Review Chupa (2023)

Saat Representasi Chupacabra Berubah Jadi Lebih Bersahabat dalam Sebuah Film Keluarga

chupa ed4

© Netflix

“Chupacabras doesn’t exist, it’s a fairy tale,” – Uncle Chava (Chupa)

Netflix baru-baru ini merilis Chupa, sebuah film tentang Chupacabra, makhluk mitologi bersayap pengisap darah ternak di sebagian wilayah Amerika. Buat kita yang mengalami era 80-an, film ini akan membawa kita bernostalgia ke masa-masa itu. Masa di mana film anak-anak memperoleh tempatnya dan banyak film digarap secara serius, di antaranya bahkan menjadi film terbaik di eranya. Sebut saja E.T. the Extra Terrestrial (1982) atau Gremlins (1984).

Tapi kali ini kita akan melihat interpretasi terbaru dari Jonas Cuaron, anak dari sutradara legendaris Alfonso Cuaron. Sebelumnya Jonas juga terlibat dalam penulisan Gravity (2013) yang saat itu disutradarai ayahnya. Tapi dalam Chupa, Jonas tampaknya ingin kembali ke masa-masa emas era 80-an, dan membawa memori masa itu lewat film anak-anak yang menghibur. Jarang sekali sekarang kita menjumpai film semacam ini di pasaran, dan dahulu Steven Spielberg menjadi pioneer sejumlah film yang telah disebut di atas.

Sinopsis

Berlatar di San Javier, Meksiko pada tahun 1996, sejumlah orang menemukan seekor anak Chupa/Chupacabra yang sedang berada dalam sarangnya. Anak Chupa itu lantas diselamatkan ibunya sebelum ditangkap Richard Quinn (Christian Slater), ilmuwan berbahaya yang ingin menangkap hewan tersebut untuk diambil darahnya demi kekuatan.

© Netflix

Sayang, induk Chupa itu berhasil kabur namun sang anak terlepas dari genggamannya. Dari situ kisah akan beralih ke Kansas City, saat Alex (Evan Whitten), anak pemalu berusia 13 tahun akan terbang ke Meksiko untuk bertemu keluarga besarnya untuk pertama kalinya. Di sana ia bertemu dengan kakeknya dan mantan juara gulat ala Meksiko atau lucha libre bernama Chava (Demián Bichir), sepupunya Memo (Nickolas Verdugo) yang terobsesi dengan gulat, dan sepupu perempuannya Luna (Ashley Ciarra) yang tak kenal takut.

Tetapi ketika Alex mulai betah di tempat itu, dia menemukan anak Chupa yang menghilang itu di bawah gudang kakeknya. Tak lama Richard mengetahui keberadaan Chupa itu dan mulai mengejar anak Chupa itu bersama timnya. Berhasilkah ia mengejar Chupa itu?

Visualisasi Chupa yang lucu dan penuh warna

Selama ini tak ada yang tahu bagaimana wujud asli chupacabra dan warna sebenarnya. Menurut beberapa sumber, gambaran fisik chupacabra tidaklah sama di beberapa negara. Ada yang menggambarkannya sebagai reptil dan mirip alien (di Puerto Rico dan Amerika Latin), umumnya sebagai makhluk seukuran beruang kecil dengan deretan duri yang menjulur dari leher hingga pangkal kaki hingga ekor. Yang lain menggambarkannya lebih mirip anjing.

Dalam film ini, Jonas menggambarkan sosok ini ke versi terakhir dengan menggunakan palet warna versinya sendiri ke sosok Chupa yang lebih ramah untuk anak-anak. Palet coklat muda berbulu sebagai warna dasar dengan aksen bulu kebiruan, mempunyai sayap dengan muka bak anjing yang ramah tentunya akan mempermudah film ini untuk disukai anak-anak.

Narasinya mudah dicerna anak-anak

© Netflix

Kisah Chupa tidaklah rumit, narasinya sangat khas film anak-anak era 80-an yang menekankan interaksi personal antara sang makhluk dengan pemeran utamanya. Tentu saja disertai petualangan antara Alex dan sepupunya, juga aksi kejar-kejaran merupakan hal wajib yang bisa kita jumpai di film seperti ini. Selain mudah dicerna, Chupa sangat terasa sekali nuansa Meksiko-nya. Seakan menegaskan kalau Chupacabras berasal dari negara tersebut, sekaligus menekankan kepada Alex yang sangat membenci tanah kelahiran almarhum ayahnya untuk kembali bisa mencintainya lagi lewat kakek dan sepupunya.

Karakterisasi peran tidak semuanya pas

Secara keseluruhan film ini memang tidak sebagus pendahulunya yang mempunyai dialog dan emosi yang dalam antara karakter utama dengan makhluknya. Evan Whitten yang berperan sebagai Alex masih terlihat kaku dalam perannya sebagai Alex. Peran lebih menarik justru diperlihatkan kedua sepupunya, Memo (Nickolas Verdugo) dan Luna (Ashley Ciarra).

Demián Bichir yang biasanya tampil serius di banyak filmnya, berhasil memerankan sosok kakek yang juga mantan pemain gulat Meksiko. Kehadirannya memberi kehangatan dan menjadi sosok sentral bagi Alex untuk menjadi lebih baik. Peran tidak pas diperlihatkan oleh Christian Slater yang berperan sebagai Richard Quinn. Ia terlihat “terlalu manis” untuk muncul sebagai villain. Karakternya yang baby face dari zaman dulu, memang agak susah menjadi sosok orang jahat yang bengis dan kejam. Kekejamannya praktis hanya muncul dari dialog yang dilontarkannya, bukan dari fisik, gestur dan pembawaannya.

Kesimpulan

© Netflix

Kehadiran Chupa sangatlah menghibur, terutama buat mereka yang menyukai film anak-anak era 80-an yang hangat dan penuh kekeluargaan. Kesederhanaan ceritanya juga membuat film seperti ini cocok ditonton oleh segala usia. Kekurangannya juga sangat minor, dan menarik melihat petualangan anak-anak dengan binatang mitologi yang disulap menjadi binatang peliharaan di rumah. Chupa sangat pas mengisi ceruk yang selama ini jarang dijamah para sineas film, khususnya untuk film anak-anak.

 

Director: Jonas Cuaron

Cast: Demian Bichir, Christian Slater, Evan Whitten, Nickolas Verdugo, Ashley Ciarra

Duration: 95 Minutes

Score: 6.6/10

WHERE TO WATCH

The Review

Review Chupa (2023)

6.6 Score

Kemunculan Chupacabra di Meksiko memicu sejumlah orang jahat yang ingin menangkapnya. Namun, kehadiran Alex dan keluarganya mampu membuat Chupa merasa aman dari kejaran orang jahat tersebut

Review Breakdown

  • Acting 6
  • Cinematography 7
  • Entertain 7
  • Scoring 7
  • Story 6
Exit mobile version