5 Anime Ini Ternyata Memengaruhi Film ‘Turning Red’

Berikut anime yang mempengaruhi ‘Turning Red’ dari anime klasik ‘Sailor Moon’ hingga yang terkenal ‘My Neighbor Totoro’.

 

Banyak pembuat film sering memakai pengaruh mereka ketika mengembangkan proyek tertentu, tidak terkecuali Domee Shi.

Sutradara ‘The Turning Red’ cukup terbuka tentang bagaimana debut film fiturnya untuk Pixar dengan ide awal “Mimpi Demam Tween Asia” – bersandar pada latar dan estetika Toronto era 2002 serta minat gadis remaja pada waktu itu (terutama boy band, pada film ini terdapat band fiksi yaitu 4*Town memainkan peran besar dalam plot film.)

Pengaruh terbesarnya sudah pasti anime, karena itu efek anime memenuhi keseluruhan ‘Turning Red’, termasuk penggunaan isolated motion dan warna-warna cerah yang mengalir di sepanjang film.

Shi mengatakan bahwa ini dimaksudkan untuk mewakili cara pandang dunia Mei (Rosalie Chiang) si protagonis, selain itu Shi juga terbuka tentang serial anime lain yang mempengaruhi karyanya.

Berikut adalah semua anime yang mempengaruhi ‘Turning Red’, dan bagaimana pengaruh itu dirasakan dalam hasil akhirnya yang dilansir dari Collider.

Sailor Moon

© Cartoon Network

Anime dengan pengaruh terbesar pada ‘Turning Red’ adalah ‘Sailor Moon’, terutama karena temanya tentang persahabatan wanita.

Shi bercerita lebih banyak tentang pengaruh Sailor Moon selama wawancara dengan IndieWire: “Saya tumbuh dengan menonton begitu banyak anime Jepang, dan membaca manga yang ditulis dan digambar oleh wanita. ‘Sailor Moon’ berbicara tentang gadis sekolah menengah yang menyelamatkan dunia, mereka juga berteman baik bahkan pergi ke mal bersama. Itu sangat, sangat keren. Kami mencoba mengambil semangat persahabatan gadis itu dalam film kami.”

Persahabatan antara Mei dan teman-temannya Miriam (Ava Morse), Abby (Hyein Park), dan Priya (Maitreyi Ramakrishnan) akhirnya menjadi faktor utama dalam Turning Red. Seperti Usagi dan Sailor Scouts lainnya, Mei memiliki ikatan yang kuat dengan Miriam, Abby, dan Priya.

Seperti Sailor Scouts juga, bahwa gadis-gadis itu memiliki kepribadian yang berbeda-beda; Miriam adalah seseorang berkepribadian tomboi – sama halnya dengan Makoto/Sailor Jupiter – Abby sangat energik dan Priya memiliki raut wajah yang datar dan sarkastik terhadap kehidupan.

Teman-teman Mei juga berfungsi sebagai semacam jangkar emosional; dia bisa menjaga bentuk pandanya dengan memikirkan mereka.

Tampilan dari Sailor Moon juga berpengaruh besar, Shi menceritakan kepada Polygon bahwa latar belakang serial gadis penyihir tersebut ternyata mengilhami visual ‘Turning Red’: “Kami benar-benar terinspirasi oleh warna pastel dan mimpi buruk di malam hari, dari pemandangan malam”, jelas pemandangan di malam hari menggunakan cahaya lembut yang dapat menciptakan efek yang tidak terlalu menonjol.

Ranma 1/2

© Animax Asia

Anime selanjutnya yang berpengaruh besar pada ‘Turning Red’ adalah ‘Ranma 1/2’ – seharusnya hal ini tidak mengejutkan. Rumiko Takahashi menampilkan seorang seniman bela diri bernama Ranma Saotome yang berendam di pemandian air panas sambil berlatih bersama ayahnya.

Pemandian air panas itu disihir, jadi siapa pun yang menenggelamkan dirinya di sana akan berubah wujud menjadi makhluk; Ranma akan berubah menjadi seorang gadis setiap kali dia disiram dengan air dingin, dan kembali menjadi seorang anak laki-laki ketika dia disiram dengan air panas.

Ayahnya, Gemna, juga akan berubah setiap kali disiram air dingin – meskipun ia menjadi panda. Walaupun di ‘Turning Red’ tidak ada cerita yang melibatkan mata air yang panas, justru transformasi Mei menjadi panda merah merupakan hal yang magis. Shi bahkan berdiskusi dengan Polygon bagaimana ‘Ranma 1/2’ dan ‘Turning Red’ berbagi kemiripan yang sama: “’Ranma 1/2′ adalah anime lain yang kami inspirasikan, terutama ketika Mei berubah, dia berubah menjadi awan merah muda raksasa. Kami meminjamnya dari banyak anime yang berhubungan dengan transformasi. Dan perubahan seorang gadis menjadi binatang, aku merasa sering melihatnya di anime.”

InuYasha

© Adult Swim

‘Ranma 1/2’ bukan lah satu-satunya serial Rumiko Takahashi yang menjadi inspirasi utama untuk ‘Turning Red’. Ada juga elemen dari karya Takahashi yang paling terkenal yaitu ‘InuYasha’

‘InuYasha’ bercerita tentang seorang remaja bernama Kagome Higurashi yang jatuh ke sumur kuil keluarganya dan bertemu dengan manusia setengah iblis yaitu InuYasha.

InuYasha dan Kagome melakukan pencarian bersama untuk menemukan potongan-potongan Permata Shikon yang mistis, di sepanjang perjalanan mereka menemukan teman baru, selain itu muncul juga rasa ketertarikan di antara mereka yang mulai berkembang.

Seperti Kagome, Mei tinggal di situs kuil keluarganya bersama ibunya, Ming Lee (Sandra Oh). Transformasinya dipicu oleh kombinasi hormon seputar rasa sukanya pada pegawai toko Devon (Addie Chandler) dan rasa malu setiap kali seseorang menunjukkannya; sama seperti InuYasha dan Kagome yang juga merasa malu setiap kali seseorang menunjukkan ketertarikan mereka.

Fruits Basket

© Funimation

‘Fruits Basket’ oleh Natsuki Takaya adalah anime lainnya yang berformat pengubahan manusia menjadi hewan yang membantu membentuk cerita ‘Turning Red’, dan yang berhubungan dengan lika-liku masa remaja.

‘Fruits Basket’ berfokus pada anak yatim piatu bernama Tohru Honda yang bertemu dengan keluarga Sohma dan belajar tentang mitos derita yang menyebabkan mereka berubah menjadi binatang dari zodiak Cina ketika dipeluk oleh lawan jenis.

Sangat jelas bahwa ‘Turning Red’ berisi karakter dengan mitos penderitaan yang mengubah mereka menjadi binatang, tetapi itu berkebalikan dengan konsep utama ‘Fruits Basket’. Ketika teman-teman Mei mengetahui tentang rahasianya, mereka memeluknya – dan dia berubah kembali menjadi bentuk manusianya.

Ini adalah cara cerdas untuk menunjukkan kuatnya ikatan persahabatan mereka, sebaik dengan penghormatan untuk ‘Fruits Basket’.

My Neighbor Totoro

© Toho

Anime terakhir yang bisa dilihat di ‘Turning Red’ adalah film klasik Hayao Miyazaki, ‘My Neighbor Totoro’. Totoro adalah salah satu film anime yang paling dicintai, berkisah tentang dua saudara perempuan dan ayah mereka yang pindah ke pedesaan dan bertemu dengan semua jenis roh dan makhluk.

Semangat tituler miik Totoro adalah pengaruh besar pada bentuk panda Mei, seperti yang diungkapkan Shi selama wawancara Thrillist:

“Tujuan rahasia saya, pada awalnya adalah untuk membuat versi Totoro kami sendiri. Bagaimana kami membuat hewan raksasa ikonik yang bisa digenggam ini yang kamu ingin untuk menggosok wajahmu? Itu juga rumit karena kami ingin dia merasa seperti panda merah, tapi panda merah ajaib.”

Jelas bahwa serial anime dan film klasik ini terus berpengaruh bahkan setelah penayangan perdananya sudah lama, dan kita dapat melihat hasilnya pada cerita baru hari ini. Selanjutnya apakah Shi masih menggunakan serial anime lain untuk film fitur berikutnya.

Exit mobile version