Review Kotaro Lives Alone (2022)

Kotaro dan Kesendiriannya Tanpa Sosok Orang Tua

“Even if you cry, I shall not dislike you. It’s okay to cry.” – Kotaro Sato (Kotaro Lives Alone).

 

Salah satu tayangan terbaru Netflix yang mampu menghangatkan akhir minggu telah tayang 10 Maret 2022 kemarin. ‘Kotaro Lives Alone’ yang merupakan adaptasi dari manga dengan judul serupa kini telah hadir bersama sepuluh episode yang terdiri dari beberapa skets dengan genre drama.

Tahun lalu, live action ‘Kotaro Lives Alone’ telah mendapatkan tempat di Netflix. Meski rating tidak begitu melejit, namun anime yang disutradarai oleh Makino Tomoe ini mendapatkan ruang tersendiri di hati penontonnya.

Mengusung tema kesendirian, ‘Kotaro Lives Alone’ menggambarkan kondisi sebuah ‘keluarga’ tanpa adanya hubungan darah. Orang-orang yang berteman dengan kesendirian perlahan-lahan saling menemukan karena kehadiran Kotaro di tempat tinggal mereka.

Anime ini menjaminkan suasana hangat, penuh haru dan dikemas lewat jalan cerita sederhana yang mudah ditelan dan dicerna.

Minggu yang panjang dan melelahkan akan terobati oleh tayangan penuh dengan kebaikan ini.

Sinopsis

Kotaro Sato (Rie Kugimiya) adalah seorang bocah yang baru saja pindah ke apartemen Shimizu dan menempati kamar nomer 203. Sebenarnya di apartemen tersebut tidak memperbolehkan seorang anak kecil menyewa kamar, namun karena Kotaro memiliki uang yang cukup sang pemilik pun menerimanya.

© Netflix

Suatu hari, Kotaro memutuskan untuk mengunjungi lima tetangganya dengan membawa hadiah berupa sekotak tisu. Ia berkenalan dengan seorang pria bernama Shin Karino (Yu Yokoyama), seorang penulis manga yang tidak populer.  Kehadiran Kotaro di apartemen ini sempat membuat Shin Karino bingung karena bertentangan dengan aturan yang berlaku. Dia pun merasa bahwa Kotaro hanya seperti anak kecil kebanyakan yang akan mengganggunya.

Namun, lambat laun Shin pun mulai menerima Kotaro yang ternyata lebih dewasa dari usianya. Kotaro mampu belanja sendiri, mandi ke pemandian sendiri, bahkan membantu para orang dewasa di lingkungannya. Hal itu lah yang membuat Kotaro mudah diterima disana dan memiliki banyak kenalan baru.

Seiring berjaannya waktu, Kotaro pun mulai terbiasa hidup sendiri walau ternyata ia memiliki masa lalu yang menyedihkan.

Kisah seorang anak yang (mungkin) bukan untuk anak-anak

© Netflix

Jangan tertipu dengan artstyle kekanakan dan desain karakter imut-imut ini, Kotaro tidak dilahirkan untuk anak-anak. Tidak sepenuhnya begitu juga sih, namun kalian bisa mengerti dengan kondisi Kotaro jika kalian adalah orang dewasa.

Mungkin sekilas anime ini nampak seperti anime kekeluargaan lain layaknya Kobo-Chan atau Chibi Maruko-chan. Nyatanya, Kotaro lah yang menjadi ‘orang dewasa’ bagi para ‘orang dewasa.

Kotaro yang tinggal sebatang kara tumbuh menjadi sesosok anak mandiri, disiplin, bahkan lebih peka ketimbang orang dewasa di sekitarnya. Dia dapat berbelanja sendiri, membersihkan rumahnya bahkan mengurus orang lain.

Semua itu Kotaro dapat dari memperhatikan perilaku orang dewasa di sekitarnya dan juga pelajaran moral dari Tonosaman, toko kartun yang ia gemari. Meski begitu, Kotaro tetaplah seorang bocah berusia 4 tahun. Dia seringkali digambarkan meniru tokoh kartun kesukaanya, menyukai hadiah, dan senang bermain dengan orang lain.

Kematangan karakterisasi Kotaro, dan setiap karakter lain, perlu mendapat apresiasi lebih karena berhasil menggambarkan kondisi mentalitas tiap karakter tanpa banyak hardcover.

Meski Kotaro digambarkan setegar karang, namun melihat seorang anak berkata, “Aku tidak suka menangis,” ketika terjatuh, atau memahami ciri-ciri seseorang yang baru saja menangis semalaman membuat hati teriris.

Jika kalian adalah seorang dewasa dan menonton anime ini, kalian pasti paham mengapa Kotaro mengencangkan volume TV saat menonton kartun malam-malam agar dapat tidur.

Atau belajar tersenyum palsu untuk menyenangkan hati orang lain. Atau bahkan lebih mengutamakan kandungan bahan sebuah prosuk daripada kemasan yang imut.

Jika kalian adalah seorang dewasa dan menonton anime ini, maka bersiap-siaplah kena pukul ucapan-ucapan Kotaro dan mulai berhenti sejenak untuk sekedar memperlakukan diri sendiri sebaik mungkin sebagaimana kalian memperlakukan orang lain.

Gambar sederhana yang bikin hangat

© Netflix

Jika kalian merupakan penonton anime lawas bertema keluarga seperti Chibi Maruko-chan, Crayon Shin-chan, atau Tamada-kun, visual dari ‘Kotaro Lives Alone’ ini pasti bakal mengingatkan kalian akan anime-anime tersebut.

Dengan desain karakter sederhana dan memakai teknik blok untuk coloring, anime ini sangat mudah untuk langsung dikategorikan ke dalam tema-tema serupa. Warna yang dipakai pun nyaris netral. Kita langsung dapat mengetahui apa profesi seorang tokoh tanpa harus menunggu latar belakangnya diceritakan.

Misal seperti Pak Tamaru yang berpenampilan ala yakuza dengan jas totol dan kacamata hitam. Atau seperti Karino yang seorang mangaka dan hidup seorang diri.

Kesederhanaan inilah yang membuat suasana dan mood dari ‘Kotaro Lives Alone’ menjadi lebih hidup tanpa harus membuatnya berlebihan. Karakter yang bagus tidak selamanya harus terlihat cantik dan proposional. Terasa longlast dan orisinal saja sudah lebih dari cukup.

Penyampaian pesan lewat metafora unik

© Netflix

Ada satu adegan yang lumayan menggelitik sekaligus mengharukan di saat bersamaan. Adegan itu berawal saat Kotaro selalu gagal menangkap bola dan dia pun diajari oleh Karino agar dapat berhasil melakukannya.

Saat sedang berlatih, Karino menyadari bahwa Kotaro tidak mau menghindari bola meskipun berkali-kali wajah nya terbentur, ia pun tidak mau melempar karena merasa takut bolanya tidak ditangkap.

Dari situlah muncul dialog seperti ini:

“Bukankah kau bilang bola seperti bahasa? Bukankah menyakitkan melempar bola pada seseorang yang tidak mau menangkapnya?”

“Mungkin menyakitkan. Tapi jika kamu tidak melempar bola, maka tidak ada yang akan paham.”

Percakapan soal lempar tangkap bola menyampaikan sebuah pesan untuk berani mengatakan apa yang sebenarnya kamu rasakan. Tidak apa-apa jika tidak ada balasan, karena paling tidak, suaramu didengar oleh seseorang.

Dalam ‘Kotaro Lives Alone’ teknik metafora ini seringkali dilakukan. Entah dengan media balon, kotak bekal, bahkan memancing udang galah.

Lagi-lagi, ‘Kotaro Lives Alone’ tidak menggurui sama sekali tentang bagaimana caranya menjadi orang dewasa. Anime ini hanya mengingatkan kita untuk tidak melupakan little good deeds di dunia orang dewasa yang kejam.

Perkembangan karakter lain

© Netflix

‘Lives Alone’ ternyata tidak semata-mata dipakai untuk menggambarkan kehidupan Kotaro saja. Tiga orang dewasa lain yang tinggal bersamanya di flat kumuh memiliki kesendirian masing-masing. Mereka pun memiliki alasan mengapa mereka memilih sendiri, sama seperti Kotaro.

Shin Karino merupakan mangaka yang karyanya enggak berkembang sama sekali. Mizuki adalah seorang gadis penghibur di bar yang terjebak hubungan toxic dengan kekasihnya. Tamaru sendiri sering dianggap preman karena penampilannya, selain itu dia tidak dapat bertemu dengan sang anak setelah bercerai.

Kotaro pun datang dan mengisi bilik-bilik itu dengan tingkahnya yang polos dan unik karena tidak seperti anak kecil kebanyakan. Dari kepolosan dan kemurnian hati Kotaro, para orang dewasa ini pun tergerak untuk bisa menjadi versi terbaik dari diri mereka.

Meski tidak didukung skoring yang apik, nyatanya adegan perkembangan tiap karakter di anime ini masih terasa amat impactful dan menjadi nyawa utama dari keseluruhan cerita.

Kesimpulan

Mungkin kita tidak akan mengingat lagu opening dan ending dari ‘Kotaro Lives Alone’, namun kita tidak akan mungkin lupa dengan kisah yang ia bawa bersama karakter lain.

‘Kotaro Lives Alone’ adalah jenis anime yang akan mendapat tempat di hati penontonnya meski tidak semegah anime musim semi lain.

Dengan kesederhanaan dan gaya bercerita slowburn, ‘Kotaro Lives Alone’ akan jadi santapan yang tepat ketika sedang bosan melihat perkelahian ataupun konflik rumit di anime lain.

Interaksi antar para karakter yang memiliki latar berbeda mampu memberikan kehangatan. Visualnya mungkin akan membawa para orang dewasa ke masa kanak-kanak, ketika TV masih dipenuhi dengan anime bernuansa kekeluargaan dengan animasi cerah.

Andaikan anime ini adalah sebuah hidangan, mungkin ‘Kotaro Lives Alone’ bukanlah menu utama yang akan selalu dicari semua orang.

Namun, dia dapat menjadi sup pembuka untuk melepas penat dan meningkatkan selera makan sekaligus penyembuh sebelum kembali melahap hidangan yang lebih berat.

 

Director: Makino Tomoe

Cast: Rie Kugimiya, Toshiki Masuda, Junichi Suwabe, Saori Hayami, Yumiri Hanamori

Episodes: 10 Episodes

Score: 7.6/10

WHERE TO WATCH

The Review

Kotaro Lives Alone

7.6 Score

Kotaro Sato adalah seorang bocah yang baru saja pindah ke apartemen Shimizu dan menempati kamar nomer 203. Dia tinggal sendirian tanpa orang tua dan kerabat. Di apartemen itu Kotaro pun bertemu dengan para orang dewasa yang sama-sama sendiri. Lewat kisah-kisah yang manis dan menyentuh, Kotaro akan mengajarkan kita tentang apa itu menjadi dewasa.

Review Breakdown

  • Character 8
  • Drawing 7
  • Scoring 6
  • Story 9
  • Entertain 8
Exit mobile version