Review Madu Murni (2022)

Mantan Guru Ngaji yang Jadi Penagih Hutang, Minta Nikah Lagi Sama Istrinya

“Ingat, Pak! Hutang itu dibawa mati!” – Mustaqim (Madu Murni).

 

‘Madu Murni’ memberi pesan agar kita sebagai manusia bisa menerima diri kita apa adanya. Kita harus sadar bahwa di beberapa momen dalam hidup, ada sesuatu yang tidak bisa atau mungkin sulit untuk diubah. Dan satu-satunya jalan untuk melewati itu semua adalah dengan menerima dan menyadari kondisi kita seutuhnya. 

Berbekal pesan yang mendalam, ‘Madu Murni’ sayangnya tidak mampu memaksimalkan penyampaiannya dengan baik karena terlibat pertarungan dengan filmnya itu sendiri. Film garapan sutradara Monty Tiwa ini bingung mau membawa film ini ke mana, terutama pada genre-nya. Apakah ini film religi? Komedi? Drama?

Setidaknya, debut Ammar Zoni di layar lebar cukup berhasil memberi kesan bahwa ia memang orang yang cocok memainkan peran sebagai guru ngaji yang banting setir jadi penagih hutang.

Sebagai “lulusan” dari sinetron, image-nya memang sudah lekat dengan berbagai tayangan yang pernah ia hadiri. Tapi, untuk kita yang bukan penonton sinetron, penampilannya mampu membuktikan bahwa apapun mediumnya, seorang aktor tidak patut dipandang sebelah mata terlebih dahulu karena rekam jejaknya.

Sinopsis

© Starvision

‘Madu Murni’ mengisahkan keluarga Mustaqim (Ammar Zoni), mantan guru ngaji yang bekerja sebagai penagih hutang, dengan harapan mendapat penghasilan yang lebih banyak. Pekerjaan itu mendapat penolakan dari sang istri, Murni (Irish Bella). Bahkan dirinya tak pernah mau menerima pemberian uang dari suaminya karena tidak setuju dengan pekerjaan suaminya yang penuh resiko dunia akhirat.

Atas saran rekannya Rojak (Tanta Ginting), Mustaqim kawin lagi dengan Yati (Aulia Sarah). Namun, pernikahannya dengan Yati mengantarkan Mustaqim kepada satu hal yang mencengangkan. Alat kelaminnya (diberi nama Badrun) tak bisa ereksi.

Dari situ, Mustaqim mulai melakukan segala cara agar Badrun bisa berkompromi dengannya. Apalagi, Mustaqim selalu memiliki keinginan untuk bisa dikaruniai momongan.

Tebak genre

© Starvision

‘Madu Murni’ sebenarnya bisa saja berangkat menjadi film religi sejenis ‘Wedding Agreement’. Film drama religi yang tidak begitu menggurui dan tidak menjadikan komedi sebagai tumpuannya. Sayangnya, dari awal mereka sudah menyinggung bahwa film ini akan dihiasi dengan komedi dari penampilan konyol Mustaqim dan Rojak.

Sebagai penagih hutang, mereka menunjukkan aksi yang konyol dengan lelucon yang lebih sering miss. Tidak tepat sasaran alias gagal mengundang gelak tawa.

Setelah itu ‘Madu Murni’ juga menaruh fokusnya pada interaksi Mustaqim dan Murni. Setiap mereka berdua berdialog, rasanya seperti film ini mulai fokus ke sisi dramanya. Penonton akan melihat pertarungan emosi antara pasangan suami istri ini.

Murni yang tidak ingin menerima uang hasil kerja Mustaqim, berdebat hebat dengan suaminya yang kekeuh mau istrinya menerima uang penghasilan dia. Drama suami istri ini menghasilkan adu urat yang dahsyat.

Kita sendiri pasti akan terkecoh karena merasa ini adalah tone yang akan dipakai di film, tapi ternyata salah. ‘Madu Murni’ masih kekeuh untuk memberi guyonan-guyonan yang, lagi-lagi, gagal total.

Guna memanfaatkan peran Mustaqim yang pernah menjadi guru ngaji, ‘Madu Murni’ akhirnya menyelipkan beberapa “ceramah” dadakan di setiap Mustaqim beraksi sebagai penagih hutang. Film ini tidak menceritakan latar belakang tiap karakter dengan jelas, terutama Mustaqim yang perubahan jalan hidupnya cukup drastis, yaitu guru ngaji yang jadi penagih hutang (lengkap dengan stereotip mereka yang suka main kasar saat menagih hutang).

Karena minimnya latar belakang yang jelas, ceramah dadakan ini malah membuat bingung. Logikanya, jika hari-hari Mustaqim sebagai guru ngaji sudah lewat jauh, ia tidak akan berceramah di aksi-aksinya. Kalau memang masih baru, tidak masuk akal juga karena Mustaqim terlihat sangat lihai menjalankan aksi menagih hutangnya.

Inilah yang menyebabkan ceramah dadakan yang ia lakukan malah jadi mengganggu. Tidak ada latar cerita yang jelas untuk bisa menguatkan karakter Mustaqim yang ujug-ujug suka ceramah.

Alasan Mustaqim menikah lagi sangat membingungkan

© Starvision

Kalau kamu menonton film ini tanpa membaca sinopsis dan trailernya, ‘Madu Murni’ akan menjadi film yang sangat membingungkan. Eh, tapi kita juga akan tetap bingung kalau menonton trailernya, sih. Sebab, di trailer secara jelas disebutkan bahwa Mustaqim menikah lagi karena ia ingin memiliki momongan (yang mana tak bisa ia lakukan bila bersama Murni). Maka dari itu, ia menikah dengan Yati.

Nah, hal yang membuat garuk-garuk kepala ada di percakapan Mustaqim dengan Rojak saat Mustaqim hendak memutuskan untuk menikah lagi. Permasalahan rumah tangga yang ia ceritakan kepada Rojak itu adalah keengganan Murni menerima uang hasil pekerjaan menagih hutang Mustaqim.

Kata Rojak, lebih baik ia cari istri lagi yang mau menerima uang itu. Tapi, sepanjang film malah diceritakan bahwa Mustaqim ingin menikah lagi karena mau punya anak. Piye toh?

Kompleksitas ‘Madu Murni’ tidak berhenti di situ. Film ini bagaikan benang kusut yang banyak sekali lilitannya. Di satu sisi mencoba untuk menyampaikan bagaimana poligami itu sebenarnya hanya kerakusan seorang suami semata, lalu perihal impoten dan seputar itu, hingga masalah Mustaqim di pekerjaannya yang tak kunjung selesai.

Semua itu memiliki kerumitannya masing-masing, menjadikan pengalaman menonton ‘Madu Murni’ menjadi cenderung memusingkan. Ya, walaupun di akhir film lilitan itu perlahan mulau terurai kembali, perjalanan menuju akhir itu cukup melelahkan. Film yang durasinya relatif pendek ini selalu keluar dari fokus utamanya.

Ammar Zoni, kamu (lumayan) keren

© Starvision

Meski dengan riawayat akting yang mayoritas dihabiskan di sinetron, Ammar Zoni tetap mampu membuktikan bahwa artis sinetron juga bisa menaklukkan layar lebar. Kita sempat beberapa kali menonton pembicaraan para artis atau orang yang terlibat di industri perfilman yang mengatakan artis sinetron itu sebenarnya sama baiknya dengan artis film.

Hanya karena mereka syuting di stasiun televisi dan berada di cerita yang kebanyakan amburadul, bukan berarti kemampuan aktingnya juga sama jeleknya. Ammar Zoni bisa menjadi contoh termutakhir dari studi kasus tersebut.

Keperkasaan Ammar Zoni tidak hanya terlihat dari badannya yang kekar, namun juga seni perannya. Beberapa kali kamera banyak menyorot raut emosinya dari dekat, menunjukkan bagaimana dedikasi seorang suami yang ingin istrinya hidup sejahtera.

Mustaqim hanya ingin yang terbaik untuk istrinya, tetapi Murni sulit untuk menerima uang hasil pekerjaan Mustaqim yang dianggap tidak halal. Meski demikian, rentetan adegan yang melibatkan dirinya cenderung monoton. Kalau tidak debat sama Yati, ya, marahan sama Murni.

Ammar Zoni juga patut bersyukur memiliki sederet bintang yang berhasil menjadi lawan main sepadan. Sebagai sosok Murni yang diceritakan sebagai istri sholehah dan islami, Irish Bella bisa mengimbangi dengan menjadi karakter seorang istri yang mengayomi dan melayani suaminya.

Ibarat satu paket, Ammar Zoni dan Irish Bella bisa menyesuaikan dengan baik bagaimana semestinya seorang suami istri berperilaku ketika dihadapkan pada sebuah konflik.

Tepuk tangan juga perlu diberikan kepada Aulia Sarah. Sebagai istri muda, ia menyuguhkan penampilan seorang wanita yang sangat kontras dengan istri tua. Yati, dari motif untuk menikahi Mustaqim, juga sangat beda jauh. Ia berbeda dengan Murni yang kalem.

Yati adalah orang yang lebih ekspresif, terutama jika Badrun gagal “bangun” ketika hendak beraksi. Pikirannya pun sering out of the box seperti membawa Mustaqim ke dukun agar Badrun bisa diajak berkompromi.

Kesimpulan

Akhir kata, dengan durasi yang hanya berkisar pada angka 96 menit, ‘Madu Murni’ urung memberi cerita yang berarti. Tidak ada kesan yang ditinggalkan dengan baik. Meski memiliki pesan yang dalam, film ini seakan kehilangan arah saat mengeksekusinya. Untungnya, ada deretan pemeran yang berhasil mengangkat film ini menjadi, setidaknya, bisa lebih seru saat ditonton.

 

Director: Monty Tiwa

Cast: Irish Bella, Ammar Zoni, Aulia Sarah, Tanta Ginting, Ira Wibowo, Jaja Mihardja, Yayu Unru, Meriam Bellina, Epy Kusnandar, Qausar Harta Yudana, Panji Zoni, Mo Sidik, Joe P Project, Bima Azriel

Duration: 96 minutes

Score: 6.0/10

WHERE TO WATCH

The Review

Madu Murni

6 Score

Mustaqim (Ammar Zoni) mantan guru ngaji bekerja sebagai penagih hutang dengan harapan mendapat penghasilan yang lebih banyak. Tapi, Murni (Irish Bella), isterinya, tak pernah mau menerima pemberian uang dari suaminya karena tidak setuju dengan pekerjaan suaminya yang penuh resiko dunia akhirat. Atas saran rekannya Rojak (Tanta Ginting), Mustaqim kawin lagi dengan Yati (Aulia Sarah). Bagaimana kehidupan yang mereka jalani? Siap-siap terhibur dengan keunikan keluarga ini.

Review Breakdown

  • Acting 6
  • Cinematography 6
  • Entertain 6
  • Scoring 6
  • Story 6
Exit mobile version