anna (Jajang C Noer). Namun konflik yang terjadi antara Suzanne dengan dengan Oma Anna sejak meninggalnya ayah Fiona menjadikan terputusnya hubungan di antara mereka.

Suatu hari, Fiona mendapatkan mimpi buruk yang kerap mendatanginya setiap malam. Dalam mimpi itu, Fiona mendapatkan pesan agar secepatnya bisa menjenguk Oma karena sedang sakit dan memerlukan bantuan. Fiona mulai menganggap pesan tersebut benar-benar nyata.

© Unicorn Production

Sehingga ia membulatkan tekad untuk pergi menemui Oma. Perjalanan itu ditempuhnya bersama kedua temannya yang bernama Luna (Syahra Larez) dan Jeff (Bobby Rizky). Mereka bertiga berangkat seusai pulang kuliah. Ketika sampai, hari sudah gelap dan mau tidak mau mereka pun memutuskan untuk menginap semalam.

Kengerian mulai muncul saat Luna dan Jeff merasa suasana yang ada membuat mereka merinding dan tidak nyaman. Tak lama kemudian, peristiwa menegangkan pun terjadi akibat Jeff mendadak kesurupan. Fiona mulai merasakan pula ada yang tidak beres di rumah Omanya.

Fiona dan Luna lantas mencari bantuan. Mereka berjalan hingga berhenti di lokasi kecelakaan mobil dan hal aneh terjadi kembali. Misteri apa yang sebenarnya ada di sana?

Alur serba ngasal dan tidak terarah

Film ini dibuka dengan adegan dimana sepasang kekasih sedang berada dalam sebuah rumah tua yang terdapat peninggalan kuno dan benda-benda lama, seperti patung, lukisan, cermin, guci, dan senjata laras panjang. Penonton akan disuguhkan dengan pembukaan yang sedikit membingungkan.

© Unicorn Production

Jika tujuan utamanya ingin memperlihatkan sosok arwah yang terlepas sebab guci tua di sana tak sengaja terjatuh, maka dikatakan alasan tersebut sangat kuno dan tidak masuk akal. Apalagi jika disambungkan dengan kisah-kisah selanjutnya, yang justru tampil dengan cerita ngasal seperti tidak ada arahan.

Misteri yang ada dalam film ini benar-benar bikin otak keram, tidak ada penjelasan mengapa suatu kejadian di dalamnya bisa terjadi serta bagaimana penyelesaian dan benang merah dari misteri tersebut dipecahkan. Semua mengalir begitu saja dengan mencampuradukkan segalanya menjadi satu.

Porsi setiap karakter juga tidak diberikan pendalaman yang lebih, kisah sebelum tragedi yang menimpa para pemain juga tidak diuraikan dengan mendetail. Jangankan detail, menyentuh permukaan saja tidak diberikan. Apa yang ada di benak sutradara dan penulis ketika memproduksi film ini? Pesan bahkan makna di dalamnya saja tidak dieksplor lebih lanjut.

Bibit permasalahan yang terjadi antara Oma Anna dan sang anak perempuan, Suzanne, tidak dijelaskan secara rinci, keterlibatan cucunya, Fiona, juga tidak ada penjelasan. Hal yang membingungkan, apa hubungan Fiona sehingga ia harus dipanggil untuk kembali ke rumah Omanya?

© Unicorn Production

Rasa kangen? Justru menjelang ending penonton akan melihat bagaimana Oma Anna harus meregang nyawa, dan hal itu tidak ada kaitannya dengan para cucunya. Sungguh mengherankan juga, ketika ternyata Oma Anna bersekutu dengan iblis, namun tidak tahu apa alasan dan tujuannya?

Penonton hanya diperlihatkan ketika Oma Anna sedang tersenyum pada iblis tersebut dan mengambil jantung dari korban yang tergeletak di depannya, kemudian memakannya dengan tenang. Lalu tanpa sadar ia dipukul oleh teman korban tersebut dan tewas. Sungguh, untuk apa bersusah payah bersekutu dengan iblis jika pada akhirnya bisa dengan mudah dibunuh?

Akting serta scoring bikin kepala pusing

Selain alur ceritanya yang bikin otak keram, penampilan para pemain serta scoring yang disajikan dalam film ini sukses bikin kepala pusing. Tidak ada penjiwaan yang mendalami, semua hambar, hampa, tidak ada emosi, dan serba datar.

Scoring yang tiba-tiba berubah dengan cepat ketika adegan berpindah ke tempat seram, atau ketika sosok misterius mulai meneror para pemain satu persatu. Semua disajikan dengan tempo yang begitu cepat, perpindahan tidak dinamis, dan pemilihan nada yang tidak variatif.

© Unicorn Production

Kehadiran aktris senior, Jajang C. Noer dan aktris spesialis horor, Diah Permatasari, ‘sedikit’ membantu. Meski hadir dengan porsi sedikit, Diah Permatasari tak memberikan warna yang mendukung di film ini, ia hanya hadir sebagai obat rindu untuk para penggemar yang sudah lama tidak melihat aktingnya ketika bermain genre horor.

Lain halnya dengan kedua aktris tersebut, Karina Nadila ‘sedikit’ mampu membawa karakter Fiona dengan baik. Sayang sekali, penjiwaan yang membaik itu harus dipatahkan dengan kehadiran kedua temannya dan adegan konyol yang tersemat dalam film ini.

Kedua teman Fiona yakni Luna dan Jeff, justru membuat pusing kepala penonton dengan akting yang seperti main sinetron televisi. Tidak ada penjiwaan, chemistry buruk, ekspresi hambar, serta gestur ketakutan yang terasa dipaksakan, membuat setiap adegan terasa malas untuk disaksikan.

© Unicorn Production

Belum lagi adegan ketika Fiona dan Luna dikejar hantu, bukannya merapalkan doa atau berteriak minta tolong, mereka berdua malah melemparinya dengan benda-benda yang ada disekitar. Memang, secara tidak sengaja keduanya meraih bubuk pengusir hantu yang membuat sosok menyeramkan itu langsung terbakar.

Namun, tetap saja kejadian itu layaknya adegan dalam sinetron-sinetron yang tayang di televisi. Dimana tujuannya hanya untuk memberikan hiburan semata, bukan untuk menakuti para penontonnya.

Tampilan ‘hantu’ yang ketinggalan zaman

Belum puas memberikan alur cerita, akting, serta scoring yang minus, tampilan sosok yang ‘seharusnya’ menyeramkan justru terlihat aneh dan amat ketinggalan zaman. Benar-benar bikin kaget dan menjatuhkan ekspetasi para penonton, yang sebelumnya sudah berandai-andai akan melihat sosok seram.

© Unicorn Production

Tentu hal itu disebabkan oleh poster filmnya yang terlihat menjanjikan. Namun, sayangnya semua itu harus dipatahkan dengan realita yang terjun bebas dari ekspetasi awal.

Saat film horor lainnya sudah berkembang dengan menyajikan tampilan ‘hantu’ yang seram, ‘Oma the Demonic’ malah kembali ke zaman dahulu dimana pemeran hantu hanya dirias dengan bedak tebal putih, hiasan sedikit retak di wajah, mata yang hitam, rambut panjang tergerai, dan kuku serta tangan hitam menakutkan.

Jika dulu sosok tersebut amatlah seram, namun berbeda dengan zama sekarang. Bukannya bikin penonton takut, yang ada malah membuat penonton bengong dan tak habis pikir. Mengapa tampilannya seperti itu saja? Belum lagi saat hantu tersebut merangkak dan merayap, ah, benar-benar penggunaan CGI yang amat ketara dan aneh.

Kesimpulan

‘Oma the Demonic’ masuk dalam jajaran film horor Indonesia terburuk di tahun ini, mengikuti jejak ‘Iblis dalam Kandungan’ dan ‘Menjelang Magrib’. Bukannya mengeksplorasi sisi lain yang menjadi pembeda, justru film ini seperti hilang arah dan mencampuradukkan semuanya menjadi satu sehingga menampilkan alur yang ngasal.

Memang ada beberapa adegan yang sukses mengejutkan penonton, tapi lagi dan lagi semua itu dipatahkan dengan penampilan para pemain yang kurang menjiwai, sosok hantu yang harusnya menyeramkan malah terlihat biasa saja, serta iringan scoring yang terdengar membosankan.

Jika para penonton bingung dan merasa tak tahu harus melakukan apa, maka kalian bisa menyaksikan film horor ini. Namun, jangan berekspetasi terlalu tinggi supaya tidak terjun begitu bebas setelah mengetahui realita yang sebenarnya.

 

Director: Joel Fadly

Casts: Jajang C. Noer, Diah Permatasari, Karina Nadila, Rachel Patricia, Syahra Larez, Bobby Rizky

Durations: 85 minutes

Score: 2.4/10

WHERE TO WATCH

TBA

The Review

Oma the Demonic

2.4 Score

Saat masih kecil Fiona menghabiskan waktu bersama oma. Namun, Fiona telah lama tak bertemu dengan omanya karena adanya konflik terjadi antara ibu dan omanya sejak ayahnya meninggal. Dia mengalami mimpi buruk sosok perempuan yang seolah memberikan pesan untuk mengunjungi rumah oma. Fiona pun terus diganggu dan akhirnya pergi mencari rumah oma ditemani oleh dua orang temannya. Saat mereka menuju dan sampai di rumah oma, suatu hal misterius pun terjadi. Situasi semakin menyeramkan ketika banyak hal aneh di rumah oma hingga mereka tahu apa yang sebenarnya terjadi?

Review Breakdown

  • Acting 3
  • Cinematography 2
  • Entertain 2
  • Scoring 3
  • Story 2
Exit mobile version