Review Memoria (2021)

Kisah Seorang Wanita yang Alami Delusi Suara Ledakan.

“Aku mendengar suara seperti bola besar yang dijatuhkan ke dalam air laut hampir setiap hari,” – Jessica (Memoria).

 

Bagaimana jadinya jika setiap harinya kamu mendengar suara ledakan, tembakan, atau bahkan bola besar yang jatuh, tapi hanya kamu saja yang mendengarnya? Frustasi, tentu saja, karena bingung dan merasa marah mengapa hanya ia saja yang mendengar semua itu.

Kejadian tersebut dialami oleh perempuan bernama Jessica (Tilda Swinton) yang merupakan karakter utama dalam film besutan sutradara asal Thailand, Apichatpong Weerasethakul, yang berjudul ‘Memoria’.

‘Memoria’ berhasil memenangkan penghargaan Best Sound (Online Film Critics Society Awards 2022) dan Best Sound Design (International Cinephile Society Awards 2022). Film ini masih bisa disaksikan di layanan streaming KlikFilm, sejak 1 April lalu.

Sinopsis

© NEON

Film ini mengisahkan tentang seorang perempuan bernama Jessica (Tilda Swinton) yang sering mendengar suara seperti ‘ledakan’ hampir setiap harinya. Pada awalnya ia tidak menyadari jika hanya dirinya yang mendengar suara tersebut.

Hingga pada suatu hari ketika Jessica sedang mengunjungi adiknya bernama, Karen (Agnes Brekke) yang kala itu sedang sakit dan dirawat karena mengalami keluhan sakit pernapasan yang mengganggu kegiatan hariannya.

Pada malam hari ketika sedang istirahat, ia mendengar suara ledakan yang besar dan langsung keluar untuk mencari asal dari ledakan tersebut. Namun, ia justru tidak menemukan apapun selain kesunyian malam.

Kemudian ketika Jessica sedang berada bersama suami adiknya untuk makan di sebuah restoran, ia juga mendengar suara tembakan pistol yang membuatnya kaget. Anehnya, seluruh pengunjung termasuk adik iparnya tidak merespon suara tersebut. Saat ia bertanya, justru dirinya mendapat jawaban yang cukup membingungkan.

Karena orang lain selain dirinya tidak mendengar suara tembakan atau ledakan sama sekali. Kejadian itu membuat Jessica ketakutan, apa yang sebenarnya sedang terjadi dengan dirinya? Mengapa hanya ia yang selalu mendengar suara ledakan hampir setiap harinya?

Keheningan yang mendominasi

© NEON

Hampir keseluruhan dari isi film ini, didominasi dengan keheningan yang pada awalnya membuat penonton sedikit bingung. Apakah speaker handphone mereka rusak atau memang film ini yang tak ada suaranya?

Semua itu terjawab ketika mengikuti kisah di dalamnya, sang sutradara menggunakan cara seperti ini untuk menekankan sisi emosional dari karakter utama yang secara berhasil mampu membuat penonton merasa resah dan tak nyaman.

Dialog yang amat minim pun mendukung keheningan yang tercipta dalam film ini, jika adegan berada di tempat yang ramai, maka suara yang ada diperdengarkan dengan natural sebagaimana suara yang ada di kehidupan aslinya.

Keberhasilan film ini dalam meraih penghargaan untuk best sound dan best sound design, memang sudah patut didapat. Harmonisasi kesunyian, suara alam, hingga suara dari delusi yang dialami karakter utama juga disuarakan dengan irama yang menarik dan unik.

© NEON

Keheningan yang terjadi dalam film ini juga bukan hanya ditampilkan dari segi tempat sepi saja, namun juga para karakter yang menjiwai peran mereka dengan baik. Bagaimana pertemuan setiap karakter yang semuanya dimulai dengan keheningan, saling bertukar pesan melalui tatapan mata.

Adegan-adegan tersebut akan banyak ditemui dalam film ini, yang semakin mendukung sisi keheningan di dalamnya. Jadi, untuk penonton yang kurang menyukai film dengan tingkat rasa sunyi yang tinggi, maka film ini tak akan cocok untuk kalian.

Pencarian kebenaran atas apa yang terjadi

© NEON

Apichatpong Weerasethakul selaku sutradara menampilkan banyak teka-teki yang harus dipecahkan si karakter utama maupun penonton yang menyaksikan film ini. Secara tak sadar, kita juga turut menebak tentang apa yang sebenarnya terjadi.

Mengikuti perjalanan Jessica, penonton akan diajak untuk menyelami lebih jauh tentang pencarian yang dilakukannya untuk menemukan penyebab dari kejadian yang sering menghantuinya setiap hari.

Mulai dari ketika ia menemui seseorang yang ahli dibidang musik, untuk membantunya menciptakan suara yang sering didengarnya dan kemudian dianalisa tentang sebab akibat dari apa yang dialaminya.

Hingga berujung pada pertemuannya dengan seorang pria yang memilih tinggal di pegunungan untuk menikmati kehidupannya bersama alam. Lewat pertemuan tak terduga itu, keduanya saling bertukar cerita dan berdiskusi tentang sebuah ingatan.

Bertemu dengan orang tepat, Jessica pun meluapkan semua yang ia rasakan. Meskipun sedikit membingungkan, ketika pria tersebut mengatakan jika apa yang dialami Jessica adalah bentuk dari ingatan yang terjadi di masa lampau, yang mana saling terhubung dengan kejadian yang dialami pria tersebut.

Di penghujung film juga tidak dijelaskan secara mendetail, terkait alasan dan penyebab mengapa Jessica mengalami delusi seperti itu. Selain penjelasan tentang memori atau ingatan yang amat mempengaruhi selama kita hidup.

Visual yang ditampilkan dengan teknik longshot

© NEON

Suasana yang disajikan dalam film ini saling mendukung satu sama lain. Keheningan yang dipadu dengan visual lebar, amat cocok dipandang dan menyejukkan mata. Keindahan yang disuguhkan membuat penonton tak bisa berpaling sedikit pun dari layar.

Walaupun bagi penonton yang tidak biasa menyaksikan film yang lebih banyak menggunakan still shot, akan merasa jika adegan dalam film ini terasa nge-freeze atau tidak bergerak dan membuat penonton mengecek kembali apakah penayangan tersebut sedang terhenti atau terkendala sinyal.

Menarik, karena tak hanya sekali, namun berulang kali bahkan hampir keseluruhan film diisi oleh pengambilan gambar yang menggunakan longshot (teknik pengambilan gambar dengan area frame yang lebar). Penggunaan tersebut, tidak dilakukan ketika adegan menyorot keindahan alam saja, namun saat para karakter sedang berincang pun pengambilan yang dilakukan sama percis.

Hal ini menjadi ciri khas utama dari ‘Memoria’, sehingga bagi para penonton yang sudah menyaksikannya akan mengingat terus tentang sajian dari visual yang diberikan.

Kesimpulan

‘Memoria’ merupakan film yang merekonstruksi persepsi kita tentang waktu, pertanyaan terkait bagaimana manusia bisa menyesuaikan kehidupannya di alam sehingga menciptakan pengalaman yang melampaui batasan logika.

Di akhir juga kita akan diperlihatkan adegan sci-fic yang membingungkan, namun terasa sesuai dengan kisah yang ditampilkan dari awal hingga penutup. Tilda Swinton mampu membawa karakter Jessica dengan baik, sehingga membuat penonton turut merasakan kebingungan dan kehampaan yang dialaminya.

Film ini membawa sajian alur cerita yang cukup berat, sehingga tidak cocok untuk kamu yang sedang mencari tontonan menghibur atau seru. Karena dibutuhkan keseriusan dan daya pikir yang cepat untuk merangkai setiap kejadian untuk disimpulkan menjadi satu penyelesaian.

 

Director: Apichatpong Weerasethakul

Casts: Tilda Swinton, Elkin Diaz, Jeanne Balibar, Juan Pablo Urrego, Daniel Giménez Cacho

Duration: 135 minutes

Score: 7.1/10

WHERE TO WATCH

The Review

Memoria

7.1 Score

Film ini mengisahkan tentang seorang perempuan bernama Jessica (Tilda Swinton) yang sering mendengar suara seperti ‘ledakan’ hampir setiap harinya

Review Breakdown

  • Acting 7.5
  • Cinematography 8
  • Entertain 6
  • Scoring 7
  • Story 7
Exit mobile version