Renaissance of Indonesian Cinema Menghadirkan World Premiere Gadis Kretek dan 24 Jam Bersama Gaspar hingga Kemenangan Watch It Burn di Asian Project Market 2023
Kabar baik datang dari Busan, Delegasi Indonesia turut meramaikan gelaran Busan International Film Festival (BIFF).
Dalam festival film terbesar di Asia tersebut, para sineas dan film-film Indonesia menjadi sorotan.
15 judul film panjang, film pendek, dan serial tayang sebagai World Premiere di Busan International Film Festival (BIFF)
Dari 15 judul film panjang, film pendek, dan serial, beberapa di antaranya melakukan penayangan perdana (world premiere) mereka di Busan, sekaligus masuk program kompetisi.
Film 24 Jam Bersama Gaspar yang di sutradarai Yosep Anggi Noen tayang perdana dan berkompetisi di program Jiseok.
Film pendek The Rootless Bloom yang di sutradarai Rein Maychaelson yang berkompetisi di program Wide Angle.
Serial Gadis Kretek yang di sutradarai Kamila Andini & Ifa Isfansyah juga melakukan penayangan perdana di BIFF dalam program Renaissance of Indonesian Cinema, program fokus yang dihadirkan untuk merayakan kebangkitan sinema Indonesia pasca-pandemi serta mengedepankan karya-karya dari para sineas Indonesia yang menonjol.
Pada program Renaissance of Indonesian Cinema juga tayang:
- Film pendek Basri and Salma in A Never Ending Comedy (Khozy Rizal).
- Film What They Don’t Talk About When They Talk About Love (Mouly Surya).
Film karya Mouly Surya diatas pernah ditayangkan di BIFF pada 2013. Setelah 10 tahun, kini film itu kembali ditayangkan dan ditonton oleh generasi yang berbeda.
Selain ketiga judul tersebut, film-film yang tayang di program Renaissance of Indonesian Cinema:
Film pendek
- Dancing Colors (M. Reza Fahriyansyah).
- Laut Memanggilku (Tumpal Tampubolon).
- Vania on Lima Street (Bayu Prihantoro Filemon).
- Where The Wild Frangipanis Grow (Nirartha Bas Diwangkara).
Film panjang
- 24 Jam Bersama Gaspar (Yosep Anggi Noen).
- Sara (Ismail Basbeth).
- Perempuan Tanah Jahanam (Joko Anwar).
- Posesif (Edwin).
- Ziarah (B.W. Purba Negara).
Film Sara juga ditayangkan di program A Window on Asian Cinema, bersama film Ali Topan (Sidharta Tata) dan Women from Rote Island (Jeremias Nyangoen).
Kabar baik dari BIFF 2023 di antaranya adalah kemenangan film terbaru sutradara Makbul Mubarak dan produser Yulia Evina Bhara dari KawanKawan Media Watch It Burn yang memenangkan One Cool Award berupa uang tunai di Asian Project Market (APM) 2023.
Ini merupakan film panjang kedua Makbul setelah film panjang debutnya Autobiography mendapat pujian secara kritik di internasional serta menjadi film yang dikumpulkan Indonesia ke Oscars 2024.
Pada APM 2023, ada 30 film dari 13 negara yang dipresentasikan selama empat hari, 7-10 Oktober 2023 dan memperebutkan 11 hadiah utama, termasuk dari Indonesia adalah Tarkam karya sutradara Teddy Soeriaatmadja.
Film yang juga mendapatkan grant di BIFF 2023 adalah milik sutradara Khozy Rizal di BAFA (BIFF Asian Film Academy), program ini dirancang untuk menemukan generasi baru pembuat film Asia dan mengkatalisasi jaringan yang beragam di antara para talenta muda.
Di BAFA, film pendek terbaru Khozy mendapatkan dukungan pendanaan sebesar 1000 USD. Pada tahun ini, BAFA diikuti 503 pendaftar dari 37 negara, dengan finalis terdiri dari 12 film.
Angga Yunanda akan menjadi pemeran utama di film Malice
Kabar baik lainnya, aktor muda Indonesia Angga Yunanda akan menjadi pemeran utama di film Malice karya sutradara Taiwan Lim Lung-Yin.
Film tersebut merupakan ko-produksi antara Taiwan, Indonesia, dan Republik Ceko.
Di film Malice, Angga akan berperan bersama dua aktor Taiwan Hsueh Shih Ling dan Jieh
Wen King.
Produser Yulia Evina Bhara dan rumah produksi KawanKawan Media juga terlibat dalam film ini, bersama rumah produksi Tydal Productions dan Aview Images (Taiwan), dan Lonely Production (Republik Ceko).
Saat ini, Indonesia juga tengah menanti awarding night sebagai puncak BIFF 2023 pada 14 Oktober untuk pengumuman para pemenang film-film yang berkompetisi.
Termasuk 24 Jam Bersama Gaspar di program Jiseok dan The Rootless Bloom di Wide Angle.
Kehadiran Delegasi Indonesia yang difasilitasi Kemendikbudristek ini tentu menghadirkan dampak signifikan terhadap perkembangan perfilman Indonesia mendatang.
Tentunya, lewat program fokus di BIFF juga akan semakin meningkatkan perhatian internasional terhadap sinema Indonesia, terbukti dari dua kabar baik yang datang sebelum berakhirnya BIFF 2023.
Selain itu, kehadiran booth Indonesia di Asian Contents & Film Market (ACFM) di Exhibition Center 1, BEXCO, Busan pada 7-10 Oktober 2023 yang menjadi rangkaian BIFF 2023 juga menjadi salah satu langkah strategis yang dilakukan.
Kehadiran booth Indonesia di ACFM memiliki peran sentral, yang akhirnya menghadirkan berbagai pertemuan dengan berbagai negara lain untuk menjalin kerja sama kebudayaan di masa mendatang.