Review Nitram (2021)

Cerita Di Balik Pembantaian Port Arthur yang menewaskan 35 orang dan 23 warga Tasmania

“Just because I don’t cry doesn’t mean I’m not hurting.” – Ibu Nitram (Nitram).

 

Pembantaian Port Arthur 1996 disebut-sebut sebagai cikal bakal reformasi undang-undang senjata terbesar di Australia. Peristiwa itu menewaskan 35 orang dan 23 warga Tasmania lainnya dilaporkan terluka akibat perbuatan keji satu orang bernama Martin. 15 tahun pasca kejadian, kisah Martin menjadi tahanan dengan hukuman 1000 tahun lebih penjara telah diabadikan menjadi film berjudul ‘Nitram’.

Kiprah ‘Nitram’ di tanah kelahirannya kelewat moncer. Film arahan sutradara Justin Kurzel ini mendapatkan delapan nominasi Australian Academy of Cinema and Television Art Awards 2021, di mana salah satunya didapat dari Best Actor yang kelak dimenangkan oleh Caleb Landry Jones.

Caleb bermain sebagai peran utama bernama Nitram (nama “Martin” dibaca dari belakang) dengan baik, menggambarkan dengan sempurna bagaimana seseorang yang sepanjang hidupnya dihiasi oleh kesepian, menyimpan kebencian yang begitu dalam.

Nitram tidak pernah punya teman. Nitram tidak pernah mendapatkan kasih sayang yang layak. Sekalinya ia dipertemukan, jangka waktunya tidak lama dan kepergian temannya Nitram begitu menyakitkan bagi dirinya. 

Tak berhenti di peninggalan itu, ‘Nitram’ juga menjadi sebuah kesempatan penulis naskah Shaun Grant menunjukkan bagaimana cemooh, kucilan, cercaan bisa membentuk kepedihan pada hidup seseorang.

Sinopsis

Nitram (Caleb Landry Jones) adalah lelaki seorang disabilitas intelektual yang hidup dengan sepasang orang tuanya. Bersama sang ayah (Anthony LaPaglia) dan ibu (Judy Davis), Nitram tidak pernah diberi kesempatan untuk bersosialisasi dengan orang lain. Ia banyak menghabiskan waktunya bermain sendiri, mentok-mentok juga bersama ayahnya.

Selain bermain, Nitram juga sering berjalan dari satu rumah ke rumah lainnya untuk menawarkan jasa memotong rumput halaman. Tidak ada yang tertarik, sampai akhirnya ia bertemu dengan Helen (Essie Davis). Wanita itu pun turut tertarik menggunakan jasa Nitram lainnya seperti membawa anjing-anjingnya jalan.

Setelah menghabiskan banyak waktu bersama Helen, Nitram memutuskan untuk pindah ke rumahnya dan membuat orang tua dia tidak bisa berbuat banyak selain merelakan dia tinggal bersama wanita itu. Nitram merasa nyaman dan senang dengan keberadaan Helen di sampingnya. Kesenangan itu tidak berlangsung lama karena pada suatu hari mereka terlibat di dalam kecelakaan lalu lintas yang meregang nyawa Helen. Nitram pun hancur sehancur-hancurnya. 

Orang-orang di sekitar Nitram

© Madman Films

‘Nitram’ menyoroti dengan sempurna perjalanan pria berambut panjang itu berjalan ke sisi gelapnya. Sejak film dimulai, sudah ditunjukkan berbagai motif yang menjadi fondasi kuat Nitram memutuskan melakukan pembantaian di Port Arthur. Semua itu rata-rata datang dari orang di sekitarnya.

Ibu Nitram menjadi sosok utama yang bisa dibilang gagal menjadi pengayom sekaligus pendidik Nitram. Sejak kecil, ia sudah lelah dan tidak peduli akan kondisi Nitram. Maka dari itu, Nitram terus dijejali obat antidepresan tanpa henti, tidak memperhatikan keinginan Nitram sendiri masih mau mengonsumsi obat itu atau tidak. Kekhawatiran itu tampak pada dokternya Nitram, tapi Ibu Nitram tetap saja tidak peduli.

Ayah Nitram juga bisa dibilang sebagai orang yang selalu tutup mata pada kondisi Nitram. Ia selalu menganggap kalau Nitram adalah anak yang sama dengan yang lain, padahal ia membutuhkan penanganan khusus yang tak didapat dari orang pada umumnya. Seperti saat menanggapi kesukaan Nitram bermain petasan–yang sangat mengganggu tetangganya, Ayah Nitram tidak peduli dan tetap memberi anaknya petasan untuk dimainkan.

Orang selain dari keluarganya juga memiliki andil dalam membentuk Nitram Sang Pembantai. Pada suatu pesta di malam hari, ia bertemu pria bernama Jaime (Sean Keenan) dengan harapan bisa menjalin pertemanan lagi pasca ditinggal oleh Helen. Nyatanya, Jamie hanya membuat Nitram jengkel karena terus menerus mengejeknya. 

Selain Jamie, Nitram harus bertahan dengan cemoohan lainnya yang selalu menyerang kesehatan mental dia. Nitram ingin memiliki kehidupan yang sempurna seperti orang lain. Ia hanya perlu bimbingan dan dituntun dengan baik. Sayangnya, semua itu tidak pernah ia dapatkan.

Menangkap secara penuh perjalanan Nitram

© Madman Films

Menyoroti sosok Nitram sejak awal film adalah arahan tepat dari sutradara Justin Kurzel. Sepanjang film, ‘Nitram’ seakan memiliki sebuah kamera yang menempel lekat pada dirinya. Banyak keputusan dan detail-detail yang menjadi pembangun Nitram ke pembantaian di akhir film. 

Tidak sekali dua kali Nitram terlihat menaruh kegemarannya pada senapan. Saat pindah ke rumah Helen, ia terlihat sedang menaruh senapan angin di dalam lemari kamarnya. Setelah itu, Nitram pernah meminta Helen membeli senjata dan Helen pun bertanya, “Untuk apa?” Nitram menjawab, “Untuk proteksi diri kita.” Helen tidak setuju dan tidak memberi Nitram uang untuk membeli senjata.

Ada juga tayangan televisi yang menayangkan berita pembantaian di sebuah tempat. Nitram yang ketika itu sedang berada di dekat tv itu memang tidak terlihat terinspirasi dari tayangan itu. Namun, ini bisa menjadi semacam persiapan bahwa penonton akan segera melihat Nitram melakukan aksi kejinya di Port Arthur.

Masih banyak hal lain yang bisa dicermati juga mengenai gelagat Nitram. Ketika ia menanggapi sesuatu, respon Nitram saat melihat hal yang tak sukai, serta hal lainnya yang menjadi semacam pelumas untuk adegan terakhir dia. 

Gelagat ini yang juga menjadi semacam kekurangan bagi film ini. ‘Nitram’ cenderung berjalan lambat karena ingin menangkap penuh keseharian Nitram. Kesabaran tampaknya harus menjadi tumpuan utama ketika menonton ‘Nitram’ karena banyak eksekusi di film yang berujung pada pelannya tempo film.

Kesimpulan

© Madman Films

‘Nitram’ bukanlah sebuah tontonan yang tujuannya untuk menunggu akhir film dan melihat apa yang terjadi pada karakter utama di film tersebut. Semua orang sudah tahu apa yang akan dilakukan oleh Nitram alias Martin di dunia nyata. Yang menjadi poin utama di film ini adalah sorotan penuh bagaimana seorang Martin itu bisa berbuat sesuatu di luar pikiran nalar.

Film debutan Cannes 2021 ini menyelami motif Martin lebih dalam lagi, melihat kasus ini dari kacamata yang lebih lebar. Latar belakang, orang-orang di sekitarnya, kesukaan Martin, semua itu dibungkus dengan apik, membuat penonton lebih paham alasan sebenarnya di balik peristiwa itu.

 

Director: Justin Kurzel

Cast: Caleb Landry Jones, Judy Davis, Essie Davis, Anthony LaPaglia

Duration: 112 minutes

Score: 7.6/10

WHERE TO WATCH

The Review

Nitram

7.6 Score

Film ini mengisahkan kehidupan dan perilaku seorang pemuda yang terganggu mentalnya bernama Nitram (Caleb Landry Jones) dan keterlibatannya dengan peristiwa pembantaian Port Arthur di tahun 1996 di Tasmania, Australia.

Review Breakdown

  • Acting 8
  • Cinematography 8
  • Entertain 7
  • Scoring 7
  • Story 8
Exit mobile version