Gejolak masa muda begitu mudah dirasakan oleh para penonton ketika menyaksikan tingkah Gojo dan Marin dalam anime ‘My Dress Up Darling’.
Tentu saja hal ini tidak lepas dari peran karakterisasi keduanya yang dinilai relatable oleh penonton. Mengusung tema stanger to lover, ‘My Dress Up Darling’ enggak serta merta membuat keduanya jatuh cinta hanya karena sering bersama. Hubungan Gojo dan Marin yang didasari rasa saling membutuhkan karena hobi mereka yang dianggap aneh, membuat dua orang muda mudi ini belajar untuk saling mengerti dan menghargai.
Konsep yang sesederhana itu nyatanya mampu membuat para penonton terenyuh, karena memang sebuah penghargaan pada kesukaan orang lain mahal harganya. Apalagi banyak di sekitar kita yang seringkali hobby-shamming dan mematikan karakter seseorang hanya karena dia berbeda.
Mungkin untuk sebagian orang yang belum menonton, ‘My Dress Up Darling’ hanya sekedar hasil halu seorang wibu yang ingin punya waifu secantik dan sebaik Marin. Namun ketika mereka sudah melahap beberapa episodenya, anime yang bertahan di ranking pertama Spring 2022 selama berminggu-minggu ini berhasil mengubah pandangan tersebut.
Kira-kira kenapa ya dua karakter ini begitu berpengaruh?
Marin dan Ambisi Menggebunya
Setiap orang pasti memiliki fase remajanya masing-masing. Di fase ini lumrah bagi seseorang untuk memiliki sebuah hobi dan benar-benar menekuninya. Seperti Marin dan game bishouge. Meski bagi kebanyakan orang permainan vulgar begitu tidak pantas dimainkan oleh seorang wanita, bahkan sampai diidolakan, Marin terang-terangan melawan perspektif tersebut.
Marin mengingatkan kita akan masa remaja yang dipenuhi keinginan-keinginan dan semangat untuk melaksanakannya. Baik dari yang masuk akal sampai yang tidak. Dia tidak sungkan untuk menceritakan anime dan game favoritnya dan memperlihatkan pada orang lain betapa dia menyukai mereka.
Antusiasme dari Marin tidak serta merta membuatnya seperti fans fanatik, meski di beberapa kesempatan Marin terlihat memaksa Gojo untuk mengentaskan ambisi sendiri, namun gadis ini akan belajar untuk membiarkan Gojo bernapas sebentar.
Dia juga tidak memanfaatkan kemampuan Gojo untuk bersinar sendiri, Marinlah yang membuat Gojo yakin untuk mulai memperlihatkan bakatnya ke hadapan orang banyak dan tidak membuat laki-laki itu merasa berbeda.
Gojo dan Ketekunanya dalam Menjalani Hobi
Mungkin bagi sebagian orang hobi hanyalah kegiatan sampingan di tengah kesibukan sehari-hari, namun bagi Gojo Wakana hobi telah berkembang menjadi passion. Gojo tidak sekedar menyukai boneka Hina. Gojo benar-benar menyukainya hingga ia memiliki mimpi untuk membuat boneka tercantik seperti yang pernah kakeknya buat.
Gojo sama seperti Marin, dia berambisi dan memiliki semangat atas sesuatu yang dia sukai. Namun, Gojo memilih untuk menyembunyikannya akrena dia pernah diejek karena menyukai boneka padahal dia adalah seorang laki-laki. Dari situ Gojo bertekad untuk menyembunyikan sesuatu yang dia sukai.
Padahal, ketika Gojo mulai membuat boneka dia terlihat seperti seseorang yang lain. Gojo perfeksionis dan benar-benar paham akan sesuatu yang sedang dia lakukan.
Meski begitu ada waktu dimana Gojo kehilangan percik apinya. ‘My Dress Up Darling’ mampu menggambarkan perasaan lelah dan harapan semu menjadi sesuatu yang sangat manusiawi. Membuat karakter Gojo terasa dekat sekali dengan para penonton.
Pada akhirnya, penonton memang mudah menyukai karakter yang apa adanya dan terkesan dekat dengan mereka. Marin dan Gojo mampu merepresentasikan kehidupan remaja yang penuh dengan gelora masa muda, berikut dengan keputus asaan dan rasa bimbang atas sesuatu yang amat disukai.
Lewat ‘My Dress Up Darling’ seseorang dapat belajar untuk menghargai apa yang orang lain sukai, meski hal itu tidak lazim bagi sebagian orang. Dengan cara itu, mungkin kalian bisa mendengar sesuatu yang tidak pernah disuarakan, atau membaca sesuatu yang tidak pernah ditulis sebelumnya.