Review The Desperate Hour (2021)

Ketegangan Tanpa Interaksi Fisik Saat Penembakan Massal di Sekolah Terjadi

the desperate hour 11zon

© Vertical Entertainment

“There are five people barricaded. Your son is one of them and so is the suspect,” – Detective Paulson (The Desperate Hour, 2021)

Entah apa yang membuat XXI merilis film yang sebetulnya masuk kategori film gudang pekan kemarin ini. Cineverse sendiri sebetulnya skeptis saat film ini dirilis resmi, dan jujur saja, The Desperate Hour bukanlah film yang cocok bagi semua orang, khususnya di Indonesia.

Alasan utamanya karena The Desperate Hour dibuat dengan interaksi seminim mungkin (karena dibuat saat Covid-19 melanda), namun, hal tersebut akan membuat banyak orang akan langsung membandingkan film ini dengan masterpiece dari Denmark, The Guilty (2018). Film ini sempat di-remake dengan judul yang sama di Hollywood pada tahun 2021 dan diperankan Jake Gyllenhaal.

Sinopsis

© Vertical Entertainment

Sebagai seorang ibu tunggal dengan dua anak, Amy Carr (Emily Watts) harus mengurus dua anaknya, Noah (Colton Gobbo) dan Emily (Sierra Maltby). Namun, saat Amy sedang jogging di pagi hari, ia dikejutkan dengan berita adanya penyanderaan di sekolah anaknya.

Saat ia menelpon ke sekolah, Amy ternyata baik-baik saja, tapi Noah ternyata disandera oleh orang yang tak dikenal bersama lima orang lainnya. Dari situ, Amy lantas sibuk menelpon semua orang, mulai dari 911, gurunya di sekolah, montir mobilnya, hingga ia ditelpon dari pihak kepolisian terkait kepemilikan senjata yang dimiliki Noah.

Apakah Noah baik-baik saja dalam penyerangan bersenjata di sekolahnya?

Narasinya monoton dan membosankan

Cineverse sebetulnya tidak anti dengan film yang didominasi dengan interaksi satu arah seperti ini. Namun, sayangnya narasi The Desperate Hour tidak semenarik The Guilty yang jauh lebih menghibur, dengan konsep yang relatif sama. Hanya saja karakter utamanya sekarang menjadi subyek penderita, bukannya sebagai operator seperti di The Guilty.

Banyak hal yang tidak masuk di akal di film ini. Di film yang tampak normal di 5 menit pertama, sisanya akan dihabiskan dengan jogging, dan di 25 menit terakhir dia akhirnya mendapatkan Lyft (semacam grabcar di Indonesia).

Amy sibuk menelpon ke semua orang untuk mengetahui kabar anaknya, tapi yang agak mengherankan adalah saat Amy meminta tolong montir bengkel yang bisa mengecek siapa pemilik mobil lewat plat nomornya.

Suatu hal yang biasanya hanya bisa diakses minimal aparat kepolisian. Satu hal lagi adalah saat polisi memintanya menelpon tersangka sebagai distraksi agar tim SWAT bisa menyerbu masuk ke sekolah, sebuah hal yang tidak mungkin dilakukan oleh orang awam. Polisi biasanya menggunakan negosiator internal untuk membuka pembicaraan dengan tersangka.

© Vertical Entertainment

Kesimpulan

Kita harus memaklumi kalau film yang digarap tahun 2020, saat Covid-19 berlangsung, banyak restriksi yang diberlakukan. Hal itu membuat film ini dibuat dengan cast dan interaksi seminimal mungkin.

Soal visualisasi, film ini memang amat menghibur. Banyak pengambilan gambar dilakukan dengan berbagai sudut pandang. Akting Naomi Watts tak usah dipertanyakan lagi kualitasnya. Namun, untuk hal lainnya film ini terasa kurang. Untuk aktor sekelas Naomi Watts, dan sutradara Phillip Noyce (Clear and Present Danger, Salt), film ini seperti penurunan kualitas bagi mereka.

Memang, ada eksposisi almarhum suaminya yang membuat film ini mempunyai trauma mendalam di keluarga Amy, tapi hal itu tidaklah cukup kuat mengangkat film ini. Kita pun tidak tahu motivasi penembak massal di sekolah itu, walaupun Amy sempat berbicara dengannya.

Kalau saja hal itu dimasukkan ke dalam narasi dengan sedikit dialog antar keduanya, film ini akan jauh lebih seimbang karakterisasinya dan membuat The Desperate Hour jauh lebih berisi.

The Desperate Hour sudah bisa kita tonton di jaringan bioskop XXI.

 

Director: Phillip Noyce

Cast: Naomi Watts, Colton Gobbo, Andrew Chown

Duration: 84 Minutes

Score: 5.8/10

WHERE TO WATCH

The Review

The Desperate Hour

5.8 Score

The Desperate Hour menceritakan perjuangan sang ibu saat anaknya disandera penembak massal di sekolahnya

Review Breakdown

  • Acting 7
  • Cinematography 7
  • Entertain 5
  • Scoring 5
  • Story 5
Exit mobile version