Review Onward (2020)

Onward menceritakan Petualangan Dua Bersaudara yang Seru di Dunia Penuh Fantasi

onward 2020

© Walt Disney Pictures & Pixar Animation Studios

“Long ago, the world was full of wonder. It was adventurous. There was magic. But it wasn’t easy to master. So the world found a simpler way to get by. But I hope there’s a little magic left in you.” – Dad (Onward).

Pada kuartal pertama 2020, Pixar merilis film terbarunya yang cukup penting untuk dilihat hasil jadinya. Mengapa demikian? Well, ini merupakan film orisinil Pixar pertama sejak mereka merilis “Coco” pada 2017 lalu.

Memang sih gap-nya tidak terlalu jauh. Tapi berkat kesuksesan besar yang didapatkan oleh dua film sekuelnya di tahun 2018 dan 2019 yaitu “The Incredibles 2” dan “Toy Story 4”, timbul semacam beban.

Apakah Pixar bisa kembali memproduksi cerita-cerita asli lagi atau tidak. Seperti yang kita tahu juga, sekuel merupakan pandemi kesuksesan di Hollywood dan apakah studio sebesar Pixar akan sudi untuk terus tenggelam bersama formula tersebut atau tidak. Karena itu lah Onward jadi memiliki semacam pertaruhan tersendiri.

Melihat dari indikator sumber daya manusianya, Onward memiliki materi jualan yang menjanjikan. Yup, siapa lagi kalau bukan duet voice casting utamanya yaitu Tom Holland dan Chris Pratt. Duo member Avengers ini diceritakan menjadi kakak beradik di sebuah dunia fantasi.

Tom menjadi Ian, bocah yang pemalu dan cenderung takut untuk mencoba hal-hal baru. Kemudian Chris berperan sebagai Barley yang penuh semangat, dan merupakan penggemar dari permainan board game bertemakan sihir.

Dua kakak-beradik ini jelas memiliki sifat yang kontras. Tapi jika dilihat-lihat, ini rasanya sesuai dengan cast yang ada. Tom Holland lagi-lagi memerankan karakter remaja tanggung, hanya saja berbeda dengan apa yang ia mainkan di “Spies in Disguise”, Ian di sini terlihat lebih kalem.

Sementara Chris Pratt memang dari sananya sudah penuh semangat, banyak bicara, dan humoris. Beberapa dialog gimmick dari karakter Barley jadi terasa sangat pas jika dibawakan olehnya.

© Walt Disney Pictures & Pixar Animation Studios

Kerja sama antara Ian dan Barley pun diuji ketika suatu hari mereka membuka hadiah ulang tahun yang diberikan oleh almarhum ayah mereka. Alangkah kagetnya Ian dan Barley ketika tahu bahwa ternyata hadiah tersebut berupa tongkat sihir.

Lengkap dengan batu bertuah berwarna jingga dan mantra, mereka mencoba untuk memanfaatkan hadiah itu guna mengembalikan sang ayah.

Apes, karena panik dan tidak kuat menahan kekuatan sihir yang besar, Ian hanya mengembalikan bagian kaki dari sang ayah. Berdasarkan pengetahuan yang dimiliki Barley, mantra ini akan bertahan hingga matahari terbenam, jadi Ian dan Barley harus segera mencari batu bertuah lainnya untuk digunakan sebagai alat mantra.

Di awal film terdapat sebuah prolog. Narator akan memperkenalkan kita pada dunia Onward, di mana dulu dunia ini memiliki sihir. Para penyihir yang ada bertugas untuk membantu masyarakat elf dan makhluk-makhluk lainnya yang butuh pertolongan. Akan tetapi, semakin ke sini sihir semakin lenyap.

Bukan gara-gara penyihirnya dibakar, namun karena telah ditemukan cara lain untuk menolong kebutuhan masyarakat dan cara ini lebih praktis dibanding harus memelajari sihir. Sayang, Onward tidak menggubris hal ini lebih jauh di dalam filmnya.

Meski begitu, dari eksposisi naratif yang ada, kita bisa mengetahui kenapa film Onward memilih dunia fantasi sebagai latar tempatnya.

© Walt Disney Pictures & Pixar Animation Studios

Sebagai film yang mengangkat kisah ayah-anak, filmmaker Onward harus mencari cara agar bagaimana nantinya si anak ini bisa ketemu lagi sama ayahnya bisa terlihat masuk akal. Jelas guna mewujudkan hal itu tidak bisa dengan memanfaatkan dunia nyata. Akan sangat absurd sekali.

Maka dari itu, diwujudkan lah sebuah dunia fantasi. Dunia yang dulunya memiliki sihir. Tools ini dimanfaatkan dengan baik karena kausalitas cerita filmnya menjadi kuat. Dunia fantasi ini juga dimanfaatkan untuk beberapa hal kecil yang sifatnya personal.

Karena penduduk dari dunia tersebut notabene adalah makhluk dongeng, kemudian karena dunia tersebut semakin ke sini semakin modern, maka hal itu digunakan film untuk memunculkan value berikutnya yaitu sadar akan potensi diri.

Dalam perjalanannya, elemen sihir ini juga akan mengembangkan arc dari karakter Ian. Terlepas dari mantra-mantra yang ada, secara garis besar kita bisa belajar dari sini bahwa kita harus yakin dengan kemampuan diri sendiri.

Sihir-sihir yang ada walaupun bukan tipe yang sekali dengar langsung bisa dihapal, namun kegunaannya bermacam-macam. Beruntung, film bisa memanfaatkan kekuatan dari beberapa sihir secara efektif di tahap konfrontasi.

Hal ini sangat diperlukan karena sihir menjadi alat yang diperlukan di tahap resolusi, lebih dari yang dibayangkan.

© Walt Disney Pictures & Pixar Animation Studios

Terdapat banyak sequence yang menonjol dalam memanfaatkan sihir. Cerita yang tertulis dalam scene tersebut berhasil mengoptimalkan elemen sihir sehingga gong-nya nanti akan tercipta suatu respon emosional tertentu.

Ada rasa gak enakan karena ada kalanya Ian dan Barley akan berantem selaku kakak-adik, yang mana itu sangat wajar terjadi.

Kemudian ada rasa excited campur ketawa karena tingkah konyol yang diperagakan oleh dua kakak-beradik elf tersebut. Mulai dari sini, penonton harus jeli melihat karena bisa jadi apa yang kita lihat sebelumnya dan menjadi perkiraan kita bahwa Onward akan bercerita tentang apa, maka nanti bisa jadi persepsi tersebut berubah.

Sayang, meski ada hal yang sudah optimal namun terdapat juga kelemahan yang cukup fatal. Pada tahap konfrontasi, Ian dan Barley memulai quest mereka ke sebuah tempat antah-berantah yang dihuni oleh makhluk bernama Manticore.

Kita akan melihat bahwa narasi film menjomplangkan apa yang awalnya diceritakan dengan kejadian saat ini di tempat tersebut.

Penuansaan yang dibuat juga antara sebelum dan ketika Ian dan Barley masuk ke ‘sarang Manticore’ sangat berbeda, dan ini sangat dimaklumi mengingat Onward adalah film keluarga.

Yang disayangkan adalah, eskalasi konflik yang ada di tahap ini kurang greget. Kita tidak bisa merasakan titik balik yang kuat dari Manticore.

© Walt Disney Pictures & Pixar Animation Studios

Kemungkinan ini muncul karena dialognya yang kurang mengena. Penceritaan linear seperti Onward tentu harus diwarnai oleh berbagai macam permainan emosi agar film tidak terasa membosankan. Apes, pada bagian yang nanggung ini film mulai mengalami masalah di tahap konfrontasinya.

Apa yang ingin ditonjolkan oleh film di bagian tersebut adalah unsur seru karena kita bisa melihat bagaimana buasnya Manticore. Sayang, hal itu tak dapat dirasakan secara utuh, berbeda dengan bagian lain di tahap konfrontasi.

Imbasnya penonton bisa saja tertidur hingga tahap konfrontasi dari film masuk ke bagian yang lucu atau menegangkan, yang mana hal itu ada di dalam filmnya. Masuk ke segi sinematik, sentuhan Dan Scanlon berasa banget di film ini. Sebagai sutradara yang naik daun lewat film “Monsters University”, tentu Dan sudah pernah memvisualisasikan bentuk-bentuk makhluk di dunia fantasi seperti itu.

Terbukti dari adanya karakter polisi bermata satu di dalam film dan kalau dilihat-lihat lagi, bentuk kepala dari karakter Barley mengingatkan kita pada karakter James P. Sullivan. Hanya saja, bentuk tubuhnya adalah elf sehingga jelas bahwa Barley dan juga karakter-karakter elf lainnya tidak memiliki bulu.

Bebicara mengenai makhluk-makhluk fantasi, keunikan dari mereka di film Onward adalah gaya berpakaian mereka yang sama dengan dunia kita. Ini semakin menguatkan bahwa dunia tersebut merupakan metafora dari sesuatu dari dunia kita, yang tadi sudah disebutkan cukup disayangkan karena poin tersebut tidak terlalu jelas dibahas.

Makhluk-makhluk fantasi ini berpakaian kemeja, sweater, jaket kulit, seragam. Pokoknya layaknya manusia pada umumnya. Kemudian bentuk visual yang outstanding berikutnya ada di tahap resolusi. Musuh antagonis yang sebenarnya muncul di sini dan tampilannya cukup mengagumkan.

Film tidak mengambil cara tradisional dengan mewujudkan sosok makhluk tersebut seperti yang biasa kita tahu. Melainkan, mewujudkannya lewat serpihan dan bongkahan bangunan, yang semua di-setting dengan narasi yang oke.

© Walt Disney Pictures & Pixar Animation Studios

Hal-hal kecil dan sampingan tidak serta-merta dibuang begitu saja dalam membangun keutuhan unsur naratif Onward. Kemudian untuk para pemeran pendukung, mereka akan menonjol di sesi masing-masing. Yang paling kentara adalah karakter Ibu yang dibuat berbeda dengan karakter ibu kebanyakan ketika anaknya hilang entah ke mana.

Sosok ibu di sini tentu bukan lah “damsel in distress”. Kemudian sang Ibu juga sebetulnya menjadi faktor kunci di tahap konfrontasi. Namun tetap saja, sajian utamanya adalah mengenai jalinan relasi kakak-adik.

Onward meramu konflik yang biasa ada dalam hubungan kakak-adik menjadi sesuatu yang menyentuh dengan bantuan arc dari karakter Ian yang ingin bertemu kembali dengan sang ayah.

Sedikit demi sedikit value yang paling menohok terkuak, di mana kadang kita tidak menyadari bahwa ada lho orang yang senantiasa mendukung kita atau mendorong kita untuk jadi lebih baik tapi kita tidak menyukai orang tersebut.

© Walt Disney Pictures & Pixar Animation Studios

Hal ini ditempatkan dengan sangat baik di turning point kedua dan bukan tidak mungkin kita akan membutuhkan tissue pada saat-saat tersebut. Terdapat sebuah dialog yang powerful di sini, yaitu ketika Ian meyakinkan Barley ketika mereka akan bertemu dengan sang ayah. Kata-kata yang ia ucapkan menunjukkan perkembangan karakter yang sudah menyentuh level paripurna.

© Walt Disney Pictures & Pixar Animation Studios

Sebagai film orisinil (bukan sekuel, prekuel, atau pun spin-off), Onward masih bisa menjadi tontonan seluruh keluarga. Apalagi jika kita menonton bersama kakak atau adik kita, feel-nya jadi lebih berasa. Pengalaman pribadi sutradara semakin memperkaya cerita karena konflik berikutnya jadi nampak begitu personal.

Contohnya ada pada sebuah sequence di mana karakter Ian berbicara kepada rekaman suara sang ayah. Itu gak powerful. Memang, apa yang menjadi konflik utama dari film ini kurang ditonjolkan. Agak rancu karena dua konflik besarnya terasa imbang. Cerita yang lurus-lurus saja juga terasa membosankan di tahap konfrontasi. Penonton dewasa akan semakin “memaklumi” karena unsur fantasi dari segala mantra sihir dan kisah board game kesukaan Barley mendominasi.

 

Director: Dan Scanlon

Starring: Tom Holland, Chris Pratt, Octavia Spencer, Julia Louis-Dreyfus, Lena Waithe, Ali Wong, Wimer Valderrama

Duration: 102 Minutes

Score: 7.6/10

WHERE TO WATCH

The Review

Onward

7.6 Score

Pixar kembali lagi ke layar lebar setelah Toy Story 4 (2019) yang menuai kesuksesan secara komersial dan Onward akan membawa kita berpetualang di dunia penuh fantasi, mengikuti karakter Ian Lightfoot (Tom Holland) dan Barley Lightfoot (Chris Pratt) yang berusaha mencari ayahnya yang menghilang. Pencarian itu diwarnai sihir dan makhluk-makhluk aneh yang mengikuti perjalanan mereka.

Review Breakdown

  • Animation 7
  • Character 8
  • Entertain 8
  • Scoring 7
  • Story 8
Exit mobile version