Review The Little Mermaid (2023)

Remake Terbaru dari Animasi Lawas Disney yang Tampil Memikat

the little mermaid ed11

© Walt Disney Pictures

“Out of the sea, wish I could be, part of that world,” – Ariel (The Little Mermaid, 2023)

The Little Mermaid adalah remake berbentuk live-action dari film animasi klasik Disney yang berjudul sama dan dibuat pada tahun 1989.

Film animasi The Little Mermaid merupakan awal dari era yang disebut sebagai “Disney Renaisans”, periode waktu dari akhir tahun 1980-an sampai dengan akhir tahun 1990-an, di mana Walt Disney Studios kembali memproduksi film-film animasi yang tidak hanya sukses secara komersial tapi juga mendapat tanggapan positif dari para kritikus.

Film-film Disney yang dirilis dalam era ini termasuk The Little Mermaid (1989), Beauty and the Beast (1991), Aladdin (1992), The Lion King (1994).

Sinopsis

© Walt Disney Pictures

Ariel (Halle Bailey), putri duyung bungsu Raja Triton (Javier Bardem) sang penguasa lautan telah lama terobsesi dengan dunia manusia. Obsesinya terhadap manusia membuat Ariel dan ayahnya menjadi sampai berselisih paham, karena ayahnya menggangap manusia-lah yang bertanggung jawab atas kematian istrinya.

Sampai pada suatu hari, Ariel menyelamatkan seorang pangeran (manusia) tampan bernama Eric (Jonah Hauer-King) dan jatuh cinta dengannya. Putus asa dengan keaadaanya, Ariel lalu membuat kesepakatan dengan penyihir laut licik, Ursula (Melissa McCarthy) dan menukar suara indahnya agar bisa mendapatkan sepasang kaki manusia.

Putri Afrika-Amerika pertama dari Disney

Halle Bailey sebagai Ariel adalah Puteri Disney Afrika-Amerika pertama dalam film yang diproduksi secara live-action. Sementara itu dalam versi animasinya sebenarnya sudah ada Puteri Disney Afrika-Amerika, yaitu Tiana dalam film animasi The Princess and the Frog (2009).

Hal ini kemudian menjadi kontroversi, di mana dalam versi animasi-nya Ariel digambarkan sebagai putri duyung berkulit putih dan berambut merah.

Banyak yang menggangap hal tersebut tidak sesuai dengan penggambaran ulang dari versi animasinya dan juga banyak yang kemudian menggangap bahwa hal ini merusak ‘memori’ atau kenangan indah bagi sebagian besar penonton yang mengalami era Disney Renaisans karena mengganti tokoh utamanya menjadi seseatu hal yang amat berbeda.

Masalah rasisme ini tidak hanya terjadi dalam kehidupan nyata, tapi dalam versi live-action filmnya, prasangka rasial juga terjadi di antara dunia manusia di daratan dengan dunia duyung di lautan.

Sisi musikalnya cukup memukau

© Walt Disney Pictures

Rob Marshall yang dipercaya untuk mengarahkan remake The Little Mermaid ini bukanlah sutradara baru dalam hal menangani film musikal. Marshall telah berpengalaman membuat film bertema musikal di antaranya, Chicago (2002), Nine (2009) atau Into the Woods (2014).

Marshall mengandalkan pengalamannya dan kemajuan teknologi berhasil menggambarkan dunia laut. Visualnya terlihat memukau, latar lautnya penuh warna dan semarak, makhluk laut, seperti lumba-lumba, kepiting, anemon dan yang lainnya terlihat mirip seperti dalam kehidupan nyata. Sebagian terlihat realistis, tapi di beberapa bagian terlihat fotorealistik.

Halle Bailey sebagai Ariel memang sukses menampilkan kemampuan olah vokalnya yang memukau, tapi sayangnya hal tersebut tidak diimbangi oleh kemampuan aktingnya yang masih terbilang kaku dan standar.

Tapi justru kebalikan dengan adegan bawah air yang melibatkan Ursula, merupakan adegan yang menghibur dan menyenangkan. Melissa McCarthy masih terlihat dalam bentuk manusia bahkan dalam wujudnya sebagai gurita raksasa hasil olahan CGI.

McCarthy sebagai Ursula berhasil mengambil ekspresi kemarahan dari Ursula yang terpendam. Dia tampil sebagai Ursula lengkap eksperesi nakalnya, suaranya yang menggoda, sekaligus terselip nada mengancam yang sangat bias.

© Walt Disney Pictures

Apa yang membuat The Little Mermaid versi animasinya menjadi begitu revolusioner waktu itu adalah karena Disney sukses menggabungkan keindahan animasi yang di saat itu masih digambar manual dengan tangan, dan lagu-lagunya yang ikonik yang ditulis oleh Howard Ashman dan Alan Menken.

“Part of Your World” memberi tahu kita semua hal yang perlu kita ketahui tentang jiwa bebas Ariel dan tentang bagaimana dia belum menemukan kebahagiaan yang dia cari, “Poor Unfortunate Souls” memberikan gambaran sekilas tentang pandangan sinis dari Ursula terhadap dunia atau “Under The Sea” yang memberikan perspektif dari Sebastian, si kepiting beraksen Jamaika, bahwa manusia hanya menghabiskan hidup mereka untuk bekerja dan berfoya-foya.

Dan dalam versi live-action, Halle Bailey cukuplah sukses menyanyikan “Part of Your World” dengan vokalnya yang melengking tinggi seakan mendambakan kebebasan, begitu juga saat Sebastian menyanyikan “Under The Sea” dengan nada-nada riang dan penuh humor.

The Little Mermaid versi live-action ini juga menampilkan keragaman terutama dalam hal ras, meski itu menjadi sesuatu yang baik, tapi juga kadang terlihat seperti dipaksakan.

Keragaman yang terasa dipaksakan

© Walt Disney Pictures

The Little Mermaid versi live-action ini juga menampilkan keragaman terutama dalam hal ras, meski itu menjadi sesuatu yang baik, tapi juga kadang terlihat seperti dipaksakan.

Ariel dan saudara perempuannya mewakili tujuh lautan dengan latar yang berbeda dan tidak terlihat adanya kesamaan seperti ayah mereka, Raja Triton. Semua duyung yang menjadi kakak Ariel mencerminkan lautan yang mereka kuasai, seperti duyung yang menguasai Samudra Hindia terlihat seperti duyung yang berasal India atau dari lautan Asia terlihat seperti ras oriental.

Tapi sisi positifnya, The Little Mermaid berhasil membangun chemistry di antara Eric dan Ariel. Romansanya terlihat tulus, tidak terburu-buru, dan dibangun di atas sesuatu yang lebih substansial.

Dengan membiarkan Ariel dan Eric menghabiskan lebih banyak waktu berkualitas bersama begitu Ariel berada di darat membuat romansanya terlihat lebih alami. Tapi sayangnya, konfrontasi klimaks dengan Ursula begitu mengecewakan, terlihat terburu-buru dan berakhir dengan begitu mudahnya. Tidak ada ketegangan yang didapat dari pertarungan antara Ariel dan Ursula dan semua itu berakhir begitu saja.

© Walt Disney Pictures

Kesimpulan

Dari aspek visualisasi, The Little Mermaid berhasil menampilkan keindahan alam lautan yang beragam, romansanya tampil dan berjalan secara alami. Dan sisi musikalnya juga sebagian besar tampil memikat, hanya konflik akhirnya yang tidak sesuai ekspektasi, terlebih lagi tidak berhasil menampilkan puncak dari suatu klimaks yang sedang terjadi.

 

Director: Rob Marshall

Cast: Halle Bailey, Jonah Hauer-King, Daveed Diggs, Javier Bardem, Melissa McCarthy, Awkwafina, Nima Dumezweni.

Duration: 135 minutes

Score: 7.4/10

WHERE TO WATCH

The Review

Review The Little Mermaid (2023)

7.4 Score

The Little Mermaid mengisahkan Ariel menyelamatkan seorang pangeran (manusia) tampan bernama Eric (Jonah Hauer-King) dan jatuh cinta dengannya. Putus asa dengan keaadaanya, Ariel lalu membuat kesepakatan dengan penyihir laut licik, Ursula (Melissa McCarthy) dan menukar suara indahnya agar bisa mendapatkan sepasang kaki manusia.

Review Breakdown

  • Acting 6
  • Cinematography 8
  • Entertain 8
  • Scoring 8
  • Story 7
Exit mobile version