Review Delicious (2021)

Kisah Koki Bangsawan yang Memilih Membangun Usaha Restoran Pertamanya pada Abad ke-18.

“Aku hanya ingin membuat masakan dengan bebas, tanpa diperintah untuk masak ini dan itu,” – Pierre Manceron (Delicious).

 

Hai Cilers! Siapa yang menggemari film dengan kisah juru masak di dalamnya? Atau ada yang penasaran soal kapan dan bagaimana proses rumah makan berbentuk restoran pertama kali dibentuk? Semua jawaban tersebut akan terjawab melalui film Prancis terbaru berjudul ‘Delicious’.

‘Delicious’ atau juga disebut ‘Délicieux’ menceritakan tentang keinginan seorang koki untuk membangun restoran pertama di Prancis. Film ini juga menyajikan alur cerita dengan tema klasik dan suasana vintage awal abad ke-18.

Film ini berhasil meraih nominasi di ajang Cesar Awards ke-47 untuk kategori Best Costume Design dan Best Production Design dan International Film Music Critics Award 2022. Saat ini, ‘Delicious’ bisa disaksikan melalui layanan streaming KlikFilm.

Sinopsis

Berlatar pada masa sebelum revolusi Prancis yakni sekitar abad ke-18, ‘Delicious’ mengisahkan tentang seorang koki handal bernama Pierre Manceron (Gregory Gadebois) yang dipecat oleh atasannya, seorang Duke yang sombong bernama Duke of Chamfort (Benjamin Lavernhe), karena menolak untuk meminta maaf.

Kala itu ia hanya berinovasi pada hidangannya yang tetap lezat, namun karena rasa inisiatif tersebut yang membuat dirinya dikritik hingga berujung perintah untuk meminta maaf. Ketika pulang ke kampung halamannya, Pierre bertemu dengan seorang wanita misterius bernama Louise (Isabelle Carré) yang meminta untuk diajari memasak.

Dengan bantuan putranya yang bernama Benjamin (Lorenzo Lefèbvre) dan Louise yang menjadi muridnya, mereka mengambil sebuah penginapan di pinggir jalan yang sudah cukup rusak. Lalu saling bekerjasama untuk membuat sebuah restoran dengan konsep baru yang berbeda.

Meski banyak rintangan yang harus dihadapi, terutama kelabilan Pierre yang ternyata masih ingin kembali bekerja sebagai juru masak di istana, namun akhirnya mereka bisa mendirikan restoran dengan cita rasa makanan khas seorang Pierre Manceron.

Kisah awal mula berdirinya restoran

Mengambil latar di abad ke-18, film ini menceritakan tentang bagaimana ide restoran terbentuk, konsep apa yang digunakan, bagaimana cara menjamu pelanggan, serta memberikan hidangan sesuai dengan pesanan pelanggan.

Pada saat itu, restoran hanya berbentuk sebuah pondok kecil yang dikunjungi oleh para pelancong yang ingin mengisi perutnya. Makanan yang disajikan pun terbilang sederhana karena memanfaatkan bahan baku disekitar tempat tersebut.

© Samuel Goldwyn Films

Makanan yang kerap kali dihidangkan ialah kaldu, karena selain menyehatkan dan menghangatkan proses pembuatannya pun tergolong mudah dan soal rasa tergantung siapa yang memasaknya.

Selain itu, kebanyakan para masyarakat dalam film ini masih dilanda kelaparan dan kebingungan perihal makanan serta bahan pangan sehingga membuat beberapa diantaranya menjarah para resto kecil untuk mengambil roti buatan sang juru masak.

Hal tersebut juga akan diperlihatkan, bagaimana para penduduk sekitar yang berada didekat tempat tinggal Pierre, kerap kali mencuri bahan pangan yang sedang dijemur. Namun, karena ia tidak menyukai keributan maka yang dilakukan hanya berdiam diri.

© Samuel Goldwyn Films

Pierre membangun restorannya bersama dengan sang anak dan muridnya yang bernama Louise, mereka membuat terobosan baru dengan memperluas bangunan yang mereka tinggali, serta menambah meja dan kursi untuk pelanggan.

Mereka juga mengaturnya dengan jarak yang tak terlalu dekat dengan konsep privasi, selain itu mereka mulai menulis menu masakan apa saja yang ada dalam restoran yang mereka kelola. Lalu pelayanan para tamu yang dibuat secara personal dan hidangan yang disajikan secara bertahap agar menambah nilai plus dimata pelanggan.

Kesenjangan sosial perihal cita rasa makanan

Pada awalnya, film ini memang sedikit membingungkan karena kalau kamu sudah membaca sinopsisnya terlebih dahulu maka ekspetasi kamu tentang juru masak yang berfokus membangun karirnya melalui restoran.

Tapi, sajian cerita ini bermula dengan sistem yang dianut kala itu, yakni hanya kalangan atas yang berhak memakan hidangan mewah yang memiliki cita rasa melimpah serta dimasak oleh koki yang berpengalaman dan handal.

© Samuel Goldwyn Films

Kesenjangan ini begitu terlihat, bagaimana masyarakat kelas bawah yang hanya bisa menikmati makanan berupa roti dan kaldu sebagai makanan sehari-hari mereka. Berbeda jauh dengan kalangan atas yang memilih menu makanan berbeda setiap harinya.

Bahkan Pierre pun pernah diremehkan karena memilih membuka sebuah restoran yang mengharuskannya memasak lebih banyak untuk para pelanggan yang bukan hanya dari kalangan atas, tapi ada kalangan menengah serta kalangan bawah.

© Samuel Goldwyn Films

Apalagi sebelumnya, Pierre adalah juru masak di sebuah istana dan hal tersebut merupakan hinaan baginya karena dianggap turun derajat untuk melayani semua orang yang bukan dari bangsawan. Oleh sebab itu, Pierre ingin menunjukkan bahwa dengan hadirnya restoran bukan untuk merendahkan derajatnya, tapi sebaliknya.

Sajian cerita klasik dengan dukungan visual yang apik

Film ini memiliki visualisasi yang indah, dengan warna dan detail-detail pendukung lainnya yang menampilkan suasana abad ke 18, seperti kostum, make up, tampilan rumah, lingkungan, gaya rambut dan kendaraan yang digunakan.

© Samuel Goldwyn Films

Dengan vibes klasik yang kental, film ini seperti membawa kita ke masa itu. Makanan-makanan yang ditampilkan dalam film pun beragam dan menggugah selera, tidak lupa juga memperhatikan estetikanya.

© Samuel Goldwyn Films

Meski menghadirkan kisah dengan tema abad ke-18, namun sang sutradara tak luput menambahkan visual yang apik serta memperhatikan elemen-elemen tambahan yang menghasilkan tampilan memukau baik dari segi pemandangan alam maupun detail ekspresi dan sisi emosional pemain.

Kesimpulan

Secara keseluruhan ‘Delicious’ berhasil menyajikan cerita klasik yang dibalut dengan dukungan visual apik, yang mengisahkan tentang perjuangan juru masak pada abad ke-18. Film tersebut juga memberikan motivasi bagi para penonton yang sedang berada difase ingin memulai sesuatu yang baru dengan modal keinginan, keluarga yang mendukung dan kemampuan yang dimiliki.

Meski konflik yang ada terasa minim dan sisi emosional dari para pemeran masih terbilang kurang kuat, namun alur cerita yang ditampilkan Eric Besnard secara runut dan konsisten bisa menanggalkan sedikit kekurangan tersebut.

Bagi kamu yang menyukai kisah-kisah klasik dan perjuangan yang divisualkan menjadi sebuah film, maka ‘Delicious’ wajib menjadi salah satu tontonan yang harus kamu tonton baik sendiri maupun bersama para kerabat terdekat.

 

Director: Eric Besnard

Casts: Gregory Gadebois, Isabelle Carre, Benjamin Lavernhe, Guillaume de Tonquedec

Duration: 116 minutes

Score: 7.2/10

WHERE TO WATCH

The Review

Delicious

7.2 Score

Mengisahkan tentang seorang koki handal bernama Pierre Manceron (Gregory Gadebois) yang dipecat oleh seorang Duke sombong bernama Duke of Chamfort (Benjamin Lavernhe), karena menolak untuk meminta maaf. Kala itu ia hanya berinovasi pada hidangannya yang tetap lezat, namun karena rasa inisiatif tersebut yang membuat dirinya dikritik. Usai kejadian itu, ia memutuskan untuk mendirikan restoran agar bisa memasak dengan bebas.

Review Breakdown

  • Acting 7
  • Cinematography 7.5
  • Entertain 7
  • Scoring 7
  • Story 7.5
Exit mobile version