“Ada 13 bom yang sudah kami sebar di seantero kota Jakarta,” – Arok (13 Bom di Jakarta, 2023)
Menjelang akhir tahun 2023, bioskop Indonesia akan menghadirkan salah satu film Indonesia berskala besar yang belum pernah ada sebelumnya. Dengan judul yang bisa dibilang bombastis, 13 Bom di Jakarta menyuguhkan rangkaian aksi dan spionase yang biasa kita lihat di banyak film Hollywood.
Didukung dengan sejumlah bintang papan atas Indonesia, film yang disutradarai Angga Dwimas Sasongko ini diharapkan mampu menghibur penonton Indonesia sekaligus mendulang pendapatan tiket yang selama ini menjadi tolak ukur kesuksesan sebuah film.
Tapi apakah 13 Bom di Jakarta berhasil menurut Cineverse? Simak ulasannya di bawah ini.
Sinopsis
Di suatu tempat di Jakarta, sekelompok teroris berhasil menghancurkan sebuah mobil baja pembawa uang tunai yang tengah melaju dengan bazooka, dan serangan itu menjadi pembuka dari serangan berikutnya.
Tak main-main, teroris yang dipimpin Arok (Rio Dewanto) tersebut mengancam dengan 13 bom yang disebar di seantero Jakarta, dan meminta tebusan sebanyak 100 Bitcoin atau sekitar Rp 650 jutaan yang ditransfer melalui perusahaan penukar uang digital milik Oscar (Chicco Kurniawan) dan William (Ardhito Pramono), dua orang pengusaha muda yang memiliki perusahaan mata uang digital.
Penelusuran Badan Kontra Terorisme Indonesia (ICTA) yang dipimpin Jenderal Damaskus (Rukman Rosadi) terhadap dua anak muda ini ternyata tidak membuahkan hasil, malah ICTA mencurigai adanya orang dalam organisasi mereka terlibat dalam kegiatan teroris tersebut. Berhasilkah ICTA menemukan Arok dan juga orang dalam mereka yang terlibat aksi terorisme yang meresahkan itu?
Prolognya menegangkan, selanjutnya datar saja
Patut diakui prolog 13 Bom di Jakarta memang direncanakan dengan matang dan penuh keseruan. Dilakukan di siang bolong, tiap adegan dijahit dengan seksama sehingga unsur sinematiknya terlihat nyata. Pergerakan kamera yang dinamis di beberapa titik membuat prolog ini bagaikan melihat adegan heist ala film Hollywood.
Namun, setelah prolog yang menggelegar ini, tensi film mendadak turun dan cenderung ke arah aksi spionase yang dilakukan secara sistematis dan penuh kerahasiaan. Aksi spionase ini sayangnya banyak dilakukan di sebuah ruangan atau di luar ruangan dalam malam hari.
Hal ini membuat film cenderung membosankan dan celakanya adegan ini berlangsung cukup lama, bahkan hingga melewati paruh kedua.
Setelah sela-sela pemboman kereta dan bandara yang bisa dibilang biasa saja, selebihnya aksi ICTA lebih ke arah kontra spionase yang berusaha menginfiltrasi lawan dengan kekuatan intelijen. Menarik? Sayangnya tidak ada.
Tidak ada punchline menarik dalam dialog yang dilontarkan kedua belah pihak saat mereka berkonfrontasi. Eksposisi karakter antagonisnya pun terasa lemah dan eksekusi 13 bom hanya sebatas retorika saja (bahkan separuhnya pun tidak ada yang meledak).
Finale fight yang kurang nendang dan monoton
Lagi-lagi masalah klasik fight scene yang tidak menarik sama sekali. Sudut pandang yang terlalu dekat dengan subyek akan membuat kita akan sulit menikmati adegan yang seharusnya menjadi penghibur bagi penonton.
Amat disayangkan, transisi antar adegannya pun juga terasa cepat, membuat mata kita lelah. Seringnya penggunakan handheld, membuat gambar terlalu shaky.
Boleh-boleh saja meniru Jason Bourne saga yang mayoritas adegannya menggunakan handheld, tapi perlu diingat, adegan perkelahian yang dilakukan Matt Damon di film tersebut tidak monoton dan sangat variatif koreografinya.
Kesimpulan
Sebagai sebuah film aksi thriller spionase terbesar yang pernah dibuat di Indonesia, 13 Bom di Jakarta, sesuai judulnya, memang cenderung bombastis.
Walaupun film ini sejak lama membuat Cineverse penasaran, dengan sejumlah eksposur positif sejak diputar di Jogja-NETPAC Asian Film Festival 2023 (JAFF), nyatanya film ini terasa membosankan, dan cenderung repetitif. Akting para pemainnya terlihat padu, dengan skoring yang terus berjalan di belakang adegan. Membuat irama film ini terasa temponya.
Adegan prolog pastinya akan mengguncang penonton, namun selebihnya akan terlihat biasa saja, terlebih dengan tone-nya yang didominasi nuansa gelap. Dengan durasi lebih dari dua jam atau kurang lebih 143 menit, film ini memang terlalu lama.
Cineverse melihat film ini hanya sebatas proyek ambisius Angga Dwimas Sasongko yang ingin membuktikan dirinya bisa membuat film bergenre ini, terlebih 13 Bom di Jakarta disebut sebagai film termahal dan terbesar di sepanjang sejarah film Indonesia.
Penasaran bukan? Tonton segera mulai tanggal 28 Desember 2023 di semua bioskop Indonesia.
Director: Angga Dwimas Sasongko
Cast: Rio Dewanto, Chicco Kurniawan, Ardhito Pramono, Rukman Rosadi, Ganindra Bimo, Putri Ayudya, Lutesha, Niken Anjani, Muhammad Khan, Andri Mashadi
Duration: 143 Minutes
Score: 6.2/10
WHERE TO WATCH
The Review
13 Bom di Jakarta
13 Bom di Jakarta mengisahkan aksi kekacauan yang akan meledakkan 13 bom di Jakarta oleh sekelompok teroris