Review Firestarter (2022)

Seorang gadis kecil yang mempunyai kekuatan berbahaya

“When you hurt people, you don’t just hurt them, you hurt everyone around them,” – Andy McGee (Firestarter).

 

Stephen King merupakan pengarang novel terkemuka berkebangsaan Amerika Serikat dan umumnya novel-novel yang ia tulis bergenre tentang horor, fiksi ilmiah atau fiksi supranatural. Sebagian dari karya-karyanya tersebut telah diadaptasi menjadi film layar lebar, film televisi dan buku komik. Kisah-kisahnya yang ia tuangkan ke dalam bentuk tulisan tersebut disinyalir sering banyak didasarkan pada ketakutan dan fobia dari King itu sendiri.

Bahkan film-film dari adaptasi karya King beberapa diantaranya sedang di ‘remake’ atau pun di ‘reboot’ kembali seperti “Firestarter”. Novel yang berjudul sama dengan adaptasi filmnya itu pertama kali terbit pada tahun 1980 dan empat tahun kemudian dirilis ke dalam bentuk layar perak.

Film edisi tahun 1984 tersebut cukup menarik perhatian penggemar film karena dibintangi oleh aktris cilik di saat itu Drew Barrymore yang sebelumnya cukup sukses membintangi film fiksi ilmiah karya Steven Spielberg, E.T.

Sinopsis film

© Universal Pictures

Selama lebih dari satu dekade, Andy (Zac Efron) dan Vicky (Sydney Lemmon) telah melarikan diri dari kejaran agen-agen rahasia dari organisasi penelitian Amerika Serikat yang juga dirahasiakan. Mereka ingin memanfaatkan kekuatan yang ada dalam diri putri mereka, Charlie (Ryan Kiera Armstrong) dan mengubahnya menjadi senjata pemusnah massal.

Dan setelah terjadi insiden yang mengungkapkan lokasi mereka, operasi rahasia dikerahkan untuk memburu dan menangkap Charlie sekali lagi dan untuk selamanya.

Dua pola asuh yang berbeda

© Universal Pictures

Berkat percobaan yang dilakukan terhadap kedua orang tuanya, Charlie lahir dengan memiliki kemampuan luar biasa. Ia mempunyai bakat luar biasa, pirokinesis di mana lewat pikirannya Charlie mampu membuat api. Karena itu ia menjadi obyek buruan penting dari pihak-pihak yang ingin mengeksplotasi kekuatannya demi keuntungan mereka sendiri.

Walaupun kedua orang tuanya Andy dan Vicky sama-sama menyayangi, mereka mempunyai pendekatan berbeda untuk mengasuh anak mereka terutama yang berkaitan dengan kemampuan Charlie tersebut. Andy mengajari agar Charlie bisa menekan kekuatannya itu dan di lain pihak ibunya Vicky menginginkan hal kebalikannya di mana Charlie bisa belajar untuk menggunakan dan mengontrol kekuatan apinya itu.

© Universal Pictures

Keinginan kontras tersebut merupakan premis yang menarik untuk diketengahkan dalam narasi awal di film ini. Ditambah lagi konflik tersebut semakin diperumit dengan situasi emosional dari Charlie yang semakin lama semakin tidak dapat diprediksi. Tetapi kenyataannya konflik ini tidak digali lebih mendalam dan seakan hanya menjadi pengantar singkat tentang bagaimana kekuatan Charlie yang semakin sulit dikendalikan dan pada akhir menimbulkan malapetaka bagi keluarga mereka.

Perubahan terbesar dalam format cerita

© Universal Pictures

Dalam film aslinya dimulai dengan Andy dan Charlie sedang dalam pelarian dan mengungkapkan tentang apa yang terjadi dengan mereka dalam kilas balik. Dan juga yang menjadi pembeda lainnya lagi diceritakan bahwa ibu Charlie, Vicky telah lama meninggal. Sedangkan dalam film terbarunya semua hal yang terjadi berada dalam urutan yang kronologis, peristiwa-peristiwa yang dialami mereka terjadi secara linier.

Demikian pula dengan peran Vicky yang di sini diberi waktu tayang lebih banyak dan ikut dalam mengasuh Charlie. Tidak seperti dalam film pendahulunya yang perannya hanya sering muncul sekilas dalam kilas balik. Sekitar sepertiga dari “Firestarter difokuskan pada jalinan cerita tentang Andy dan Vicky yang berusaha menyembunyikan kekuatan Charlie dan meminta putri mereka untuk menekan emosinya karena takut akan ledakan kekuatannya menjadi tidak terkendali.

Tidak ada titik kuat dalam plot cerita

© Universal Pictures

Firestarter memiliki kelemahan krusial yaitu tidak memiliki poin kuat dalam ceritanya, dimana seorang gadis kecil mempunyai kekuatan berbahaya dan beberapa diantaranya ingin memanfaatkan kekuatannya dan yang lain justru ingin menghancurkannya dan akibatnya banyak hal terbakar. Tetapi itu saja yang menjadikan film ini menarik yaitu tentang semua hal yang menjadikan seseatunya terbakar. Dua pertiga “Firestarter menjadi stagnan dan banyak adegan berulang menjadikan hal itu tidak efektif untuk meningkatkan bobot  ceritanya.

Firestarter tidak memiliki bobot dan ketegangan yang meningkat meski memiliki awal yang menjanjikan, chemistry antara Efron dan Armstrong pun terasa kurang hangat layaknya hubungan ayah dan anak. Sedangkan untuk Ryan Kiera Armstrong yang pada usia 12 tahun telah tampil di banyak film seperti ‘It- Chapter Two’, ‘Black Widow’, ‘Tomorrow’s War’ dan lainnya di sini ia hanya unggul dalam menampilkan emosi yang penuh amarah dan siap membakar apa pun yang menghalanginya. Dia tidak diberi banyak waktu untuk menginisiasi kedalaman karakter yang dibutuhkan, sebagai gadis yang sedikit introvert dan dianggap aneh di lingkungannya.

Kesimpulan

Film ini tidak memiliki ketegangan yang memikat layaknya thriller terutama yang dikaitkan dengan gaya thriller khas Stephen King. Firestarter baru hanya unggul dalam efek ledakan api. Itu saja.

 

Director: Keith Thomas

Cast: Zac Efron, Ryan Keira Armstrong, Sydney Lemmon, Michael Greyeyes, Kurtwood Smith

Duration: 94 minutes

Score: 5.8/10

WHERE TO WATCH

The Review

Firestarter

5.8 Score

Seorang gadis kecil yang mempunyai kekuatan berbahaya sekaligus menjadi incaran agen-agen serta organisasi rahasia yang ingin memanfaatkan kekuatannya untuk menjadi senjata pembunuh massal.

Review Breakdown

  • Acting 6
  • Cinematography 6
  • Entertain 5
  • Scoring 6
  • Story 6
Exit mobile version