Berdasarkan novel Suzanne Collins dengan judul yang sama, terdapat beberapa perbedaan dari beberapa aspek novel The Hunger Games dengan versi film.
Dalam adaptasi The Hunger Games pada franchise sebelumnya banyak terdapat kesesuaian dengan apa yang ada pada versi novel, hingga bentuk kutipan-kutipan ikoniknya.
Namun pada The Ballad of Songbirds and Snakes yang panjang ceritanya mempunyai 500 halaman, ada beberapa hal yang sepertinya harus diubah agar sesuai dengan durasi film yang berdurasi hingga 2 jam 38 menit.
Berikut adalah beberapa perbedaan antara versi novel dan film yang ada pada The Hunger Games: The Ballad of Songbirds and Snakes.
Dimulai dengan Hari-hari Kegelapan
Film ini dimulai dengan kilas balik Coriolanus Snow muda dan sepupunya Tigris selama Masa Kegelapan, ketika Capitol berada dalam reruntuhan dan malapetaka langkanya makanan.
Pada awal scene kita diperlihatkan mereka beruda sedang mencari potongan roti, terlihat ada seorang pria yang sedang memotong anggota tubuh seorang wanita yang meninggal di jalan.
Hal ini tentunya juga menyangkut tentang perilaku beberapa penduduk Capitol yang melakukan perbuatan kanibalisme selama perang.
Meskipun adegan tersebut digambarkan dengan cara yang sangat mirip di dalam novel, namun adegan tersebut muncul di dalam novel yang dimulai dengan mengikuti Snow saat dia bersiap menuju Akademi untuk Hari Menuai (acara pembukaan ikonik dalam hunger games).
Terbunuhnya Ayah Snow
Dalam novel, Snow mengungkapkan bahwa ayahnya, Crassus Snow adalah seorang jenderal militer yang telah terbunuh oleh para pemberontak saat pemberontakan pertama.
Namun, film ini mengambil satu langkah yang berbeda, dimana neneknya mengungkapkan bahwa ayah snow terbunuh oleh para pemberontak Distrik 12.
Hal ini juga yang menjadi perubahan yang ada pada diri Snow terhadap Distrik asal asal dari Lucy Gray dan Katniss seperti yang ada dalam franchise aslinya.
Hadiah Plinth diumumkan sejak awal
Saat Snow menuju ke Akademi dalam salah satu adegan pertama film, Snow mempunyai harapan besar untuk membawa pulang Hadiah Plinth.
Hadiah Plint adalah sebuah penghargaan uang yang diciptakan oleh Strabo Plinth, salah satu mantan warga Distrik 2 yang mampu membuka jalan keluarganya ke Capitol.
Tentunya dengan mengingat situasi keuangan keluarganya, Snow sangat berharap besar untuk mendapatkan penghargaan. Pada akhirnya, dana tersebut akan dipergunakan untuk biaya kuliah dirinya di Universitas.
Namun, Snow dikagetkan ketika Sejanus meminta maaf kepada Snow dan memberi tahu dia bahwa ada perubahan rencana untuk pemenang hadiah tahun ini.
Kehadiran mentor di Hunger Games
Perubahan kecil lainnya terdapat juga pada bagian awal film. Salah satunya adalah tentang berita, siswa Akademi akan berperan sebagai mentor di Hunger Games.
Dalam novel, Snow telah terpilih sebagai mentor karena menjadi salah satu siswa terbaik di kelasnya.
Saat Dr. Gaul naik panggung, dia mengungkapkan bahwa sebagai pengganti pemberian Hadiah Plinth kepada siswa terbaik, penghargaan tersebut akan diberikan kepada siswa yang paling menjanjikan sebagai mentor dalam permainan.
Dean Highbottom kemudian menambahkan bahwa itu adalah tugas mereka untuk menjadikan para peserta sebagai tontonan.
Snow dan Sejanus yang bekerjasama
Hal signifikan lainnya yang ada pada versi film kita bisa melihat ketika Snow dan Sejanus bekerjasama untuk membantu para peserta tampil sedikit berbeda.
Penampilan yang ada pada film terlihat Snow dan Sejanus membuat rencana bersama, dimana ide tersebut merupakan dari gagasan Sejanus.
Satu-satunya alasan Snow menyetujuinya adalah karena ia tidak ingin Sejanus mendapat sorotan dari wartawan saat mereka berada di kebun binatang.
Karakter Lepidus dan Lucky
Lucretius Lucky Flickerman, seorang peramal cuaca untuk Capitol yang juga merupakan nenek moyang dari Caesar Flickerman seperti yang ada pada franchise aslinya, berperan sebagai pembawa acara pertama dari Hunger Games.
Sedangkan pada novel Lucky ditunjuk untuk melakukan wawancara pada pertandingan tersebut, namun wawancaranya sebagian besar di liput oleh reporter Capitol News bernama Lepidus Malmsey.
Sedangkan pada film, karakter mereka ternyata digabungkan bersama. Karena Lucky juga mewawancarai para peserta yang ada di kebun binatang.
Selain itu, burung beo peliharaan khas Lucky yaitu Jubilee, tidak muncul pada format film meski Lucky sering melakukan trik sulap.
Nasib Clemensia yang tidak terungkap
Mungkin salah satu perbedaan terbesar dalam film ini adalah nasib Clemensia setelah digigit salah satu ular Dr. Gaul yang tidak pernah terungkap, justru alur cerita karakternya dipersingkat dan dia tidak muncul lagi.
Pada cerita novel, diceritakan bahwa Clemensia sedang mencoba bertahan hidup dari efek samping yang aneh setelah kejadian gigitan ular yang telah ia alami.
Saat dirawat di rumah sakit sesaat setelah kejadian pengeboman arena. Snow bertemu dengan Clemensia, Snow melihat diri Clemensia seperti Ular, dimana mata Clemensia telah menguning, lidahnya secara bertahap menjulur dari mulutnya, bagian kulitnya muncul sisik pelangi layaknya bertransformasi dari tubuh manusia ke bentuk Ular.
Perbedaan Perstiwa Kematian
Ada beberapa kematian karakter diubah dalam format film yang tidak sama seperti ada di novel. Penyebab kematian antara Wovey dan Dill yang tertukar.
Dalam novel, sebenarnya Wovey meminum air beracun, sedangkan Dill mengendap komplikasi akibat tuberkulosis.
Selain itu, penyebab kematian Reaper juga berbeda. Pada novel, Reaper berhasil menghindari ular pelangi Dr. Gaul dan persaingan jatuh ke tangan dia dan Lucy Gray.
Dalam konfrontasi terakhir mereka, Lucy Gray mencoba membuat Reaper lelah karna dia mengetahui bahwa Reaper sebelumnya tertular rabies dari Jessup.
Pada akhirnya, Reaper menemui ajalnya ketika dia meminum air dari genangan air, karna Lucy Gray tanpa sengaja telah mencemari genangan air itu dengan racun tikus.
Kedudukan Snow dan kesibukannya
Berbagai peristiwa dari masa ke masa Snow yang bertugas sebagai Penjaga Perdamaian terjadi sedikit perbedaan di dalam novel.
Dalam film, Snow bertemu kembali dengan Sejanus di kereta menuju Distrik 12, namun di novel Sejanus baru muncul di kemudian hari.
Namun berbeda dengan cerita yang ada pada novel, Snow sedang mempertimbangkan untuk bunuh diri, seketika Sejanus muncul dan mengungkapkan bahwa dia juga telah terdaftar sebagai Penjaga Perdamaian.
Selain itu, perintah Snow untuk pergi ke Distrik 2 terungkap lebih cepat dalam versi film, sedangkan di novel, Snow tidak mengetahui bagaimana cara untuk menuju ke Distrik 2 dan transportasi yang dibutuhkan. Hingga dirinya menutuskan untuk setuju dan melarikan diri bersama Lucy Gray.
Konfrontasi Lucy Gray dan Snow
Percakapan Lucy Gray dan Snow di kabin terlihat sangat berbeda, setelah Snow menemukan senjata di kabin Lucy Gray berkomentar bahwa ia sekarang tidak punya jalan keluar untuk menghentikannya kembali ke kehidupan masa lalunya di Capitol.
Saat itu terasa seperti Lucy Gray sedang menguji Snow untuk melihat apakah dia benar-benar dapat dipercaya atau tidak.
Namun, dalam versi novel Snow dan Lucy Gray tidak berkonfrontasi setelah dia menemukan senjata di kabin. Snow mulai mempertanyakan apakah Lucy Gray dapat dipercaya atau tidak serta kekhawatiran Snow jika dia mengekspos kematian Mayfair jika dia kembali ke Distrik 2 tanpa Snow.
Nah itu dia Cilers, beberapa perbedaan yang terdapat pada versi novel dan film dalam The Hunger Games: The Ballad of Songbirds and Snakes. Meski terdapat perbedaan dalam layar labar, film ini tetap menarik dan seru untuk kalian saksikan.
Baca artikel menarik lainnya seputar film di Cineverse!!