“My point is, freewill does not exist. It’s an illusion, and a pleasant one.” – Gabriel Defoe (Bodies).
Sebuah graphic novel karya Si Spencer berjudul Bodies yang di publish oleh DC Comics, diadaptasi menjadi sebuah limited series oleh Paul Tomalin yang kemudian tayang eksklusif di Netflix. Berjumlah 8 episode, plot utama-nya masih setia kepada premis yang menjanjikan sajian khas film-film Detektif.
Terlebih lagi, latar tempat yang diusung-pun memiliki kesamaan lokasi, dan tentu saja yang menjadi poin menariknya adalah, perbedaan era dari masing-masing detektif, dengan kasus yang sama, menjadi benang merah sajian mystery science-fiction yang cukup menjanjikan.
Sinopsis
Seorang detektif polisi di tahun 2023, Shahara Hasan (Amaka Okafor) menemukan sebuah tubuh manusia di lokasi sudut kota, yakni di Longharvest Lane. Menariknya, tubuh tersebut adalah seorang mayat yang identik, dan sudah pernah ditemukan sebelumnya, yakni pada tahun 1941, dan 1890 di tempat yang sama persis.

Sayangnya, penyelidikan dari dua detektif di masa lalu-pun telah mengalami jalan buntu perihal siapa yang menaruh dan membunuh mayat misterius tersebut. Investigasi-pun kian bermuara pada sebuah teori time-travel dan sekte aneh yang dapat meramalkan semua pergerakan Shahara, hingga ke masa depan.
Premis menarik dengan sajian misteri dugaan pembunuhan di beda era, yang tentunya menjadi sangat mendebarkan dikala semua teka-teki nya berhubungan pada teori sci-fi time travel yang penuh dengan twist.
Latar belakang waktu yang berbeda
Dibuka dengan latar masa kini yang cukup relate, alur berkembang jauh dan mulai terhubung dengan pace cerita yang sama dari beberapa latar waktu London. Masa kini yang canggih, era 1941 yang dekat dengan perang Nazi, serta 1890 yang kental dengan kondisi penyelidikan a la Sherlock Holmes. Masing-masing era memiliki perspektif untuk melengkapi misteri puzzle yang ditebar.
Lalu kemudian, muncul-lah era terakhir, masa depan. Yakni tahun 2053. Teka-teki yang perlahan terungkap lewat cause and effect yang biasa disinggung dalam film bertema serupa. Rahasia yang dibuka secara bertahap, taktik yang terasa cukup mainstream.

Namun lusinan twist yang disajikan ternyata memiliki efek yang mengejutkan penontonnya (terutama bagi yang belum membaca graphic novel-nya). Sulit menjelaskan mana timeline utamanya ketika masing-masing era juga terasa mencolok dengan sub-plot dan pengembangan supporting character yang cerdas.
Seperti tahun 1890 dengan segala keterbatasan alat dan romansa terlarang yang diperankan oleh Kyle Soller sebagai Alfred Hillinghead. Tahun 1941 dengan gaya karakter protagonis tipe detektif yang cool dan keji dari Charles Whiteman yang diperankan Jacob Fortune-Lloyd, namun juga memiliki hati, dengan bantuan dari pengembangan kisah dengan seorang anak kecil bernama Esther (Chloe Raphael).
Serta peliknya masa kini, 2023 dari detektif Shahara yang berusaha menyadarkan seorang pemuda terduga pelaku pembunuhan, Elias (Gabriel Howell). Keseluruhan main cast beserta supporting character yang tampil maksimal.
Visual set yang cukup megah
Untuk visual set-nya sendiri, di paruh awal Bodies terlihat cukup megah dengan membangun beberapa blok pemandangan London yang berbeda dari era ke era. Detail penambahan latar CG pada panorama shot-nya terasa cukup efektif dan nyata.
Namun untuk vfx nya sendiri, terutama di adegan klimaks penyebab mata korban pembunuhan memiliki bebas tembakan, terasa cukup buruk untuk series yang segi produksi-nya cukup besar ini. Untunglah tidak banyak scene yang mengharuskan menggunakan kemegahan teknik visual effect CG secara terus menerus.
Narasi Bodies yang memiliki tautan imajinasi yang sebenarnya cukup rumit, namun berhasil disajikan dengan ringan dan membuka setiap twist-nya dengan konsisten dan jelas.

Bahkan pertengahan musim menjadi salah satu momen terbaik bagi series ini. Kesempatan menjelaskan dimana time-loop nya berada, hingga perspektif lain dari karakter antagonisnya, menjadi titik balik yang cukup beralasan kuat untuk mengubah anomali penyebab konflik utamanya.
Teori fiksi-sains yang sebenarnya cukup konvensional, namun dibangun dengan beragam sub-plot dan pemecahan misteri yang memiliki nilai moral-nya masing-masing, membuat series misteri ini sangat sayang untuk dilewatkan.
Kesimpulan
Premis Bodies yang menarik akan membawa penontonnya semakin penasaran dengan apa yang sebenarnya terjadi hingga pertengahan musim.
Pemecahan misteri yang terbagi menjadi beberapa plot twist, disajikan dengan cukup kuat, lengkap dengan detail perspektif yang tak hanya menggambarkan emosionalitas karakter protagonis-nya, namun juga sang antagonis.
Sayangnya, akhir musim terasa konstan. Meski memiliki titik balik yang juga cukup mind-melting, penutup Bodies yang open-ending ini menegaskan betapa rumitnya narasi time-travel seperti ini.
Director: Paul Tomalin
Cast: Amaka Okafor, Kyle Soller, Jacob Fortune-Lloyd, Shira Haas, Tom Mothersdale, Gabriel Howell, Stephen Graham.
Episode: 8
Score: 7.8/10
WHERE TO WATCH
The Review
Bodies
Empat detektif. Empat garis waktu. Satu tubuh. Untuk menyelamatkan masa depan Inggris, mereka harus menyelesaikan pembunuhan yang mengubah jalannya sejarah terlebih dahulu.