Review Film Ben & Jody (2022)

Film Ketiga dari ‘Filosofi Kopi’ yang Mengangkat Isu Konflik Agraria dan Persahabatan

“Ini bukan film action Jod, kita bukan Rambo!” – Ben (Ben & Jody)

 

Sebuah gebrakan baru dalam film ‘Filosofi Kopi’ yang tahun ini merilis sekuelnya berjudul ‘Ben & Jody’. Film ini memberikan warna baru pada film ‘Filosofi Kopi’ yang sempat membuat kedai kopi menjamur di berbagai wilayah di Indonesia. Dalam film ketiganya, Ben dan Jody tampil beda dengan genre action yang akan membawa penonton dalam suasana film drama yang tegang, berisi aksi dan cerita yang mampu menaik turunkan emosi.

Film yang berfokus pada genre aksi ini menampilkan tidak hanya adegan perkelahian saja melainkan aksi pengejaran yang intens dengan senjata api dan kendaraan. Medan yang dilalui dalam pengejaran yang terbilang cukup berat pun menambah rasa cemas selama menonton. 

Masih dibintangi dua pemain utama Rio Dewanto sebagai Jody dan Chicco Jerikho sebagai Ben, film ini menghadirkan wajah-wajah baru yang juga mendukung intensnya aksi yang sengit pada film. Sederet nama aktor dan aktris berbakat seperti Yayan Ruhian, Hana Prinantina, Aghniny Haque, Muzakki Ramdhan, Reza Hilman, Bebeto Leutualy, dan Ari Lesmana menghiasi film ‘Ben & Jody’ dan memberikan cerita dengan karakter yang dekat dengan masyarakat di Indonesia. 

Tanpa menghilangkan cinta dan persahabatan antara Ben dan Jody dalam film-film sebelumnya, film action ini berhasil menyampaikan pesan dalam cerita yang mendalam dan membekas bagi penonton. 

Sinopsis

Film dimulai dengan Ben yang sedang membuatkan kopi untuk para petani di kampungnya yang sedang menghadang jalan utama untuk protes penolakan perampasan lahan mereka. Jody yang berada di Jakarta sedang mengurus konsep baru untuk kedai kopi mereka. Saat hari peluncuran, Ben tiba-tiba hilang. Jody yang khawatir akhirnya menyusul Ben, namun ia tetap tidak ditemukan. 

© Visinema Pictures

Ia curiga Ben telah diculik, dan pencariannya menuntun ia bertemu dengan pembalak liar yang juga menculik Ben juga beberapa orang dari desa lain. Mereka bertemu, dan menyusun rencana untuk melarikan diri. Tentu bukan hal yang mudah karena mereka harus berhadapan dengan Aa Tubir (Yayan Ruhian) yang sangat ahli dalam berkelahi.

Pertemuan mereka dengan Rinjani (Hana Prinantina), Tambora (Aghniny Haque), Musang (Muzakki Ramdhan) dan Jago (Reza Hilman) membuka sedikit harapan bagi mereka untuk melawan. Apakah mereka berhasil menghentikan pembalakan liar ini?

Karakter yang kuat dan tidak berubah

Ben dan Jody adalah karakter yang bukan dibuat untuk sebuah film aksi, namun dalam film ini, film yang menampilkan laga, Ben dan Jody tidak dipaksa keluar dari siapa mereka sebelumnya. 

Ketika Ben dan Jody merasa mereka berada dalam kegentingan antara hidup dan mati, mereka menunjukkan sebuah sikap sebagai diri mereka sendiri dan tidak memaksa untuk keluar dari karakternya menjadi fighter. Dengan ini, peran mereka menjadi tetap original dan lebih realistis. 

© Visinema Pictures

Ben dan Jody tidak berusaha menjadi karakter yang lain dan merubah image nya. Konsistensi dari karakter ini membuat film ‘Ben & Jody’ menjadi lebih menarik, natural, dan realistis dengan keadaan. Mereka memang dipertemukan dalam situasi dan masalah yang berbeda, namun bagaimana mereka mempertahankan persahabatan terlihat dalam tiap adegan yang mereka berusaha bangun sepanjang film. 

Mengangkat isu konflik agraria 

Menjadi salah satu film dengan isu yang sedang hangat di Indonesia, ‘Ben & Jody’ mencoba mengingatkan penonton tentang konflik yang tidak pernah selesai dan memiliki banyak korban. Konflik pembalakan liar dan penggusuran daerah yang kerap kali terjadi namun tidak diperhatikan dengan serius.

Produser sekaligus pemain, Rio Dewanto dan Chicco Jerikho, serta sang sutradara Angga Dwimas Sasongko, akhirnya mengangkat konflik agraria ini dalam proyek film sekuel ‘Ben & Jody’ tanpa sedikitpun menghilangkan identitas dan karakter asli dari kedua pemilik kedai Filosofi Kopi tersebut.

© Visinema Pictures

Aksi mereka yang membawa point of view masyarakat awam atas konflik ini menjadi semakin terasa dekat dengan situasi saat ini. Penonton seakan diajak ikut merasakan posisi para warga yang harus menghadapi ketakutan atas pembalak liar dan bagaimana keegoisan para kapitalis menguasai tanah-tanah adat. 

Pemain-pemain baru dengan kemampuan bela diri 

Beralih menjadi film action, ‘Ben & Jody’ juga sepertinya mempersiapkan para pemain dengan matang. Aktor dan aktris seperti Yayan Ruhian, Aghniny Haque, Reza Hilman, Bebeto Leutualy, dan beberapa pemain pendukung yang memang memiliki latar belakang bela diri ini, disatukan dalam film yang akhirnya menciptakan atmosfir pertarungan yang intens. Hana Malasan, yang memulai debut film aksinya di film ini, juga terlihat luwes dan mendalami peran baru yang ia dapatkan. 

© Visinema Pictures

Tidak meninggalkan ciri khas dari film sebelumnya

Dalam film ‘Filosofi Kopi’, kopi menjadi objek utama dalam mendukung drama dan konflik yang terjadi antara Ben dan Jody. Dalam film ‘Ben & Jody’, kopi juga masih tetap ditampilkan dalam beberapa adegan yang membuat film ini tidak kehilangan karakternya sebagai sekuel film ‘Filosofi Kopi’. Hal ini tentunya bisa jadi daya tarik penonton yang merindukan kisah bromance antara Ben dan Jody.

Persahabatan yang erat antar keduanya begitu ditampilkan dalam film, hingga tagline ‘Sahabat Sejati, Sahabat Sampai mati’ menjadi semakin mempertegas bahwa persahabatan Ben dan Jody memang layak menjadi sebuah contoh pengorbanan yang besar. 

Kesimpulan 

‘Ben & Jody’ menjadi film pertama Visinema di tahun ini. Membawa genre aksi pada semesta Ben dan Jody yang tentu jauh dari film-film sebelumnya, film ini mampu membawa ekspektasi penonton pada film aksi Indonesia. Jalan cerita tentang persahabatan, konflik agraria, dan action yang bergabung dalam film ini mampu membuatnya semakin kaya akan pesan. 

Film ‘Ben & Jody’ telah tayang hari ini, 27 Januari 2022, di bioskop Indonesia. Jangan sampai kelewatan!

 

Director: Angga Dwimas Sasongko

Casts: Chicco Jerikho, Rio Dewanto, Yayan Ruhian, Hana Prinantina, Aghniny Haque, Muzakki Ramdhan, Reza Hilman, Bebeto Leutualy, Ari Lesmana

Duration: 114 minutes

Score: 8.0/10

WHERE TO WATCH

The Review

Ben & Jody

8 Score

Ben yang kembali ke kampung halamannya dan membantu petani disana dalam melawan perampasan lahan, tiba-tiba menghilang saat hari peluncuran konsep kedai kopi Filosofi Kopi. Jody yang khawatir akhirnya mencari Ben ke kampungnya dan malah ikut diculik. Perjuangan mereka antara hidup dan mati dalam upaya melarikan diri dari Aa Tubir (Yayan Ruhian) pun semakin berat. Hingga mereka bertemu masyarakat kampung adat yang membuka harapan mereka untuk melawan.

Review Breakdown

  • Acting 8
  • Cinematography 8
  • Entertain 8
  • Scoring 8
  • Story 8
Exit mobile version