“You went through a lot there, didn’t you? You had to survive together,” – The Psychologist (Do Not Hesitate).
‘Do Not Hesitate’ adalah film thriller psikologi dari Belanda yang terpilih menjadi film opening dalam festival film internasional di Indonesia, Europe on Screen 2022. Film ini menceritakan bagaimana keadaan dan kondisi dari tiga tentara yang terjebak di tengah jalan di sebuah lingkungan yang asing dengan mobil mereka yang rusak, menunggu bantuan datang. Saat itulah kondisi mental dan fisik mereka diuji.
Jangan berharap akan banyak menemukan aksi layaknya film tentara lainnya. Sepanjang film, perasaan penonton dibawa naik dan turun tanpa jeda. ‘Do Not Hesitate’ menjadi film yang cukup penuh dengan gambaran kondisi psikologis para karakternya.
Sinopsis
Dimulai dari sekelompok tentara yang dalam perjalanannya mendapat hambatan karena ban mereka rusak. Dalam situasi yang menegangkan saat itu, mereka tidak sengaja menembak seekor kambing yang ternyata milik seorang anak laki-laki yang akhirnya menghampiri mereka dengan bahasa yang tidak mereka pahami.
Perjanjian dan uang tebusan telah diberikan oleh para tentara, namun, sang anak tetap ingin uang tebusannya ditambah. Namun, karena mereka tidak ada yang mengerti, jadi sang anak diabaikan, namun ia tetap berdiri dekat mereka, menunggu sesuatu yang tidak pasti.

Tiga dari mereka, Erik (Joes Brauers), Roy (Spencer Bogaert), dan Thomas (Tobias Kersloot), harus menunggu lebih lama disana hingga helikopter datang dan membawa mereka kembali, sedangkan yang lainnya mencoba kembali dengan berjalan kaki.
Saat itulah mereka mulai lebih memperhatikan sang anak dan memutuskan untuk menyandera sang anak agar ia diam. Sang anak yang terus mengoceh perlahan mempengaruhi kondisi psikis mereka yang sedang cemas karena bala bantuan tak kunjung datang. Apakah mereka berhasil selamat dan bagaimana akhirnya keadaan para tentara dan anak laki-laki tersebut?
Thriller psikologis yang kental
Sama seperti banyak film thriller psikologis lain, dalam ‘Do Not Hesitate’, sang karakter utama, Erik, mendapat lebih banyak empati dari para penonton atas keputusannya. Tentu, fokus terhadap Erik yang sering dan kuat pun membentuk sebuah perasaan dalam cerita yang menyamai Erik.

Saat pertama kali menghadapi sang anak yang sangat marah dengan mereka, ia tetap terlihat tenang, ia terlihat menganalisis, yang akhirnya juga membuat penonton mengikuti bagaimana perkembangan emosi dan perasaan Erik. Dari sinilah bagaimana akhirnya rasa cemas dan kepanikan yang muncul di dalam Erik, juga mempengaruhi penonton. Sang pemeran utama berhasil menyampaikan perasaan kepada penonton yang menghasilkan sebuah cerita psikologis yang kuat dengan membangun koneksi yang baik dengan penonton.
Hal ini menarik karena di dalam cerita, penonton disuguhkan sejak awal oleh bagaimana Erik berperilaku hingga akhirnya keadaan mengubah pandangan dan perilakunya. Ia yang diagung-agungkan akhirnya menyimpan rahasia besar yang cukup buruk bagi reputasinya. Seperti judulnya, jangan ragu-ragu untuk mengambil tindakan, Erik tidak ragu-ragu menentukan keputusan yang mungkin akan menghantuinya sepanjang hidupnya.
Tiga kepribadian berbeda dari para tentara

Walaupun sebetulnya ada banyak tentara yang terjebak saat itu, namun akhirnya hanya ada tiga yang difokuskan di film ini, Erik, Thomas, dan Roy. Mereka memiliki kepribadian yang berbeda yang akhirnya menunjukkan bagaimana mereka menghadapi masalah dan rintangan selama mereka terjebak maupun setelahnya.
Erik yang menyukai musik, terutama drum, bisa terbilang cukup dewasa dan memiliki tingkat kemanusiaan yang lebih tinggi dari dua yang lain. Erik yang juga pemeran utama, menunjukkan sifat-sifat awalnya, yang akhirnya perlahan berubah seiring rasa cemas dan ketakutan yang ia alami.
Roy, cenderung pendiam, tidak banyak mengundang perhatian, dan berpikiran realistis. Ia tidak mudah percaya ketika Erik dengan baik mengurusi sang anak yang lapar dan haus, namun tidak juga melarangnya. Namun dibalik pengendalian emosinya yang baik, Roy pada akhirnya menunjukkan bahwa ia tidak bisa terus menyembunyikan segalanya.

Sedangkan Thomas yang cukup nyentrik, menganggap hal yang terjadi pada mereka tidak perlu diseriusi dengan mengurus anak kecil yang tidak jelas asal dan tujuannya. Thomas menjadi anggota yang terlihat ceroboh dan konyol. Thomas sangat benci dengan sang anak laki-laki karena tidak kunjung pergi dari tempatnya yang cukup dekat dengan mereka.
Dari ketiga perbedaan ini, mereka menunjukkan bagaimana perbedaan dari keadaan mereka di awal dan akhir film, setelah deretan kejadian yang membuat mereka tertekan. Hal ini tentu juga sebagai penggambaran bagaimana keadaan psikologis seseorang yang tidak selamanya sama dan stabil. Terkadang ada hal-hal yang ditemui selama perjalanan, yang membuat awal akan tidak menghasilkan akhir sesuai rencana.
Kesimpulan

‘Do Not Hesitate’ tidak menampilkan sama sekali menampilkan bagaimana film aksi semestinya yang memiliki kejar mengejar, perang, perkelahian hebat, atau bahkan aksi-aksi ketentaraan yang spesifik. Ceritanya sangat mudah diterima oleh para penonton yang tidak mengetahui latar belakang apa yang terjadi di daerah konflik, karena sebetulnya, penonton hanya dihadapkan pada pertarungan batin dari para tentara yang terjebak, terutama Erik. Cerita yang apa adanya dengan realita, membuat ‘Do Not Hesitate’ memberikan kesan yang baik bagi penonton.
Director: Shariff Korver
Cast: Joes Brauers, Spencer Bogaert, Tobias Kersloot, Omar Alwan
Duration: 91 minutes
Score: 6.4/10
WHERE TO WATCH
TBA
The Review
Do Not Hesitate
Tiga tentara terjebak di tengah jalan di sebuah lingkungan yang asing dengan mobil mereka yang rusak, menunggu bantuan datang. Saat itulah kondisi mental dan fisik mereka diuji. Jangan berharap akan banyak menemukan aksi layaknya film tentara lainnya. Sepanjang film, perasaan penonton dibawa naik dan turun tanpa jeda. ‘Do Not Hesitate’ menjadi film yang cukup penuh dengan gambaran kondisi psikologis para karakternya.