Review Selesai (2021)

Apakah Cara Terbaik Mengatasi Perselingkuhan Adalah dengan Membawa Pernikahan pada Kata “Selesai”?

“Pernikahan itu seperti menyatukan 2 roti menjadi 1. Butuh cinta sebagai menteganya dan yang namanya mentega, yah bisa habis.” – Ayu (Selesai).

 

Pada 13 Agustus 2021, film kedua dari kerja sama antara Tompi selaku sutradara dan Imam Darto sebagai penulis resmi dirilis dalam layanan streaming Bioskop Online. Berjudul ‘Selesai’ di bawah naungan Beyoutiful Pictures, film ini tampil secara jujur, apa adanya, dan berani untuk menjadi liar ketika membawa salah satu permasalahan yang begitu dekat dengan kehidupan masyarakat, keluarga dan perselingkuhan.

Terkisah sepasang suami-istri, Broto (Gading Marten) dan Ayu (Ariel Tatum), yang berada di ambang perceraian. Rumah tangga mereka berada di ujung tanduk karena ditemukannya sebuah celana dalam bertuliskan nama Anya (Anya Geraldine) di dalam mobil Broto.

Ketika Ayu ingin segera pergi, sang mertua datang bersamaan diberlakukannya kebijakan lockdown yang menahan langkah mereka untuk menjauhi rumah.

Di hari-hari yang dipenuhi oleh kemarahan, pedihnya luka akibat pengkhianatan, dan kerumunan rasa curiga, rahasia-rahasia lain dari Ayu justru mulai terungkap.

Apa muara dari permasalahan pernikahan tersebut dan bagaimana mereka menyelesaikannya merupakan dua pertanyaan yang bergerak menuju pusat konflik, lalu dikupas oleh film ‘Selesai’ dalam durasi yang menjangkau 83 menit.

© Bioskop Online

Secara keseluruhan, ‘Selesai’ menyajikan gambaran tentang perselingkuhan yang berujung lebih menyakitkan bagi pihak yang diselingkuhi dengan gaya pengambilan gambar yang berani dan dialog-dialog yang optimal mewakili amarah.

Tidak ada lagi pikiran jernih untuk menyaring bahasa yang baik, segala bentuk umpatan dan kata yang dianggap kotor oleh sebagian besar orang menjadi luapan kekecewaan dan rasa sakit hati. Pilihan-pilihan itu membuat film ini terasa sedang berbagi cerita yang begitu dekat dengan para penonton.

Ayu merasa terkhianati oleh suami yang ia cintai dengan sungguh-sungguh sehingga mengundang rasa iba penonton. Namun nyatanya, Broto juga dilanda kecemasan dan kemarahan yang hampir serupa ketika mengetahui bahwa sang istri menyembunyikan sesuatu yang tidak termaafkan.

Rasa sakit dalam jenis dan skala yang berbeda itu menjadi gambaran bagaimana perselingkuhan adalah racun yang sama berbahayanya untuk sepasang manusia yang berada dalam bahtera rumah tangga, namun hanya akan membunuh tubuh yang paling tidak berdaya.

Di sanalah Ayu berada. Dia menjadi sosok yang paling tidak berdaya setelah efek samping pengkhianatan yang dilakukan oleh suaminya menggerogoti sebagian pikiran dan kejiwaannya. Dia terlalu larut mengikuti permainan hingga keluar pada saat yang sudah terlambat.

© Bioskop Online

Ayu menjadi representasi kaum wanita yang memang pada kenyataan menjadi makhluk yang paling rentan menerima akibat terburuk dari sebuah perselingkuhan. Sebagai kaum yang meninggikan nasib baik hubungan dengan pasangan, mereka akan benar-benar terpatahkan ketika menemukan sebuah pengkhianatan.

Menariknya, film ‘Selesai’ menawarkan cara baru mengangkat isu perselingkuhan di suatu pernikahan ke dalam layar lebar. Bukan dengan cara yang berlebihan dan gamblang, melainkan dalam permainan simbol dan tanda.

Sajiannya menawan dan menegaskan perpaduan gemilang dari seorang sutradara serta penulis yang sama cerdasnya.

Meskipun sinematografi mengitari latar yang minim, nyatanya elemen satu itu tetap mampu memanjakan mata penonton. Ia menyorot sudut-sudut rumah yang seakan ikut berbicara. Adegan-adegan liar tertangkap bersama hasrat di dalamnya melalui sudut pengambilan gambar yang tepat. Film ‘Selesai’ juga memanfaatkan berbagai elemen teknis sinematik yang dapat memanipulasi emosi penontonnya.

Tone di paruh awal yang berwarna kuning, namun menjadi semakin netral di akhir durasi, merupakan bentuk manipulasi yang biasa digunakan sebagai teknik untuk membawa emosi penontonnya menuju pada kumpulan perasaan yang penuh oleh ketidakpercayaan, kecemburuan, gelisah terhadap tanda bahaya, hingga sampai di penilaian terhadap sesuatu.

Selanjutnya, pengarahan emosi dari alam bawah sadar itu disempurnakan oleh skoring yang memengaruhi indera pendengaran penonton untuk ikut merasa curiga dan waspada pada setiap perilaku karakter di dalam film yang akan berkemungkinan menghadirkan sebuah titik terang.

© Bioskop Online

Ide cerita juga menghadirkan karakterisasi yang saling bertaut dan divisualisasikan dengan tidak kalah memukau. Ayu yang diperankan oleh Ariel Tatum memang tampak sebagai sosok istri idaman. Wajah cantik, bibir penuh, bentuk tubuh yang menggoda merupakan visualisasi dari suatu kepuasan yang umum dicari oleh sebagian besar pria.

Lebih dari itu, ia adalah wanita cerdas dan mandiri, aura yang membuat pikatan kecantikan dari dalam dirinya pun tidak bisa diabaikan. Tapi, apakah kesempurnaan yang terlihat oleh penonton itu mampu menyelamatkan Ayu dari perselingkuhan? Tidak.

Broto memang patut disapa sebagai bajingan ketika jelas dia “menggoyangkan mobil” bersama Anya dengan cincin yang melingkar di jari manisnya. Akan tetapi, apakah seorang bajingan bisa begitu saja menjadi bajingan, padahal manusia terlahir sama sucinya?

Inilah yang dicoba untuk dihadirkan film ‘Selesai’. Ia membawa penontonnya untuk berpikir lebih jernih, tanpa menghakimi, namun memperhatikan dari mana muara pengkhianatan itu terjadi. Perselingkuhan tidak selalu terjadi karena kesalahan satu pihak. Ada beberapa faktor yang berada di dalam diri masing-masing suami dan istri.

Masalahnya, tidak semua pasangan mampu menyelami dirinya sendiri untuk melihat apa yang salah. Tidak semua mampu duduk di hadapan pasangan dengan tenang, lalu bertanya “Sejauh ini, apa yang harus kita perbaiki?”

© Bioskop Online

Makna yang terpapar di atas dapat ditemukan bila kita mengamati film ini secara mendalam dan lebih hati-hati. Ayu ditampilkan di sepanjang durasi dengan tipe pakaian yang sama, bahkan model rambut yang selalu jatuh terurai. Ia berpenampilan secara monoton dari hari ke hari.

Jangankan suaminya di dalam kisah, penonton pun bisa dijebak pada rasa bosan atas gaya penampilannya yang itu-itu saja.

Hal tersebut adalah tanda yang mencolok untuk menstimulasi penonton agar memahami penyebab tindakan Broto yang mencari wanita lain. Sebagai pria, kecenderungan alami untuk lebih mudah bosan membuat Broto beralih pada wanita kedua.

Di sisi lain, ketika menemukan fakta perselingkuhan, sangat disayangkan, Ayu ternyata memilih diam dalam waktu yang cukup lama dan melakukan pembalasan dendam dengan caranya sendiri. Apakah itu mampu membawanya ke luar dari masalah? Lagi-lagi, tidak.

Ayu memerangkap dirinya sendiri di dalam pernikahan beracun itu karena dia juga telah mencintai ibu Broto yang dianggapnya sebagai mertua yang baik sehingga dirinya memilih diam, menyimpan lukanya sendiri.

Dari peliknya permasalahan yang ada, film ‘Selesai’ menyajikan jalan keluar yang harusnya ditempuh lebih awal, tentang pentingnya komunikasi dan kejujuran terhadap pasangan perihal apa yang sedang kita cari, namun tidak kunjung dapat ditemukan. Kecemerlangan ide cerita itu tidak sampai di sana.

Broto bukan satu-satunya pria “paling berdosa”, penonton akan menemukan karakter lain, Bambang (Imam Darto). Perselingkuhan nyatanya tidak hanya muncul karena kesempatan bagi mereka yang berkuasa secara ekonomi, namun juga dimiliki oleh mereka yang benar-benar manipulatif.

© Bioskop Online

Sebagian besar karakterisasi itu mampu didukung oleh kualitas akting yang baik dari para pemeran. Ariel Tatum begitu menjiwai karakter Ayu hingga bisa memunculkan mimik wajah yang mewakili suatu kekacauan yang sempat tersembunyi rapat.

Peralihan berbagai ekspresi benar-benar membuat penonton tersadar tentang pelik, perih, bahkan berantakannya diri seseorang yang diselingkuhi. Gerak tubuh di beberapa adegan pun dengan sangat baik menyiratkan gelagat yang akan merumitkan sesi klimaks film.

Sementara itu, meskipun tidak terlalu istimewa karena panggung yang diberikan kepada Gading Marten terbilang lebih minim dari Ariel Tatum, ia masih terbilang baik memerankan sosok Broto. Dia mampu berubah menjadi sosok yang menyebalkan di mata seluruh penonton atas nama Broto.

Lalu, bagaimana dengan orang ketiga di antara Ayu dan Broto? Anya yang diperankan oleh Anya Geraldine menghadirkan permainan peran yang tampak canggung dan naif, namun di sanalah keistimewaannya. Ia muncul dengan gaya yang tepat untuk mendalami karakter seorang perebut suami orang, pura-pura bodoh atau memang begitu.

Film ini juga secara lebih jauh menghadirkan fakta yang kerap dijumpai, bagaimana pernikahan tidak hanya tentang sepasang insan, ada pula pihak keluarga yang merasa menjadi bagian.

Struktur budaya di Indonesia yang cenderung menempatkan suatu rumah tangga sebagai milik keluarga besar semakin memperumit masalah di antara Ayu dan Broto. Hal tersebut dapat dilihat dari kemunculan Ibu Sri (Marini Soerjosoemarno) yang terlalu mencampuri urusan rumah tangga anaknya, bahkan bersikeras meminta cucu.

© Bioskop Online

Menariknya lagi bila diteliti lebih dalam, sosok Ibu Sri sedikit-banyak turut andil dalam keberadaan sosok Broto yang tampak “tidak utuh” hadir sebagai sosok kepala rumah tangga. Ia jelas terpengaruh oleh didikan seorang yang ibu yang terlalu dominan mengatur berbagai hal sehingga Broto terbiasa mengabaikan beberapa tanggung jawab selagi ia tidak diarahkan oleh sang ibu.

Namun, keberadaan sang ibu mertua disayangkan memicu munculnya sisi lemah film ini. Meskipun diceritakan hanya kebetulan mencium sesuatu yang tidak beres dari rumah tangga anaknya, beberapa hal terasa masih mengganjal di dalam film, seakan masih ada yang tersembunyi. Bagaimana setelah 2 tahun terjadi, semuanya baru diurai? Terlalu banyak kebetulan atau semua karena tergesa ingin diselesaikan?

Selain itu, sisi komedi yang diwakilkan oleh karakter asisten rumah tangga bernama Yani (Tika Pangabean) ditampilkan secara berlebihan. Walaupun ia dimaksudkan untuk mengurangi ketegangan dari peliknya intisari cerita, namun nyatanya keberadaan penyorotan dan lelucon yang muncul secara berlebihan membuatnya justru terasa menganggu.

Namun bila kembali pada pembicaraan awal terkait hebatnya ‘Selesai’ bermain dalam simbol dan tanda, Yani yang terbilang “berani” kepada majikan itu berpotensi menjadi faktor eksternal yang memperkeruh permasalahan rumah tangga Ayu dan Broto.

Kemunculan Yani di sini seolah menjadi sekat yang semakin memisahkan Ayu dan Broto untuk sampai di titik temu agar mampu mengurai benang-benang kusut pernikahan mereka. Hal itu tampak pada adegan ketika mereka terpaksa memelankan suara ketika Yani lebih banyak bertanya selagi menyajikan teh untuk Ibu Sri.

Apakah keberadaan Yani justru membuat keduanya semakin enggan berbicara dari hati ke hati? Sepertinya, jawaban yang tepat adalah bukan tentang “iya atau tidak”, melainkan tentang “segala yang dihadirkan dalam film ini memang tidak bisa dicermati dengan dangkal”.

© Bioskop Online

Dari keseluruhan ulasan ini, dapat dikatakan bahwa film ‘Selesai’ merupakan film yang cerdas dan begitu memahami apa yang sedang ia sajikan ke dalam layar. Permainan simbol dan tanda menjadi kekuatannya untuk menjangkau julukan sebagai film yang sangat baik.

Di antara berbagai benang yang dikusutkan oleh ketidakpuasan, pengkhianatan, serta lockdown yang meruntuhkan ruang gerak, semuanya membawa film ‘Selesai’ pada jalinan yang menarik sekaligus memesona. Ia menyadarkan penonton bahwa pernikahan tidak cukup dengan hanya mengandalkan keberadaan cinta yang membara di awal.

Lebih dari itu, di dalamnya harus ada hati yang lapang untuk mengakui kekurangan, harus ada keberanian untuk menyuarakan ketidakpuasan, dan harus ada “selesai” yang terucap ketika bahtera itu tidak lagi bisa bergerak ke mana-mana.

 

Director: Tompi

Cast: Gading Marten, Ariel Tatum, Anya Geraldine, Marini Soerjosoemarno, Tika Panggabean, Imam Darto, Farish Nahdi

Duration: 83 minutes

Score: 8.4/10

WHERE TO WATCH

The Review

Selesai

8.4 Score

Selesai berkisah tentang pernikahan antara Broto dan Ayu yang berada di ujung tanduk ketika fakta perselingkuhan mulai terungkap. Namun ketika semua hendak segera diselesaikan, kedatangan ibu mertua bersamaan dengan kebijakan lockdown mengurung mereka untuk menemui satu per satu rahasia yang tidak terpikirkan bisa terjadi.

Review Breakdown

  • Acting 9
  • Cinematography 8
  • Entertain 8
  • Scoring 8
  • Story 9
Exit mobile version