The Black Pharaoh, the Savage and the Princess merupakan film antologi animasi karya Michel Ocelot yang dirilis pada tahun 2022.
Michel Ocelot, animator kenamaan di balik Kirikou and the Sorceress (1998), Princes and Princesses (2000) dan Kirikou and the Wild Beasts (2005), mengajak kita dalam perjalanan memikat menjelajahi lintas waktu dan benua.
Animasi antologi ini menjalin tiga narasi berbeda, masing-masing sarat dengan visual yang hidup, cerita rakyat yang menggugah, dan tema tak lekang waktu tentang cinta, penerimaan, dan penemuan jati diri.
Berikut sekilas ketiga kisah tersebut:
-
Le Pharaon (Firaun Hitam) di masa Nubia Kuno
Kisah pertama membawa kita ke Nubia kuno, tempat Tanwekamani, bangsawan muda berkulit sawo matang, bermimpi menikahi kekasihnya Nasalsa. Namun, jalan menuju kebahagiaan terhalang oleh prasangka sosial. Ibu Nasalsa menganggap Tanwekamani tak pantas bagi anaknya karena warna kulit.
Bertekad membuktikan dirinya dan melawan diskriminasi ras, Tanwekamani memulai petualangan untuk menjadi Firaun Hitam pertama Nubia. Perjalanannya penuh tantangan, tetapi cinta dan tekadnya yang tak tergoyahkan menginspirasi dia untuk melawan norma sosial dan membuka jalan bagi masa depan yang lebih inklusif.
Pembukaan kisah ini secara visual memukau, memamerkan gaya siluet khas Ocelot. Lansekap Nubia menjadi hidup dengan pola rumit dan figur bergaya, mengingatkan pada mural kuno. Ada pula musik latarnya merupakan perpaduan menggugah antara suara tradisional Afrika dan melodi kontemporer,
-
Le Beau Sauvage (Si Buas) di Prancis Abad Pertengahan
Kisah kedua membawa kita ke Prancis abad pertengahan. Jauh di pedesaan Prancis, “anak liar” misterius berkeliaran di hutan, mencuri dari orang kaya dan membagikan kekayaannya kepada orang miskin.
Ditolak masyarakat karena caranya yang tidak biasa, bocah itu menyembunyikan masa lalu yang kelam dan hati yang mulia. Ia menantang sistem kelas yang kaku dan memperjuangkan keadilan, menunjukkan kekuatan kasih sayang dan pengertian.
Kesan artistik Ocelot berubah di cerita ini, mengadopsi nada yang lebih gelap dan penuh humor. Pedesaan Prancis meledak dalam warna hijau zamrud dan biru cerah, sementara karakternya digambarkan dalam siluet ekspresif. Musiknya mengambil cita rasa khas Eropa, dengan flute yang dijalin dengan menawan.
-
La Princesse des Roses et le Prince des Beignets (Putri dan Pembuat Kue) di era Ottoman Turki abad ke-18
Kisah terakhir melompat maju ke Turki Ottoman abad ke-18, di sebuah istana megah. Djali, seorang pangeran dengan keterampilan membuat kue yang luar biasa, dan Hava, seorang putri dengan taman mawarnya yang indah. Keduanya jatuh cinta.
Namun, romansa mereka terancam oleh aturan dan ekspektasi kehidupan istana. Menolak dibatasi oleh tekanan sosial, mereka melarikan diri dari tembok istana dengan berani, memulai perjalanan penemuan jati diri dan cinta tanpa batas.
Pengejaran mereka terhadap kebebasan mengingatkan kita bahwa kebahagiaan sejati terletak pada kata hati dan melawan tradisi.
Setiap kisah dalam film The Black Pharaoh, the Savage and the Princess disatukan lewat animasi memukau dan musik menawan, menarik perhatian penonton dari segala usia.
Film ini merayakan keragaman, mendorong penerimaan, dan menginspirasi kita untuk menantang status quo dan memperjuangkan dunia yang lebih adil dan setara. Meskipun ketiga narasinya berbeda, mereka dijalin oleh benang harapan, ketahanan, dan kekuatan cinta yang abadi.
Oleh karena itu, The Black Pharaoh, the Savage and the Princess adalah permata sinematik yang melampaui batas budaya dan meninggalkan kesan mendalam. Ini adalah film yang wajib ditonton bagi siapa saja yang mencari animasi bertema heartwarming hati dan menggugah pikiran.
Tonton The Black Pharaoh, the Savage and the Princess hanya di KlikFilm.