Review All The Old Knives (2022)

Thriller Spionase yang Melibatkan Dua Mantan Kekasih

“Power comes from money. When a man cannot get money power, he will then reach for violent power,” – M. Dudayev (All The Old Knives).

 

‘All the Old Knives’ adalah film bergenre thriller spionase yang didukung oleh artis ternama Hollywood, seperti Chris Pine, Thandie Newton, Laurence Fishburne dan Jonathan Pryce.

Film ini dapat disaksikan melalui Amazon Prime dan merupakan adaptasi novel berjudul sama buah karya dari Olen Steinhauer yamg uniknya juga menulis skenario film ini. Sementara itu Chris Pine pun belum lama ini membintangi film bergenre sama berjudul ‘The Contractor’.

Sinopsis Film

Ketika CIA menemukan salah satu agennya membocorkan informasi yang menyebabkan tewasnya semua awak pesawat dan penumpang dalam peristiwa pembajakan pesawat yang dilakukan teroris di bandara Wina, Austria.

Maka Henry Pelham (Chris Pine) pun diutus untuk mencari tahu pelakunya dan penyelidikannya itu membawanya dari Austria ke London, Inggris hingga ke California, Amerika Serikat, di mana dia bertemu kembali dengan mantan rekan sekaligus juga mantan kekasihnya, Celia Harrison (Thandie Newton).

Banyak bicara dan sedikit aksi

‘All the Old Knives’ memiliki elemen khas film thriller tradisional dan sekaligus juga memiliki plot cerita kisah cinta yang tragis. Kisah tentang dua karakter yang memiliki kasih sayang untuk satu sama lain dan kesetiaan yang mereka miliki untuk negara mereka. Ini adalah kisah cinta segitiga antara pria, wanita dan negara mereka.

Situasi ini sedikit mengingatkan kita akan sebuah pepatah lama, jangan memadukan bisnis dengan kesenangan.

© Amazon Prime

Cerita ini berkisah tentang mata-mata yang terluka dan sekaligus mantan kekasih yang bertemu bertahun-tahun kemudian untuk mencoba menemukan siapa yang mengkhianati dalam operasi pembebasan sandera yang gagal di Wina. Tidak seperti The Contactor, film thriller spionase lainnya dari Chris Pine, All the Old Knives tidak mengandalkan aksi dan kejar-kejaran untuk ketegangannya.

Bahkan film ini bermain lebih seperti cerita detektif dalam novel-novel karangan Agatha Christie yang lekat dengan nuansa whodunit, dengan banyak misteri dan bahkan lebih banyak bicara. Satu-satunya aksi yang kita dapatkan adalah melalui adegan kilas balik yang menempatkan kita di pesawat itu selama drama pembajakan.

Reuni dan interogasi

© Amazon Prime

Pada hari pembajakan, Henry dan Celia yang jatuh cinta berencana untuk tinggal bersama, tetapi setelah kejadian pembajakan itu, Celia mengemasi barang-barangnya dan menghilang di malam hari tanpa mengucapkan perpisahan kepada Henry. Saat ini, Celia telah meninggalkan agensi dan membangun sebuah keluarga di California.

Henry bertemu dengannya di sebuah restoran di dekat rumahnya, pada awalnya mereka mengenang masa lalu selama makan malam yang santai. Kemudian Henry mengungkapkan alasan sebenarnya di balik kunjungan tersebut.

Dia baru-baru ini menemukan bahwa seseorang dari tim mereka memberikan informasi orang dalam kepada teroris selama pembajakan pesawat mematikan yang merenggut nyawa semua orang di dalamnya.

Henry mencoba untuk mengorek dari Celia apakah dia ada hubungannya dengan kebocoran di kantor lama mereka yang menyebabkan peristiwa mengerikan tersebut terjadi.

Ini merupakan bagian reuni sepenuh hati dan juga bagian interogasi yang rumit. Januzs Metz dengan secara perlahan mengeksplorasi pertumbuhan kecurigaan antara dua karakter yang pernah menikmati keintiman yang membahagiakan.

Restoran dan masa kini

© Amazon Prime

Dan sebagian besar film ini berlangsung di restoran,di mana makan malam yang emosional dan tegang diselingi juga dengan seringnya adegan kilas balik pada hari pembajakan untuk melihat bagaimana pembajakan berlangsung dari berbagai perspektif.

Di balik semuanya itu, film ini banyak “diatur’ dalam pola waktu masa kini, garis waktu yang bergerak bolak-balik antara masa kini dan masa lalu yang begitu sering itu pun cukup menganggu alur cerita yang sedang berlangsung.

Dan mengurangi ketegangan yang pada awalnya telah berhasil dengan baik dibangun. Tapi di balik lompat-lompatan waktu itu hal-hal terungkap secara bertahap, memberikan informasi sedikit demi sedikit tentang siapa yang melakukan, apa dan kapan.

Eksplorasi emosi yang kompleks

© Amazon Prime

Keberhasilan ‘All the Old Knives’ bertumpu pada chemistry antara Newton dan Pine yang memerankan dengan baik dua orang yang pernah jatuh cinta dan mungkin masih saling mencintai. Tapi mereka juga menyadari bahwa waktu bersama mereka tidak akan pernah bisa terulang kembali.

Masa lalu akan kembali menghantui mereka karena tidak seperti kebanyakan mantan pasangan, perpisahan mereka yang tidak terhindarkan didorong oleh insiden terorisme internasional yang berakibat fatal.

Kinerja Newton pun cukup sukses sebagai karakter yang pandai menyimpan rapi emosinya, sedang Pine pun cukup lumayan tampil sebagai agen veteran yang terkendali emosinya.

Sayangnya Pine tidak cukup mampu menampilkan kedalaman emosi yang kompleks yang dituntut di sini, tapi Newton dan Pine benar-benar saling melengkapi dalam mengeksplorasi karakter yang mungkin tidak seperti terlihat sebenarnya.

Metz pun dalam beberapa adegan hanya membiarkan wajah mereka memenuhi layar dalam bidikan kamera close-up yang ekstrim dan membiarkan emosi mereka berbicara di mana mereka hanya menikmati makanan sambil menatap satu sama lain.

Emosi yang tampak pada wajah mereka seakan dipenuhi oleh tahun-tahun penyesalan, kehilangan dan cinta.

Kesimpulan

Jika anda lebih menyukai ketegangan yang didorong oleh dialog daripada adu senjata dan aksi, ‘All the Old Knives’ layak untuk ditonton.

 

Director: Jaus Metz

Cast: Chris Pine, Thandie Newton, Jonathan Pryce, Laurence Fishburne, Orli shuka, Corey Johnson, David Dawson, Gala Gordon

Duration: 102 minutes

Score: 6.4/10

WHERE TO WATCH

The Review

All the Old Knives

6.4 Score

Henry Pelham (Chris Pine) diutus untuk mencari tahu pelaku yang membocorkan informasi CIA sehingga menewaskan banyak orang di sebuah pesawat. Penyeledikan tersebut membawanya dari Austria ke London, Inggris hingga ke California, Amerika Serikat, di mana dia bertemu kembali dengan mantan rekan sekaligus juga mantan kekasihnya, Celia Harrison (Thandie Newton).

Review Breakdown

  • Acting 7
  • Cinematography 6
  • Entertain 6
  • Scoring 6
  • Story 7
Exit mobile version