Review The Hunger Games: Ballad of Songbirds and Snakes (2023)

The Hunger Games: Ballad of Songbirds and Snakes Merupakan Prekuel dari Hunger Games

the hunger games the ballad of songbirds & snakes

© Lionsgate

“What does my mentor do besides bring me roses?” – Lucy Gray Baird (The Hunger Games: Ballad of Songbirds and Snakes)

Hunger Games: Ballads of Songbirds and Snakes adalah prekuel dari seri novel the Hunger Games yang terdiri dari 3 novel, The Hunger Games, Hunger Games: Catching Fire dan Hunger Games: Mockingjay.

Hunger Games sendiri adalah buah karya dari Suzanne Collins dan pertama kali bukunya terbit tahun 2008 dan secara berturutan kemudian terbit lagi tahun 2009 dan untuk buku ketiganya terbit pada tahun 2010. Sementara itu untuk prekuel sendiri mulai dirilis pada tahun 2020, saat dunia dilansa pandemic.

Film prekuel dari seri Hunger Games ini masih disutradarai oleh Frances Lawrence yang telah menyutradarai ketiga film sebelumnya, Catching Fire (2013), Mockingjay part 1 (2014) dan Mockingjay part 2 (2015) dan setelah sewindu berlalu akhirnya di tahun 2023 ini sejarah tentang Hunger Games pun kembali dirilis.

Sinopsis Film

Corilanus Snow (Tom Blynth) muda berambisi untuk menjadi siswa yang terbaik dan juga hendak membangun kembali kejayaan keluarganya yang terpuruk akibat perang yang melibatkan antara Distrik dengan Capitol. Ambisinya pun dimulai dengan menjadi mentor dari Lucy Gray Baird (Rachel Zeigler), tribute dari Distrik 12 yang jago menyanyi agar bisa menjadi pemenang Hunger Games ke-10.

Berlatar 64 tahun sebelum Katniss Everdeen tampil sebagai tribute

Berlatar 64 tahun sebelum kisah dari Katniss Everdeen dimulai, prekuel ini menceritakan masa-masa kegelapan ketika perang atau Pemberontakan Pertama baru saja selesai dan kedua pihak sama menderita akibat perang. Di mana rasa sakit dan luka masih terasa segar dan kemegahan serta kemeriahan di Capitol, ibukota Panem seakan hanya untuk menutupi luka bekas masa lalu dari perang mereka.

Ini adalah kisah tentang distopia di Panem masih terasa baru dan berusia muda, suasana di Panem tepatnya di Capitol pun digambarkan suram dan kelam meski Capitol masih menjadi pusat dari kemewahan dan kemegahan itu sendiri tapi distrik-distrik di Panem digambarkan masih berupa kawasan indrustri dan pedesaan yang miskin, tertatih-tatih membangun kembali dirinya akibat peperangan yang belum lama usai. 

© Lionsgate

Setelah menyaksikan akhir yang mengerikan akibat pemberontakan Distrik melawan Capitol yang membuat keluarganya terpuruk dalam kemiskinan, Corilanus Snow ingin membangun kembali kejayaan dan nama besar keluarganya seperti dahulu kala. Corilanus adalah putra dari seorang jenderal dan keluarganya pun dulu kaya raya, ayahnya sendiri tewas terbunuh disergap para pemberontak.

Coryo yang menjadi siswa teladan pun amat hadiah menjadi siswa terbaik tapi naasnya di detik-detik terakhir sistim penghargaan itu pun diubah demi untuk meningkatkan popularitas dari permainan maut, Hunger Games yang jatuh ke titik terendah.

Snow muda tampil sebagai mentor dalam Hunger Games

Hunger Games adalah kompetisi maut di mana para pesertanya atau yang biasa disebut tribute dipilih secara acak dari masing-masing distrik. Dan setiap distrik yang ada harus mengirimkan dua wakilnya, satu anak atau remaja laki-laki dan satunya lagi anak atau remaja perempuan.

Setelah itu mereka akan dikirim ke Capitol untuk bertanding dalam arena dan dipaksa untuk berjuang sampai mati dan menjadi tontonan. Dan Coryo pun terpaksa menjadi mentor dari para tribute tersebut dan menjadi pembimbing dari tribute distrik 12 bernama Lucy Gray Baird, seorang perempuan yang kelihatan lemah dan hanya pandai menyanyi.

© Lionsgate

Snow yang ingin memastikan kelangsungan hidup dari Lucy Gray dan memperkuat masa depannya dengan memastikan Lucy Gray menjadi pemenang Hunger Games ke 10. Dia tidak sekedar merancang strategi untuk kemenangan Lucy Gray di arena pertandingan tapi juga ingin membuktikan dirinya dengan memnyempurnakan sistim dari Hunger Games agar acara tersebut dapat lebih disukai oleh warga Capitol.

Namun, dia tidak menyangka akan jatuh cinta pada Lucy Gray Baird, suatu hal yang selanjutnya akan mengguncangkan pandangan Corilanus terhadap dunia. Babak pertama dari Ballad of Songbirds and Snakes ini masih merupakan eksposisi tentang apa sebenarnya Hunger Games itu sendiri dan pengaruhnya terhadap Panem secara keseluruhan. Selain itu babak pertama ini juga memberikan fokusnya terhadap perkenalan terhadap karakter dan latar belakang dari Corilanus Snow di saat belia.

Romansa antara Corilanus Snow dan Lucy Gray

Maka di babak berikutnya alur ceritanya mengikuti kisah perjuangan dari Snow dan Lucy sebagai mentor dan tribute yang berjuang mati-matian tidak sekedar bertahan hidup tapi Snow pun memastikan bahwa Lucy-lah yang akhirnya menjadi pemenang. Di babak ini pun kita akan melihat bagaimana kisah romansa dua insan yang berbeda kasta dan dunia ini tumbuh dan berkembang.

Di saat-saat inilah kita akan banyak melihat bagaimana Hunger Games pada saat-saat awal, di mana segala kemeriahan dan kemegahan yang seperti kita lihat dalam tetralogi film sebelumnya belum terjadi.

Semuanya masih terlihat sederhana, para peserta diperlakukan cukup buruk layaknya tahanan perang atau bahkan diperlakukan seperti hewan ternak. Dibawa ke ibu kota dengan kereta kargo dan tidak mendapatkan cukup makanan dan minuman dan para tribute pun masih bertanding di arena bak Colesseum seperti di masa Romawi kuno.

© Lionsgate

Di waktu inilah Snow muda mengembangkan bakatnya sebagai ‘Game maker’ untuk mengembangkan Hunger Games seperti yang kita kenal nantinya. Babak ketiga film ini terjadi di luar arena pertandingan, di mana Corilanus dikirim ke distrik tempat Lucy tinggal dan melanjutkan kisah romansa  mereka dan sambil mencari tahu apakah bisa saling mempercayai.

Film ini sebagian besarnya berliku-liku pada bagian romansa dua orang muda yang bernasib tragis, di mana dua orang ini ditakdirkan untuk tidak pernah berbagi kehidupan. Snow yang akan menjadi otokrat yang dikenal kejam dan berhati dingin tidak hanya sekedar menjadi patah hati tapi juga membiarkan dirinya dicekam oleh paranoia yang membuatnya kehilangan kedamaian.

© Lionsgate

Sementara itu Lucy Gray yang berpandangan kontras tentang kehidupan dari Snow tetap membiarkan dirinya bebas layaknya burung pengicau yang berkeliaran bebas di angkasa luas. Snow pun akhirnya memilih jalannya dan menjadi tiran yang pada akhirnya dibunuh oleh Katniss Everdeen di akhir film Hunger Games.

Jason Schwartzman yang mencuri perhatian

Tom Blyth dan Rachel Zegler berbagi chemistry yang cukup sepanjang alur cerita di prekuel ini, Lucy Gray Baird karakter yang diperankan oleh Zegler pun merupakan perpaduan dari karakter Katniss yang berani dan karena Lucy Gray berasal dari kaum Covey yang seperti kaum Gypsi, dia berkarakter lebih bebas dan dimainkan cukup lumayan baik oleh Zegler.

Sementara itu Snow digambarkan sebagai karakter baik sebelum dia berpaling ke sisi gelap, dia digambarkan sebagai karkter muda, kadang peragu, putus asa dan memutuskan untuk menghilangkan sisi manusiawi pada akhirnya.

Awalnya karakter yang diperankan oleh Blyth ini cukup baik digambarkan tapi menjelang akhir film tentang gejolak perasaannya terhadap Lucy Gray dan ambisinya yang haus kekuasaan tidak terekspos dengan baik meski kita tahu nanti ke mana arah yang dipilih oleh Snow.

© Lionsgate

Sedangkan karakter lainnya yang menarik adalah karakter yang diperankan oleh Peter Dinklage sebagai dekan dari sekolah Snow bernama Casca Highbottom yang mempunyai dendam misterius kepada Snow.

Juga ada Dr. Volumnia Gaul (Viola Davis) yang menjadi sekutu dari Snow, Viola tampil sebagai Game maker dari Hunger Games yang ambisius, kejam, eksentrik dan menghalalkan segala cara demi mencapai tujuannya, Gaul memandang para peserta dari Distrik layaknya mangsa belaka.

Karakter lain yang menjadi pencuri perhatian adalah pembawa siaran ramalan cuaca yang menjadi pembawa acara Hunger Games, Lucretious ‘Lucky’ Flickerman (Jason Schwartzman) yang flamboyant dan mungkin menjadi kakek dari Caesar Flickerman (Stanley Tucci) yang menjadi pembawa acara Hunger Games di mana Katniss Everdeen tampil.

© Lionsgate

Prekuel ini menyajikan dialog-dialog tentang totalitarianisme dan banalitas kejahatan di mana visualnya menyajikan tentang kekuatan proganda dan selebritas bertema tentang kesengsaraan, otoritarianisme dan pengorbanan berdarah demi membentuk dunia yang lebih baik yang disiarkan.

Kesimpulan

Prekuel ini baik alur cerita mau pun karakternya tidaklah sekuat film–film terdahulunya. Tapi kita akan dapat melihat jelas tentang perjalanan seseorang yang akhirnya memulih untuk membuang rasa kemanusiaannya demi alasan untuk ketertiban dan kedamaian.

Kita juga melihat bagaimana berkembangnya permainan yang tadinya dibuat sebagai hukuman politik lalu berubah menjadi alat kontrol kekuasaan dan hiburan meriah yang berdarah-darah.

 

Director: Frances Lawrence

Cast: Tom Blyth, Rachel Zegler, Peter Dinklage, Hunter Schafer, Jason Schwartzman, Josh Andres Rivera, Viola Davis

Duration: 177 minutes

Score: 6,6/10

WHERE TO WATCH

The Review

The Hunger Games: Ballad of Songbirds and Snakes

6.6 Score

Corilanus Snow (Tom Blynth) muda berambisi untuk menjadi siswa yang terbaik dan juga hendak membangun kembali kejayaan keluarganya yang terpuruk akibat perang yang melibatkan antara Distrik dengan Capitol.

Review Breakdown

  • Acting 7
  • Cinematography 7
  • Entertain 6
  • Scoring 7
  • Story 6
Exit mobile version