“Tidak bisakah pria yang kaya dan menarik menjadi pembunuh berantai?” – Lin (My Boss is a Serial Killer).
Film Thailand selalu identik dengan sebuah komedi absurd yang acap kali menghiasi genre apapun. ‘My Boss is Serial Killer’ mengusung tema drama, thriller, misteri, dan tak lupa komedi. Disutradari Phuwanit Pholdee dan Sornpat Prakaranant.
Diproduksi oleh Thai Major, film ini sebenarnya rilis sejak 2021 namun masuk ke Indonesia baru 9 Februari 2022 di Cinepolis. Dibintangi oleh Kong Saharat Sangkapricha, Mook Mookda Narinrak, Kat Powilai Apiratdaporn, Oat Pramote Pathan, Ice Preechaya Pongthananikorn, Phuak Pongsatorn Jongwilas.
Sinopsis
Mesa (Mook Mookda Narinrak) salah satu karyawati sebuah perusahaan bernama Dual Quil menemukan flashdrive yang berisi konspirasi bahwa boss-nya adalah seorang pembunuh berantai. Mesa mengajak rekannya Lin (Kat Powilai Apiratdaporn) dan Bogie (Ice Preechaya Pongthananikorn).
Boss merekea bernama Pak Ton (Kong Saharat Sangkapricha) icurigai menjadi pelaku dari kematian misterius yang diungkap Dr.Aung (Oat Pramote Pathan) yang sedang viral daring. Ton juga dicuragi sebagai pembunuh karyawan wanita di kantornya sendiri.
Perusahaan Dual Quil sedang mengerjakan sebuah proyek kampanye untuk sasaran anak muda dibawah 30 tahun. Pann (Phuak Pongsatorn Jongwilas) seorang manager di perusahaan tersebut menunjuk boss untuk menjadi model kampanye tersebut. Mesa, Lin, dan Bogie menyelidiki boss mereka sambil mengerjakan kampanye, sehingga bisa lebih dekat menyelidiki Ton.
Mereka menyelidiki pembunuhan dan keterkaitan Ton boss mereka. Semua bukti dikumpulkan menguatkan dugaan mereka. Namun atmosfer kerja di perusahaan menjadi canggung condong ke arah mencekam. Bagaimana Mesa dan rekannya meyakinkan orang-orang bahwa boss-nya adalah seorang pembunuh berantai?
Tim pembongkar kasus kurang solid
Mesa, Lin, dan Bpgie menjadi tim pencari fakta yang terlalu ceroboh dalam film ini. Permainan peran yang baik lebih ditonjolkan oleh Mook Mookda Narinrak sebagai Mesa. Lin dan Bogie mengisi bagian-bagian yang sepertinya kuarang penting dalam cerita. Namun peran mereka berdua cukup unik dan mengundang tawa untuk beberapa adegan.
Peran Pak Ton (Kong Saharat Sangkapricha) seorang boss menarik nan misterius ini menjadi ujung tombak keseluruhan film. Karakternya yang menjadi boss idaman dengan penampilan kerennya plus sikap dingin penuh misterius berhasil ditonjolkan hingga akhir film. Walau misterinya menjadi mentah, tiap adegan yang menampilkan misteri baru, membuat Pak Ton sukses menjadi tersangka tunggal dalam film ini.
Gaya sinematik keren yang ditampilkannya tak berarti banyak
Perhatikan tiap pengambilan gambar yang seakan dibuat bergaya sinematik dengan beberapa B-roll yang sengaja untuk mempercantik beberapa adegan. Namun apakah itu sesuai dengan keberlangsungan ceritanya sendiri? Layaknya film pemecahan misteri, kita diajak untuk menyelam dalam sisi misterius Pak Ton, tapi ini terlihat begitu berlebihan dengan shot-shot yang mungkin akan memusingkan kita juga.
Teknik tinggi dalam pemgabilan gambar memang terlihat bagus untuk beberapa adegan, tapi dalam ‘My Boss is Serial Killer’ terkesan lebih dipaksakan agar tampilan lebih cantik. Padahal visual grading dan pencahayaan dalam film sudah sangat baik. Permainan gelap terang menonjolkan, mana yang masih menjadi misteri, mana yang sudah mulai terbongkar.
Hiburan singkat yang statis
Tak lupa akan akar dari genre film, ‘My Boss is Serial Killer’ tetap menyajikan komedi-komedi ala Thailand yang tipis namun menggelitik. Tingkah konyol para pemeran selalu ada diselipan adegan-adengan penting. Ini mungkin dapat menghibur, namun pemecahan masalah genting menjadi tidak serius.
Hal konyol dan lucu akan banyak tersaji di awal, namun di bagian tengah ke penyelesaian akhir, nuansa serius yang membuat adenalin terpaacu akan lebih banyak ditampilkan. Padahal hiburan kocak yang menjadi bagian kecil dari tiap adegan selalu ditunggu. Dengan kisah misterius, namun kita tetap terhibur dengan komedi absurd tiap karakter.
Pola misteri acak
Untuk sebuah plot yang garis besarnya membuka kedok seseorang, permis ini sangat potensial bak film detektif lainnya. Praduga bahwa Pak Ton sendiri sebagai tersangka tunggal menjadikan fokusnya membuat kita juga mencurigai satu tokoh ini. Plot besar ini terselamatkan oleh peran Pak Ton oleh Kong Saharat Sangkapricha yang berhasil.
Pembukaan kisah misterius Pak Ton dan nuansa mencekam ini sangat tanggung. Walau semua misteri yang terkumpul sangat acak dan hanya menyudutkan Pak Ton, twist di akhir laga tidak berjalan mulus. Kejutan yang benar-benar mengacaukan cerita tidak menyelesaikan apa yang sudah di bangun dari awal.
Kesimpulan
“Film detektif” ini gagal membuat misterinya menjadi hal yang menarik di penghujung laga. Pengambilan gambar berteknik pun tidak dapat menyelamatkan malah cenderung berlebihan. Semua misteri yang terungkap dan terkumpul diputar menjadi plot-twist yang aneh. Walaupun karakter Pak Ton berhasil membuat kita terus mencurigainya hingga akhir.
Chemistry 3 detektif dadakan Mesa, Lin, dan Bogie tidak berjalan dengan baik. Peran pendukung lain hanya sebagai hiburan dengan tingkah kocaknya bersama para pemeran utama. Sayang sekali sebuah premis potensial, disia-siakan menjadi cerita komedi ringan tanpa kejelasan alur.
Director: Phuwanit Pholdee, Sornpat Prakaranant
Cast: Kong Saharat Sangkapricha, Mook Mookda Narinrak, Kat Powilai Apiratdaporn, Oat Pramote Pathan, Ice Preechaya Pongthananikorn, Phuak Pongsatorn Jongwilas
Duration: 80 minutes
Score: 4.8/10
WHERE TO WATCH
TBA
The Review
My Boss is a Serial Killer
Mesa, Lin, dan Bogie menyelidiki boss mereka yang bernama Ton yang dicurigai menjadi pelaku dari pembunuh dari kematian Dr.Aung yang sedang viral di Internet.