Review The Three Musketeers – Part I: D’Artagnan (2023)

Alih Wahana The Three Musketeers yang Kini Lebih Gelap dan Penuh Misteri Terselubung

the three musketeers part i d'artagnan 5

© Pathe

“The Cardinal wants to bring the Queen down,” –  Constance Bonacieux (The Three Musketeers – Part I: D’Artagnan, 2023)

Menjelang berakhirnya Festival Sinema Prancis 2023 pada 26 November 2023, ada salah satu film  unggulan yang akan diputar sebagai penutup dan sudah lama dinantikan Cineverse sejak semester awal 2023.

Film dengan judul asli Les trois mousquetaires: D’Artagnan atau di Indonesia akan hadir dengan judul internasionalnya, The Three Musketeers – Part I: D’Artagnan, akan menjadi film pertama dari dua bagian, yang nantinya film keduanya akan berjudul The Three Musketeers: Milady. Film kedua ini nantiya direncanakan akan dirilis di Prancis pada 13 Desember 2023.

Film The Three Musketeers kali ini bukanlah alih wahana pertama dari novel The Three Musketeers karya Alexandre Dumas yang terkenal dengan karya lainnya yang pernah diangkat ke layar lebar seperti The Count of Monte Cristo pada tahun 2002.

Namun, novel The Three Musketeers inilah yang paling dikenal banyak orang. Bukanlah tanpa sebab karya Dumas ini sangat terkenal di seluruh dunia, karena film terbaru ini akan menjadi alih wahana kesekian kalinya yang diangkat ke layar lebar sejak film alih wahana pertamanya dirilis pada tahun 1903 lewat sebuah film pendek.

Film yang sebenarnya sudah tayang perdana di Prancis sejak April 2023 ini menyajikan banyak kejutan yang belum pernah kita lihat sebelumnya. Seperti apa filmnya kali ini? Apakah akan sebagus adaptasi sebelumnya? Cineverse akan mengulasnya di bawah ini.

© Pathe

Sinopsis

Seorang pemuda dari kota kecil Gascony bernama D’Artagnan (François Civil), pergi ke Paris untuk bergabung dengan Musketeers of the Guard. Di dalam perjalanan, ia mencoba menolong seorang perempuan, namun penjaganya membuatnya pingsan.

Setelah ia terbangun, D’Artagnan lantas melanjutkan perjalanan dan mengunjungi Capitaine de Tréville, komandan Musketeers di markas besarnya tersebut atas rekomendasi ayahnya yang telah meninggal. D’Artagnan kemudian melihat salah satu pria yang mencoba membunuhnya saat dalam perjalanan ke Prancis dan ia mencoba mengejar orang tersebut.

Namun, saat mengejarnya, ia secara tidak sengaja menyenggol tiga Musketeers, Athos (Vincent Cassel), Porthos (Pio Marmaï) dan Aramis (Romain Duris), yang masing-masing mengajak duel D’Artagnan di waktu yang terpisah.

Saat akan berduel, ternyata pengawal Kardinal Richelieu muncul dan berusaha menangkap mereka karena duel tersebut ilegal. Meski kalah jumlah, keempat pria itu memenangkan pertarungan dengan pengawal Richelieu.

Setelah mengetahui hal ini, Raja Louis XIII (Louis Garrel) menegur ketiga Musketeers itu. Sejak kejadian tersebut, D’Artagnan kemudian berteman dengan ketiga Musketeers itu dan akhirnya mengetahui siapa teman-teman barunya tersebut.

© Pathe

Selama di Prancis, ia menginap di sebuah penginapan dan jatuh cinta pada Constance Bonacieux (Lyna Khoudri), yang bekerja untuk Ratu Anne (Vicky Krieps)yang secara diam-diam berselingkuh dengan Duke of Buckingham dari Inggris. Ratu Anne sendiri telah menikah dengan suaminya, Louis XIII, dan jika perselingkuhan itu diketahui, akan mengakibatkan ia dihukum mati.

Kardinal Richelieu (Eric Ruf) yang terus berusaha menjatuhkan Ratu Anne dengan cara apapun, bersekutu dengan seorang perempuan misterius bernama Milady (Eva Green).

Seiring berjalannya waktu, Athos kemudian dituduh membunuh seorang pelacur (yang ditemukan telanjang bulat di sampingnya di tempat tidur dengan beberapa luka tusukan) dan dijatuhi hukuman mati. D’Artagnan menyadari kalau pelacur itu ternyata perempuan yang ia coba selamatkan saat perjalanan ke Paris.

Ia dan kedua Musketeers memutuskan untuk mencari tahu siapa dia, sehingga mereka dapat menyelamatkan Athos. D’Artagnan kemudian pergi ke House of Valcour untuk berbicara dengan keluarga yang mereka yakini terkait dengan perempuan tersebut. Milady ternyata tinggal di situ dan mencoba membunuhnya, tapi D’Artagnan berhasil lolos dari rumah tersebut.

Tanpa diketahui teman-temannya, Athos ternyata dibebaskan saat akan dieksekusi, oleh adik laki-lakinya, Benjamin. Adiknya tersebut bersama teman-temannya merencanakan akan membunuh Raja Louis XIII saat Gaston, Duke of Orléans dan Marie de Bourbon, Duchess of Montpensier, melangsungkan pernikahannya di Katedral.

© Pathe

Bagaimana nasib Raja dan Athos bersama D’Artagnan, Porthos dan Aramis nantinya? Apakah Milady dan Kardinal Richelieu berhasil ditangkap oleh para Musketeers?

Alih wahana yang diekspansi lebih luas lagi dari novelnya

Perlu kita ketahui kalau The Three Musketeers – Part I: D’Artagnan tidak benar-benar mengikuti pakem aslinya. Banyak sekali perubahan mendasar yang dibuat berbeda dan jauh lebih kompleks daripada kisah aslinya yang ada di novel.

Hal pertama terlihat adalah karakter Milady yang kini coba dikembangkan Sutradara Martin Bourboulon menjadi lebih gelap dan misterius. Milady yang diperankan dengan baik oleh Eva Green, akan menjadi karakter sentral di film keduanya nanti dan menjadi penghubung dari banyaknya peristiwa misterius yang terjadi di film pertamanya.

Hal kedua yang terlihat berbeda adalah umur para Musketeers yang terlihat berbeda daripada karakter aslinya (diperkirakan berusia pertengahan 20-30 tahunan), Romain Duris pun telah berusia 50 tahun, bahkan Vincent Cassel kini telah berusia 57 tahun! D’Artagnan yang semestinya berusia muda (sekitar awal 20 tahunan), bukan François Civil yang kini berusia 33 tahun.

Hal ketiga yang menarik perhatian adalah Athos yang dijebak oleh pembunuhan pelacur yang tidak ia lakukan. Sebuah subplot yang ditambahkan ke dalam narasi film ini.

Hal keempat yang membuat narasi ini kian panjang adalah subplot kedua yang coba ditambahkan di film ini. Subplot itu adalah pemberontak Huguenot yang merupakan dari kaum Protestan Prancis kepada Raja Louis XIII yang mayoritas penganut Katolik yang selalu menyulut pertikaian sejak lama. Nantinya kedua subplot ini akan disatukan menjelang konklusi.

© Pathe

Perbedaan lainnya yang mencolok perhatian adalah penggambaran karakter Porthos yang digambarkan seorang biseksual, sebuah hal yang terlalu dipaksakan di era tahun 1600an.

Akibat dari narasi yang diekspansi lebih luas ini mengakibatkan alur film berjalan relatif lambat di beberapa adegan. Karena masing-masing Musketeers terpisah untuk menyelesaikan masalah yang muncul silih berganti. Sebuah hal yang aneh, mengingat mereka hampir selalu bersama-sama dalam menyelesaikan masalah.

Elemen teknisnya patut dipuji

Banyak shot-shot menarik dalam The Three Musketeers – Part I: D’Artagnan yang belum pernah kita lihat sebelumnya. Visualisasinya juga mengagumkan, dengan desain produksi yang digarap sangat serius.

Kita juga akan disuguhkan koreografi terbaik dalam sejarah The Three Musketeers dialihwahanakan ke layar lebar, lebih serius, tidak seperti film-film sebelumnya yang pertarungannya dipenuhi komedi slapstick.

Bisa dikatakan kalau versi terbaru ini bernuansa lebih gelap dari semua adaptasi yang pernah dibuat, karena banyaknya subplot baru yang membuat karakter aslinya jauh lebih misterius daripada sebelumnya.

© Pathe

Kesimpulan

The Three Musketeers – Part I: D’Artagnan bukanlah adaptasi yang setia pada novel aslinya. Walau begitu, film ini jauh lebih menarik dari sebelumnya, bahkan Cineverse sendiri menyukai versi lepas adaptasi ini ketimbang versi tahun 1973 yang dianggap terbaik (karena orisinalitasnya mendekati novel aslinya) dari semua adaptasi yang pernah dirilis ke layar lebar.

Dengan dipecahnya film ini menjadi dua bagian yang relatif berdurasi panjang, kita akan melihat sebuah alih wahana dengan kompleksitas narasi dari karakter kuncinya yang kini lebih diperdalam lagi.

Banyaknya perbedaan yang telah disebut di atas bukanlah sebuah kelemahan, namun merupakan pengingat apakah dengan perbedaan ini, The Three Musketeers – Part I: D’Artagnan akan jauh lebih baik daripada alih wahana sebelumnya.

Adanya subplot baru akan membuat film ini tidak terasa membosankan seperti alih wahana sebelumnya yang pernah kita lihat. Film ini jauh lebih gelap dan serius daripada alih wahana sebelumnya.

Menarik juga melihat karakter Milady yang sekarang sangat misterius, begitu pula dengan karakter tiga Musketeers lainnya yang menyimpan sesuatu yang lebih besar di bagian keduanya nanti.

Jangan lupa ada end-credit penting di akhir film yang akan membuka rahasia besar di balik hubungan Milady dan Kardinal Richelieu.

The Three Musketeers – Part I: D’Artagnan akan segera tayang di bioskop XXI. Nantikan kehadirannya tak lama lagi.

 

Director: Martin Bourboulon

Cast: François Civil, Vincent Cassel, Romain Duris, Pio Marmaï, Eva Green, Louis Garrel, Vicky Krieps, Lyna Khoudri, Jacob Fortune-Lloyd, Eric Ruf, Marc Barbé, Patrick Mille, Julien Frison, Ivan Franek, Gabriel Almaer, Thibault Vinçon, Raynaldo Houy Delattre, Olivier Le Montagner

Duration: 121 Minutes

Score: 7.6/10

WHERE TO WATCH

The Review

The Three Musketeers - Part I: D'Artagnan

7.6 Score

The Three Musketeers - Part I: D'Artagnan mengisahkan D'Artagnan, Athos, Porthos & Aramis menghadapi masalah untuk melindungi Raja Louis XIII

Review Breakdown

  • Acting 7
  • Cinematography 8
  • Entertain 8
  • Scoring 7
  • Story 8
Exit mobile version