Review Memory (2022)

Kisah pembunuh bayaran sakit yang memaksakan diri untuk beraksi.

“What’s important is what you do before you go,” – Alex Lewis (Memory).

 

Siapa yang tak kenal aktor yang kerap beraksi dalam film-film laga, Liam Neeson?  Seakan tak lekang dimakan umur, Neeson terus saja membuat film-film yang penuh dengan aksi, kekerasan, tembak-menembak, serta kejar-kejaran di lapangan.

Usai film ‘Blacklight’ tayang di tahun 2022 ini, Neeson kembali lagi membawakan peran penting sebagai pembunuh bayaran yang mengalami Alzheimer di film ‘Memory’. Meski begitu, Neeson harus tetap menjalani tugas yang telah menjadi identitasnya sepanjang masa.

Disutradarai oleh Martin Campbell, ‘Memory’ merupakan remake dari film Belgia berjudul ‘The Memory of Killer’ di tahun 2003.

Sinopsis

Alex Lewis (Liam Neeson) adalah seorang pembunuh bayaran yang sedang berada pada masa-masa kritis dan jenuhnya. Karena sakit, ingatannya mulai tidak membaik ketika dia berencana untuk pensiun. Meski begitu, Alex belum bisa lepas dari satu pekerjaan baru yang menurutnya akan selesai lebih mudah.

Namun, pekerjaan itu tidak seperti yang dipikirkan oleh Alex. Menargetkan anak kecil dengan menggandeng kasus besar – pelecehan seksual dan prostitusi anak, Alex malah di bawa ke dalam rentetan operasi penyergapan FBI yang dipimpin oleh agen Vincent Serra (Guy Pearce).

Melihat hal tersebut, Alex diam-diam membimbing tim FBI Serra ke jalur yang benar. Sebagai sumber informasi, Alex berusaha untuk menegakkan kebenaran di tengah ingatan yang sudah tidak bisa ia percaya.

Kembalinya Neeson dengan pola yang sama

Mungkin sejak kemunculan ‘Taken’ pada tahun 2010, Neeson sudah mendapatkan jiwa bertarung dan dikenal sebagai aktor hebat yang dapat memainkan film-film aksi. Sejak tahun tersebut, Neeson kerap kali muncul dalam film berbalut kekerasan dan senjata, termasuk ‘Taken 2’, ‘Taken 3’, ‘Cold Pursuit’, ‘The Commuter’, ‘Unknown’, ‘Non-Stop’, hingga terakhir ini ‘Blacklight’.

Sayangnya, perkembangan dirinya dalam film-film tersebut pada dasarnya memiliki formula yang selalu sama.

© Open Road Films

Di film ‘Memory’, Neeson awalnya ditempatkan sebagai sosok jahat – hal yang cukup baru mengingat peran yang ia lakoni sebagai “good guy” di film aksi. Ia merupakan pembunuh bayaran yang sangat ahli dan tidak diragukan lagi kehebatannya. Ia cepat, rapi, dan tak kenal ampun.

Semua itu berubah ketika adegan demi adegan memperlihatkan bahwa ia sudah mulai kehilangan kekuatan dan ingatannya. Menderita Alzheimer seperti kakaknya, ia pun memutuskan untuk pensiun dari dunia tersebut.

Lama kelamaan, sosok Neeson kembali berubah menjadi manusia baik yang membimbing para FBI untuk menemukan kejahatannya. Neeson kembali lagi dalam formula dan pola yang sama. Seorang yang menyayangi keluarga, membela kebenaran dengan tidak membunuh anak-anak, dan melakukan apapun untuk membalaskan dendam bagi orang-orang yang mengusik dirinya.

© Open Road Films

Padahal, ‘Memory’ bisa menjadi harapan baru bagi para penggemar Neeson untuk menemukan karakternya yang jauh lebih liar dan brutal sebagai sosok penjahat. Meski selalu tampil memukau, tidak dipungkiri bahwa kali ini, Neeson sedikit kehilangan karismanya.

Film aksi yang cukup tenang

Dibandingkan dengan film-film Neeson sebelumnya yang penuh dengan aksi kejar-kejaran yang intens dan mendebarkan, ‘Memory’ sayangnya tidak terasa seperti film semacam itu. ‘Memory’ tampil menjadi film aksi standar dengan premis menarik, tidak jelek namun juga tidak membawa kesan yang mendalam.

© Open Road Films

Bak tergantikan oleh kehadiran Guy Pearce, Neeson seakan kurang dimanfaatkan keberadaannya. Entah karena sang sutradara bermain aman dengan mengurangi peran menantang untuk Neeson, atau memang ia ingin menyeimbangkan kedua bintang hebat dalam satu layar. Pada akhirnya, ‘Memory’ berakhir tidak sesuai premisnya yang menarik dan menjadi film aksi yang terlalu “mulus”.

Satu hal yang menjadi penyegar dari film ‘Memory’, yaitu gaya Campbell dalam membawakan film aksi ini. Begitu tenangnya – mungkin bagi beberapa orang bisa dibilang cukup membosankan, ‘Memory’ seakan bermain dalam sisi-sisi yang tak terdengar. Salah satunya, ketika Neeson membunuh anak atasannya ketika sedang berolahraga. Ia jatuh tewas, sementara orang-orang di tempat tersebut tak menyadarinya.

Kesimpulan

Meski dibalut dengan premis yang cukup menarik, ‘Memory’ sayangnya berakhir sebagai film aksi standar yang tak memukau banyak penonton. Akting Neeson sudah tidak perlu diragukan lagi, namun ia memang kehilangan sedikit karismanya dalam film ini. Di sisi lain, Guy Pearce mengisi kekosongan tersebut dan berperan dengan baik sebagai agen FBI yang gemas menuntut keadilan.

© Open Road Films

Namun, ‘Memory’ masih bisa menjadi tayangan yang layak untuk ditonton apabila para penggemar Neeson belum sempat melihat aksinya tahun ini. Masih mengudara di bioskop, tidak ada salahnya melihat kembali sang aktor beraksi lagi di tahun ini.

 

Director: Martin Campbell

Cast: Liam Neeson, Guy Pearce, Taj Atwal, Harold Torres, Ray Fearon, Monica Bellucci, Ray Stevenson, Mia Sanchez

Duration: 114 minutes

Score: 5.2/10

WHERE TO WATCH

The Review

Memory

52% Score

Alex Lewis (Liam Neeson) adalah seorang pembunuh bayaran yang sedang berada pada masa-masa kritis dan jenuhnya. Karena sakit, ingatannya mulai tidak membaik ketika dia berencana untuk pensiun. Meski begitu, Alex belum bisa lepas dari satu pekerjaan baru yang menurutnya akan selesai lebih mudah. Namun, pekerjaan itu tidak seperti yang dipikirkan oleh Alex. Ia diam-diam berusaha untuk menegakkan kebenaran di tengah ingatan yang sudah tidak bisa ia percaya.

Review Breakdown

  • Acting 60%
  • Cinematography 50%
  • Entertain 50%
  • Scoring 50%
  • Story 50%
Exit mobile version