Review Film Merindu Cahaya de Amstel (2022)

Drama religi dan romansa dari seorang gadis Belanda mualaf bernama Siti Khadija

“Allah membuat rencana, untuk setiap pertemuan kita dengan seseorang. Karena Allah selalu tahu yang terbaik untuk hidup kita.” – Khadija (Merindu Cahaya de Amstel)

 

‘Merindu Cahaya de Amstel’ merupakan sebuah film drama religi yang diproduksi oleh Unlimited Production, yang disutradarai oleh Hadrah Daeng Ratu. Selain itu, film ini juga dibintangi oleh sejumlah nama besar Indonesia seperti, Amanda Rawles, Bryan Domani, Oki Setiana Dewi, Rachel Amanda, Rita Nurmaliza dan masih banyak lagi.

Film ini mengisahkan perjalanan religius dari seorang Siti Khadija (Amanda Rawles), yang dialihwahanakan dari novel laris buatan Arumi E berjudul sama, dan dicetak pada tahun 2015 lalu.

Secara keseluruhan, bukan hanya konflik soal agama saja yang dibahas dalam film ini, akan tetapi ada kisah cinta antara Khadija dan Nicholas Van Djick (Bryan Domani).

Sinopsis

Berlatar belakang di Belanda, mengisahkan seorang gadis asli Belanda dengan kehidupan bebasnya memutuskan untuk memeluk agama Islam yaitu Marien “Khadija” Veenhoven (Amanda Rawles).

Di tengah perjalanannya, Khadija bertemu dengan Nicholas van Dijck (Bryan Domani) seorang mahasiswa arsitektur agnostik yang mengaguminya. Ia berprofesi sebagai fotografer dan jurnalis di sela-sela kesibukan kuliahnya.

Selain bertemu dengan Nicholas, Khadija juga bersahabat dengan salah satu mahasiswa Yogyakarta sahabat Khadija yang sedang berkuliah di Belanda yaitu Kamala (Rachel Amanda) yang menyukai Nicholas.

© Unlimited Productions

Di awal cerita Nicholas  memotret suasana dan pengunjung Museumplein. Kameranya tanpa sengaja mengabadikan sosok gadis yang berhijab rapat.

Keesokan harinya ia memperlihatkan hasil foto kepada kepala redaksinya, dan tak sengaja menemukan foto sang gadis yang uniknya, dalam foto tersebut gadis itu tampak memancarkan cahaya yang sangat indah.

Hal tersebut membuat Nico penasaran, ditambah lagi kepala redaksinya meminta Nicho untuk mencari tahu sosok gadis tersebut.

Esok sorenya, Nico kembali ke Museumplein untuk mencari gadis itu. Nico semakin terkejut karena gadis itu ternyata seorang Belanda yang jadi mualaf dan bernama Khadija Veenhoven (Amanda Rawles).

Kisah ini pun berlanjut menjadi cinta lintas agama dan cinta segitiga yang menghiasi keseluruhan film ini. Konflik percintaan yang ditawarkan sangat mendewasakan, dan bersamaan dengan itu konflik soal agama pun dihadirkan dalam film ini.

Stereotip terhadap agama

Film ini cukup imbang dalam menghadirkan kedua konflik, mulai dari konflik agama hingga kisah percintaan. Salah satu konflik agama adalah terjadinya stereotip terhadap agama islam.

Sebenarnya, ada banyak jenis stereotip terhadap agama dan kepercayaan tertentu, hal ini merupakan konsekuensi dari pemikiran semacam perlakuan terhadap seseorang atau kelompok tertentu dngan berbeda dan cenderung negatif.

Dalam ‘Merindu Cahaya de Amstel’ beberapa stereotip terjadi kepada Khadija yang mengenakan kerudung dalam keseharian nya, beberapa kali ia dipandang sebelah mata oleh orang-orang yang tak sengaja ia temui dalam perjalanan nya.

© Unlimited Productions

Namun,.tetap saja Khadija menerima itu semua dengan lapang dada dan tetap memperlakukan orang-orang tersebut dengan baik dan sopan.

Perjalanan tersebut menambah banyak pembelajaran bagi seorang Khadija, terlebih lagi dia adalah seorang gadis asli Belanda yang tadinya berpenampilan bebas namun berubah menjadi tertutup.

Banyak sekali pembelajaran yang dapat kita petik dari kisah ini, salah satunya adalah dengan tetap memperlakukan baik orang yang memandang kita rendah. Dengan begitu orang tersebut akan sadar, bahwa kita tak seburuk yang dia pikirkan.

Pesan pengingat sebagai seorang manusia beragama

Secara keseluruhan, film ini memang mengarah kepada film religi islami. Namun ternyata salah, film ini justru banyak memberi kita sebuah pesan pengingat sebagai seorang manusia yang beragama. Dengan kepercayaan yang telah kita miliki masing-masing, ada baiknya kita selalu taat menjalani ibadah sesuai kepercayaan yang dimiliki.

© Unlimited Productions

Selain itu, pelajaran berharga lainnya adalah kita sebagai sesama manusia harus bisa menerima keputusan seseorang, tanpa harus memaksakan kehendak yang malah membuat orang tersebut tak nyaman.

Begitulah seharusnya kehidupan berjalan, apapun yang orang lakukan maka hargailah agar tetap terjadi keseimbangan hidup antar sesama umat bergama.

Sebuah komedi yang natural

Mengapa dianggap sebuah komedi? Sebab film ini tidak sama sekali monoton dalam menjalankan setiap kisahnya, ada bumbu-bumbu komedi yang dihadirkan oleh setiap pemainnya.

\© Unlimited ProductionsKomedi ini hadir di sela-sela percakapan antar pemainnya, membawa warna pada setiap dialognya. Sehingga penonton bisa tetap menikmati pesan dari film serta hiburan yang dihadirkan.

Komedi yang dihadirkan juga tak terlalu berlebihan, hanya sebagai pemberi sentuhan menarik dalam setiap dialognya sehingga membawa penonton hanyut akan cerita.

Kisah romansa yang mendewasakan

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, selain konflik agama film ini juga menghadirkan kisah percintaan antara Khadija dan Nicholas yang saling berbeda keyakinan. Mungkin kisah ini akan relate kepada para penonton yang sedang mengalaminya, atau bahkan pernah ada di posisi tersebut.

© Unlimited Productions

Hal ini jelas bisa terlihat dari sebagian para penonton yang hanyut terbawa akan kisah cinta Khadija dan Nicholas, sebagian dari mereka mencoba menerka dan mencari jalan keluar apa agar keduanya bisa bersama.

Jalan keluar yang dihadirkan untuk permasalahan ini cukup baik, memberikan pelajaran terpenting bagi penonton agar tahu bagaimana cara jika menghadapi permasalahan yang sama.

Visualisasi sejumlah kota di Belanda yang Indah

Berlatar belakang kehidupan di Belanda, film ini membawa penonton ikut berjalan di negara Belanda. Selain menikmati keindangan beberapa kota kecil di Belanda, film ini juga memberikan kita gambaran akan kebudayaan di sana. Salah satunya adalah kebiasaan bepergian dengan kendaraan umum atau sepeda.

Syuting di tengah cuaca cerah, beberapa kegiatan bersepeda dilakukan oleh para pemainnya. Uniknya sepeda disana seperti sepeda onthel yang ada di Indonesia, membuat kita seolah melihat kebudayaan kita juga disana.

Selain itu, parkiran kantor-kantor diisi bukan oleh kendaraan mobil atau motor, akan tetapi sepeda yang berjajar rapi memenuhi parkiran disana.

Sebagai seorang lulusan sastra Indonesia, Khadija juga fasih dalam berbahasa Indonesia namun tetap tak menghilangkan aksen Belandanya. Membuat sebagian penonton yang tak begitu mengenal sosok Amanda Rawles akan berpikir, apakah dia orang Belanda asli?

Selain itu, penonton akan dibawa melihat ke beberapa masjid yang ada di Belanda. Bangunan megah yang indah, menandakan bahwa muslim disana cukup dihargai keberadaannya. Interior bangunan masjid di tampilkan secara baik dalam film tersebut, membuat penonton terperana akan rumah ibadah agama islam tersebut.

Kesimpulan

‘Merindu Cahaya de Amstel’ merupakan film dengan visualisasi yang baik, dengan kisah yang berlatar belakang di negara Belanda ini membuat penonton hanyut akan keindahan salah satu kota di negara Belanda tersebut.

Jalan cerita dalam film ini dapat dibilang sangat sederhana, namun dapat menghadirkan konflik yang cukup kompleks. Tentunya kisah tersebut membawa banyak pesan tersirat bagi para penonton, utamanya para penganut agama Islam.

Tak hanya itu, film ini mengajarkan kita untuk kita tetap menjalani kehidupan dengan sebagai seorang manusia beragama.

Konflik percintaan yang hadir juga tidak terlalu berlebihan, membawa kisah romansa yang mendewasakan. Hal tersebut membuat para penonton yang mungkin mengalami kisah cinta yang sama, akan mendapatkan solusi setelah menonton film ini.

Selain itu, bumbu-bumbu komedi yang dihadirkan cukup membawa angin segar, membuat penonton tetap merasa terhibur dan tak terlalu monoton dengan jalan ceritanya.

Telah tayang sejak tanggal 20 Januari lalu, film ini akan menjadi salah satu film favorit di akhir pekan sebab ‘Merindu Cahaya de Amstel’ telah menarik penonton sebanyak 46.981 penonton di hari pertama, serta dapat menjadi salah satu pesaing film ‘Dear Nathan: Thank You Salma’ yang juga diperankan oleh Amanda Rawles, yang kini masih tayang di bioskop.

Bagi yang penasaran dengan kisah Siti Khadija, segeralah ajak kawan, sahabat hingga keluarga ke bioskop terdekat! Selamat menonton!

 

Director: Hadrah Daeng Ratu

Cast: Amanda Rawles, Bryan Domani, Oki Setiana Dewi, Rachel Amanda, Rita Nurmaliza

Duration: 107 minutes

Score: 7.8/10

WHERE TO WATCH

The Review

Merindu Cahaya de Amstel

7.8 Score

Nicholas van Dijk seorang mahasiswa arsitektur yang berprofesi sebagai fotografer di sela-sela kesibukan kuliahnya. Suatu hari saat dia memotret suasana dan pengunjung Museumplein, kameranya tanpa sengaja mengabadikan sosok seorang gadis berhijab rapat. Dia merasa tidak pernah memotret gadis itu dengan sengaja, tapi saat dia melihat hasil foto yang dia ambil hari itu, dia menemukan salah satu foto adalah gadis itu. Yang membuatnya penasaran, karena dalam foto itu, tubuh gadis itu terlihat bagai memancarkan cahaya.

Review Breakdown

  • Acting 8
  • Cinematography 8
  • Entertain 8
  • Scoring 7
  • Story 8
Exit mobile version