Review KKN di Desa Penari (2022)

Saat Kegiatan Bermakna Berubah Menjadi Malapetaka

“Nak, kamu percaya tidak di tempat ini ada desa lain? Namun, desa itu tidak bisa dilihat dengan mata normal.” – Mbah Buyut (KKN di Desa Penari).

Berawal dari cerita viral sekelompok mahasiswa yang sedang menjalani program kerja KKN di sebuah desa, kini diangkat menjadi film layar lebar yang paling ditunggu-tunggu, berjudul ‘KKN di Desa Penari’.

Sudah 2 tahun sejak penayangan KKN di Desa Penari ditunda, film yang didasari kisah nyata ini tampaknya tidak membuat antusiasme penggemarnya menghilang. Terbukti dengan hype dan komentar positif yang di terima film tersebut di kolom komentar trailernya.

Dengan sederet aktor dan aktris kenamaan Indonesia seperti Tissa Biani, Adinda Thomas, Aghniny Haque, Calvin Jeremy, Fajar Nugraha, dan Achmad Megantara, ditambah dengan arahan Awi Suryadi, sutradara di balik suksesnya film Danur, apakah KKN di Desa Penari bisa memenuhi ekspektasi dari para penggemarnya yang telah 2 tahun menunggu? Yuk simak ulasannya lebih lanjut.

Sinopsis

KKN di Desa Penari berkisah pada 6 mahasiswa yaitu Nur (Tissa Biani), Widya (Adinda Thomas), Ayu (Aghniny Haque), Bima (Achmad Megantara), Anton (Calvin Jeremy), dan Wahyu (Fajar Nugraha) yang melaksanakan kegiatan KKN (Kuliah Kerja Nyata) di desa yang menyimpan kisah misteri tersendiri.

Setelah menempuh perjalanan sampai ke desa, sekelompok mahasiswa itu langsung disambut hangat dan diajak berkeliling oleh Pak Prabu (Kiki Narendra), kepala desa setempat yang memberitahu mereka seputar desa yang akan mereka tinggali selama 6 minggu, dan memberikan aturan-aturan yang harus mereka patuhi, termasuk gapura terlarang yang tidak boleh dilewati.

© MD Pictures

Awalnya, kegiatan KKN ini berjalan lancar, hingga satu persatu dari mereka mulai merasakan kejanggalan dari desa tersebut, dan mengalami kejadian-kejadian aneh yang menimpa mereka. Nur akhirnya menemukan fakta bahwa salah satu dari mereka melanggar aturan yang paling fatal di desa tersebut.

Alur cepat dengan mengambil 2 sudut pandang karakternya

Masih sama seperti kisah aslinya, film ‘KKN di Desa Penari’ setia mengikuti sumber materi asli yang menggunakan sudut pandang 2 karakternya, Widya dan Nur. Kedua sudut pandang ini jelas diperlihatkan kepada penonton untuk memberikan detail dari setiap kejadian yang terjadi oleh sekelompok mahasiswa itu.

Jika dalam bukunya cerita diawali dengan sudut pandang Widya, KKN di Desa Penari langsung membuka kisahnya dengan mengambil pandangan Nur saat pertama kali Nur dan Ayu datang ke desa tersebut untuk survey. Tanpa basa-basi, film ini langsung menampilkan sosok misterius yang hanya ditemui Nur.

© MD Pictures

Scene berganti saat sekelompok mahasiswa itu tiba di desa. Selama di desa tersebut, mereka menjalankan Proker (Program Kerja) yang sudah mereka siapkan sebelum KKN dimulai. Namun, kejanggalan-kejanggalan yang ada di desa itu mulai dirasakan oleh 6 mahasiswa tersebut.

Jika dulu hanya bisa membayangkannya dalam imajinasi, sekarang penonton dapat melihat tiap-tiap adegan yang dituangkan dari cerita sumbernya. Contohnya seperti saat Widya melihat Nur menari di tengah malam, sementara dari sudut pandang Nur, Widya-lah yang terlihat sedang menari. Kedua sudut pandang ini memperjelas kejadian-kejadian yang dialami dua karakter sentral tersebut.

Tidak perlu makhluk menyeramkan dan penuh darah

Dimulai dari kisah yang diceritakan oleh akun anonim bernama SimpleMan di Twitter, kisah menyeramkan KKN di Desa Penari memang tidak pernah datang dari sosok makhluk ghaibnya. Inilah yang membuatnya berbeda dengan kisah-kisah horor pada umumnya.

Biasanya, film-film horor Indonesia identik dengan sosok makhluk halus berwajah seram dan dipenuhi adegan sadis bermandikan darah. KKN di Desa Penari tidak perlu hal-hal klise itu untuk membuatnya menyeramkan.

© MD Pictures

Film ini membangun cerita horornya dengan menggambarkan misteri-misteri, dan kejadian-kejadian mistis yang justru mengajak  penontonnya untuk ikut merasakan kengerian dan penasaran yang ditampilkan di sepanjang film.

Latar tempat juga digambarkan hampir sepenuhnya sesuai dengan apa yang penonton harapkan, seperti desa terpencil yang jauh dari perkotaan, rumah gubuk yang mereka tinggali, tempat pemandian mahasiswi atau yang disebut sinden, bahkan tapak tilas atau panggung tempat di mana mantan para penari dan gamelan-gamelan berada.

Sinematografi apik dengan skoring yang memuaskan

© MD Pictures

Jika berbicara tentang sinematografi, KKN di Desa Penari berhasil mengeksekusikan segala teknisnya dengan cukup baik. Transisi kamera dengan baik menyuguhkan perubahan mulus dari pagi ke malam, hingga siluet penari yang berubah seketika menjadi Widya.

Suasana menyeramkan dibangun dengan baik sepanjang jalan, ditambah dengan alunan musik tradisional jawa yang mampu menambah suasana mencekam, dan membuat penonton bergidik ngeri. Belum lagi dengan skoring-skoring juara yang ditampilkan saat adegan menegangkan, dan jumpscares yang datang.

Akting dua pemain sentral yang memukau

Diperankan oleh nama-nama yang sudah melanglang buana di layar kaca, Aghniny Haque, Calvin Jeremy, Fajar Nugraha, dan Achmad Megantara sudah terasa pas dalam memerankan karakternya masing-masing.

Tapi ada dua karakter yang benar-benar mencuri perhatian, yaitu Nur dan Widya, yang diperankan oleh Tissa Biani dan Adinda Thomas.

Akting menakjubkan Tissa Biani dalam memerankan Nur, anak pendiam yang memiliki kemampuan yang berbeda dengan manusia kebanyakan, sukses ia sampaikan sepanjang film melalui ekspresinya yang sangat alami, terutama saat adegan di mana Nur yang sedang dirasuki oleh “penjaga”-nya, berbicara dengan Widya tentang kelakuan teman-temannya yang melewati batas.

© MD Pictures

Begitu juga dengan Adinda Thomas yang bermain dengan ular asli, hingga saat adegan di mana rambut keluar dari mulutnya.

Dengan diangkatnya cerita pendek ini ke layar lebar, penonton berharap mendapatkan pengenalan lebih dalam dan detail kepada para tokoh untuk semakin dekat, dan mengerti watak para karakternya, yang sayangnya tidak diberikan di film ini.

Ending yang kurang memenuhi ekspektasi

Setelah mengikuti perjalanan mistis 6 mahasiswa KKN di desa yang disebut sebagai desa penari, tibalah kita di akhir cerita. Suasana mencekam yang telah dibangun sedemikian rupa sejak awal, sampai pada puncaknya saat Widya menemukan Bima yang sedang dikelilingi ular di sinden, dan Nur menemukan Ayu yang sudah tidak berdaya.

KKN di Desa Penari kadang terkesan terlalu mengikuti cerita aslinya. Adegan demi adegan benar-benar mengikuti materi sumbernya, sampai sampai membuat transisi alur seperti meloncat dari satu adegan ke adegan lainnya, persis seperti potongan-potongan tweet-nya yang disatukan.

© MD Pictures

Pada akhir cerita, film ini mungkin ingin mencoba memasukan unsur yang berbeda dari materi sumbernya, seperti saat penulis naskah mengubah mbah tetuah desa yang dengan begitu aneh dan tidak masuk akal, tiba-tiba menjadi seekor anjing yang memandu Widya kembali setelah hilang semalaman.

Sejak awal, riasan wajah para pemerannya tidak pernah menjadi masalah, bahkan sosok menyeramkan wanita tua penjaga Nur tampil dengan riasan yang pas dan tidak dilebih-lebihkan.

Begitu juga dengan wajah ular sang Badarawuhi yang juga cukup dikatakan rapih, detail, dan real. Tapi riasan “niat” itu sepertinya tidak berlaku untuk para figuran yang berperan sebagai warga ghaib yang sedang berpesta di akhir cerita.

Kesimpulan

Akhir kata, KKN di Desa Penari adalah film yang sarat akan pesan moral dan ajaran tata krama yang kental. Meski dengan cerita yang sudah tidak asing, KKN di Desa Penari berhasil memvisualisasikan sebagian besar cerita viral yang hanya terhenti di imajinasi para pembacanya ini dengan baik. Akting para pemain, sinematografi yang cakap, dan musik latar belakang yang pas, dapat menutupi sebagian kecil kekurangan yang ada.

 

Director: Awi Suryadi

Cast:  Tissa Biani, Adinda Thomas, Aghniny Haque, Calvin Jeremy, Fajar Nugraha, dan Achmad Megantara

Duration: 130 minutes

Score: 7.0/10

WHERE TO WATCH

The Review

KKN di Desa Penari

7 Score

'KKN di desa Penari' berkisah pada 6 mahasiswa yang sedang melaksanakan kegiatan KKN (Kuliah Kerja Nyata) di desa yang menyimpan kisah misteri tersendiri. Siapa sangka Kegiatan KKN yang harusnya bermakna dan menyenangkan, ternyata mendatangkan mala petaka saat salah satu mahasiswa itu melanggar aturan fatal dari desa yang disebut dengan desa penari itu.

Review Breakdown

  • Acting 8
  • Cinematography 7
  • Entertain 7
  • Scoring 7
  • Story 6
Exit mobile version