Review Oppenheimer (2023)

Epiknya Sebuah Biopik yang Jauh Melampaui Semua Ekspektasi di Awal

oppenheimer cover ed

© Universal Pictures

“They won’t fear it until they understand it. And they won’t understand it until they’ve used it. Theory will take you only so far,” – J. Robert Oppenheimer (Oppenheimer, 2023)

Sepatah frasa di prolog Oppenheimer menjelaskan sedikit mitos Prometheus, sosok Titan legendaris yang mencuri api dari para dewa dan memberikannya kepada umat manusia. Oleh karena perbuatannya itu Prometheus dihukum rantai di puncak gunung di mana seekor elang raksasa memakan hatinya setiap hari.

Sudah sepantasnya Nolan memakai frasa itu oleh sebab dia mengambil cerita tentang Oppenheimer berdasarkan buku pemenang Pulitzer yang berjudul ‘American Prometheus: The Triumph and Tragedy of J. Robert Oppenheimer’ karya Martin Sherwin dan Kai Bird.

Frasa itu juga sekaligus mengingatkan umat manusia akan kisah dari Prometheus yang memberikan harapan tapi juga sekaligus bisa menimbulkan tragedi.

Pada tanggal 6 dan 9 Agustus 1945, Amerika Serikat menjatuhkan dua bom atom di dua kota Jepang, Hiroshima dan Nagasaki dengan asa yang diharapkan semua pihak, yaitu bisa segera mengakhiri Perang Dunia II.

Pemboman di dua kota tersebut menjadi awal dari pertunjukan kekuatan senjata yang luar biasa dan belum pernah dilihat sebelumnya oleh umat manusia. Kejadian tragis tersebut adalah salah satu peristiwa penting dalam sejarah umat manusia di abad ke-20.

Bom atom tersebut pada akhirnya mengakhiri perang dan membuat Jepang menyerah kepada Sekutu dibuat oleh J. Robert Oppenheimer dan nantinya mendapat julukan sebagai ‘Bapak Bom Atom’.

© Universal Pictures

Sinopsis

Mengikuti kisah dari tokoh ilmuwan terkenal di abad ke-20, Dr. Julius Robert Oppenheimer, sosok di balik terciptanya senjata nuklir pertama dan keterlibatannya dalam proyek rahasia dan ambisius yang mengumpulkan banyak ilmuwan brilian dalam Proyek Manhattan demi untuk menciptakan senjata pamungkas yang dapat mengakhiri Perang Dunia II.

Narasinya mengikuti pola waktu non-linear

Film ini mengikuti kisah kehidupan Oppenheimer dan diceritakan dalam gaya non-linear, bergerak mengikuti periode waktu yang berbeda-beda.

Menangkap dengan anggun dan presisi, momen-momen penting dari masa kehidupan Dr. J. Robert Oppenheimer, dari kehidupannya sewaktu masih menjadi mahasiswa Cambridge di Eropa, ke masanya sebagai pengajar mata kuliah baru bernama mekanika kuantum di California, Amerika Serikat.

Sebuah hari di mana dia bertemu dengan istrinya Kitty (Emily Blunt) sampai keterlibatannya dalam Project Manhattan, program rahasia pemerintah Amerika Serikat untuk mengembangkan bom atom di Los Alamos, New Mexico.

Nolan membawa kita pada kisah luas dengan lompatan lugas di antara garis waktu dan memperkenalkan kita kepada begitu banyak karakter di sekeliling kehidupan Oppenheimer dari yang mendukung sampai yang menentangnya.

Dari situ Nolan membawa kita pada atmosfer dunia sains melalui fisika yang di saat itu baru saja berkembang dengan munculnya berbagai teori-teori dan penemuan baru yang juga memunculkan tokoh-tokoh baru dalam dunia fisika.

© Universal Pictures

Kemudian beberapa pemikir ilmiah tersebut ikut terlibat dalam sejarah untuk membuat penemuan dan kemajuan yang akan mengubah dunia untuk selamanya.

Nolan menceritakan banyak kisah dalam konteks hubungan yang rumit dan akhirnya menjadi kisah kontroversial antara Julius Robert Oppenheimer (Cillian Murphy) dan Laksamana Lewis Strauss (Robert Downey Jr), politisi yang kagum dengan kecerdasan Oppenheimer tetapi kemudian membencinya.

Plot ceritanya memakai tiga tahapan narasi

Sutradara Christopher Nolan memakai tiga tahapan narasi untuk menceritakan perkembangan masa-masa hidup dari J. Robert ‘Oppie’ Oppenheimer. Narasi awalnya kita akan menyaksikan sebagai mahasiswa Oppenheimer banyak bergumul dengan pekerjaan laboratorium, sekembalinya dari Eropa.

Oppenheimer yang mengajar di Berkeley menunjukkan minatnya akan politik dan bahkan menghadiri pertemuan kaum kiri hingga mengorganisir serikat pekerja bagi para ilmuwan.

Narasi selanjutnya diawali ketertarikan dari pemerintah Amerika Serikat akan proposal penelitian dan karya ilmiah yang inovatif dari Oppenheimer sehingga mengarahkan Jenderal Leslie R. Groves (Matt Damon) untuk merekrut ilmuwan keturunan Yahudi tersebut untuk menjadi Direktur Project Manhattan.

Pada tahun 1940-an, Oppenheimer membangun sebuah kota di gurun Los Alamos, New Mexico untuk tempat menampung dia dan tim ilmuwan beserta keluarganya dalam usahanya menciptakan senjata pemusnah massal, bom atom dengan alasan mulia bahwa senjata nuklir pertama di dunia tesebut dapat mengakhiri peperangan.

© Universal Pictures

Bom itu pada awalnya dipakai untuk melawan pemerintahan fasis dari Nazi selama Perang Dunia II, akan tetapi kemudian fakta sejarah berbicara lain setelah Adolf Hitler bunuh diri dalam bunkernya di Berlin, Jerman yang secara otomatis menyebabkan Jerman sudah kalah.

Akhirnya Oppenheimer kemudian memberikan arahan teknis agar senjata baru itu dapat dipakai untuk melawan Jepang.

Selama proses ini berlangsung, kita akan melihat banyak pergulatan dan pertanyaan ketika kita melakukan sesuatu hal yang belum pernah dilakukan sepanjang sejarah umat manusia. Akan ada resiko, pertanyaan moral, konsekuensi yang tidak diinginkan dan kemungkinan membangun kengerian yang bahkan tidak dapat dibayangkan.

Film ini mencapai puncak klimaks ketika narasinya bercerita tentang sidang atau dengar pendapat keamanan untuk Oppenheimer. Ilmuwan yang dekat dengan Albert Einstein ini sudah dicurigai karena hubungannya dengan partai komunis sejak dia mengajar fisika teoritis di University of California di Berkeley pada tahun 1930-an.

Meski Oppenheimer tidak pernah bergabung dengan partai beraliran kiri tersebut, banyak yang dekat dengan dirinya terlibat dalam kegiatan itu temasuk istri dan adik laki-lakinya.

© Universal Pictures

Oleh sebab itu, FBI yang saat itu dipimpin J. Edgar Hoover beranggapan bahwa ilmuwan terkemuka itu dapat membahayakan keamanan nasional dan bahkan dituduh menjadi mata-mata untuk Uni Soviet.

Tuduhan itu membuat gerak-geriknya dipantau, teleponnya disadap, bahkan tempat sampahnya pun diperiksa FBI.

Puncak dari peristiwa yang dikenal sebagai ‘Red Scare’ ini adalah sidang keamanan utuk Oppenheimer di mana selama 40 hari didengarkan kesaksian dari kedua belah pihak dan hasilnya menyatakan bahwa Oppenheimer adalah warga negara setia akan tetapi ijin keamanannya harus dicabut secara permanen.

Bersama dengan itu juga terjadi sidang konfirmasi Senat untuk Lewis Strauss yang menjadi ketua dari Atomic Energy Comission (AEC) dan menjadi musuh bebuyutan dari Oppenheimer.

Sidang dengar pendapat untuk jabatan Menteri Perdagangan di bawah Presiden Dwight Eisenhower seharusnya menjadi jalan mudah baginya, jika bukan karena ada beberapa fakta yang mengganggu tentang tahun-tahunnya sebagai ketua AEC dan berurusan dengan Oppenheimer.

Mewakili dua perspektif berbeda

© Universal Pictures

Nolan memakai dua perspektif berbeda dalam film biopik ini, seperti terlihat di awal film, di mana terdapat dua sub judul yang muncul, pertama ‘Fission’ yang menggambarkan pandangan dari Oppenheimer itu sendiri dan yang kedua adalah ‘Fussion’ yang mengungkapkan pandangan dari perwira angkatan laut, Lewis Strauss.

Untuk membedakan kedua perspektif itu, Nolan secara cerdik memakai format berwarna yang mewakili kisah berdasar dari pandangan mata Oppenheimer itu sendiri. Pahlawan nasional yang secara tragis dibungkam suaranya dan menjadi korban politik.

Di sisi lain perspektif dari Lewis Strauss yang awalnya mengagumi Oppenheimer, kemudian dalam perjalanan berbalik memusuhinya memakai format hitam-putih.

Cillian Murphy tampil secara mengesankan sebagai Bapak Bom Atom sebagai sosok yang brilian, gelisah dan obsesif juga sekaligus sebagai individu perenung yang tidak mungkin dipahami sepenuhnya oleh orang-orang di sekitarnya.

Begitu juga tampilan dari Robert Downey, Jr yang menyajikan sosok ambisius dan mengorbankan pesahabatannya dengan Oppenheimer demi untuk ambisi pribadinya tampil juga cukup mengesankan.

Tapi bagian paling menarik dari Oppenheimer adalah desain suaranya yang dikomposisi oleh pemenang Oscar dan Grammy, Ludwig Göransson yang membuat penonton terpesona dalam berbagai arti frasa.

© Universal Pictures

Suaranya mengalir di sepanjang film memberikan ‘hentakan’ emosi seiring visualnya yang terkadang indah dan terkadang Nolan memakai suara untuk membuat penonton merasakan kehancuran yang terjadi.

Kesimpulan

Oppenheimer adalah film biopik yang menggambarkan kehidupan dari Julius Robert Oppenheimer dari seorang yang menjadi pahlawan nasional yang terkenal dengan pencapaiannya yang luar biasa tapi kemudian negaranya sendiri berbalik melawannya, mempermalukannya, membungkamnya dan menyingkirkannya.

Nolan secara epik memakai visual dan desain suara yang apik untuk menjelaskan peristiwa penting dalam kehidupan Oppenheimer baik itu tragedi atau pun kemenangan.

 

Director: Christopher Nolan

Cast: Cillian Murphy, Emily Blunt, Florence Pugh, Josh Hartnett, Kenneth Branagh, Robert Downey Jr, Rami Malek, Matt Damon, Jason Clark, Dane Dehaan, Gary Oldman

Duration: 180 minutes

Score: 9.0/10

WHERE TO WATCH

The Review

Oppenheimer

9 Score

Oppenheimer mengisahkan biopik tentang ilmuwan Amerika J. Robert Oppenheimer dan perannya dalam pengembangan bom atom

Review Breakdown

  • Acting 8
  • Cinematography 9
  • Entertain 8
  • Scoring 10
  • Story 10
Exit mobile version