Cineverse
  • Home
  • Movies
  • Series
  • Reviews
  • Hype
  • More
    • Games
    • Hobby
    • Lifestyle
    • Tech
  • Login
  • Register
No Result
View All Result
Cineverse
  • Home
  • Movies
  • Series
  • Reviews
  • Hype
  • More
    • Games
    • Hobby
    • Lifestyle
    • Tech
No Result
View All Result
Cineverse

When We First Met, Perjalanan Waktu Mencari Cinta Sejati

Lads The Overthinker by Lads The Overthinker
February 15, 2018
in Movies
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

“Things happen randomly for no reason at all. But they create opportunities, Noah. And you learn from those opportunities, even the missed ones. The question is, can you recognize that next opportunity when it matters the most?” – Max

Hari kasih sayang yang jatuh pada tanggal 14 Februari rasanya selalu mendatangkan masa-masa “baper” bagi semua orang yang pernah bercinta (maksudnya menjalin hubungan istimewa berdasarkan perasaan-red, bukan arti harafiahnya dalam bahasa Indonesia yang berarti …).

Karena, bagi yang memiliki pasangan, umumnya inilah momen untuk saling berkasih-kasihan (sekali lagi, jangan dimaknakan secara harafiah ya), sedangkan bagi yang sedang dan sudah tidak lagi punya pasangan, bisa jadi ini adalah masa-masa ‘tersiksa’ karena bukan tidak mungkin, bakal terpicu perasaan nostalgia pada sang mantan atau yang juga dikenal sebagai belahan jiwa milik orang lain yang pernah ‘mampir’ di kehidupan kita untuk memberi ‘pembelajaran’.

Umumnya, saat kisah cinta berakhir, tidak banyak mantan pasangan yang kemudian mampu tetap menjalin hubungan baik antara mereka berdua, apalagi sampai, ibaratnya memberi restu secara langsung dengan berani hadir di momen pernikahan sang mantan. Pasalnya, sudah tentu butuh ketabahan yang luar biasa untuk melihat sosok yang pernah dicintai bersanding di pelaminan dengan orang lain. Tidak pelak, jika ini terjadi menjadi momen baper tersendiri dan menyedot perhatian publik. Seperti, hal viral yang sedang marak belum lama ini, unggahan mengenai seorang pria yang hadir di pernikahan seorang gadis yang sebelumnya sudah sangat dekat dengannya selama sepuluh tahun.

Pasalnya, biar bagaimanapun, seorang mantan adalah sosok yang pernah dekat sekali dengan kehidupan seseorang, dan pernah menjadi figur paling penting pribadi selain sosok orangtua tentunya. Apalagi, jika ia masuk dalam kategori “mantan terindah” dan sialnya lagi, sosok penggantinya belum didapat. Jika situasinya demikian, apakah Chillers akan berharap bisa kembali ke masa lalu untuk memperbaiki hubungan kalian? Lalu, bagaimana jika seandainya Chillers secara ajaib mendapat kesempatan itu?

Premis tidak jauh dari perihal itulah yang dikedepankan dalam film asli rilisan Netflix yang berjudul When We First Met ini. Dibintangi oleh Alexandra Daddario (Percy Jackson, Baywatch), Adam DeVine (Pitch Perfect), Robbie Amel, Andrew Bachelor, dan Shelley Hennig (Miss Teen USA 2004, Teen Wolf), film yang disutradarai oleh sineas pemenang Oscar, Ari Sandel ini menyuguhkan kisah drama komedi romantis yang dipadukan dengan unsur time travel ala Groundhog Day, The Butterfly Effect, dan About Time.

Pada sebuah pesta Halloween, Noah Ashby untuk pertama kalinya berkenalan dengan seorang gadis cantik bernama Avery Martin. Saling cocok satu sama lain, keduanya mengalami saat yang menyenangkan sampai-sampai mereka mengabadikan momen kebersamaan mereka. Sayangnya meski demikian, Noah yang jatuh cinta pada pandangan pertama, harus bertepuk sebelah tangan karena Avery hanya menganggapnya sebagai teman.

 

Tiga tahun kemudian, Noah datang ke acara pertunangan Avery dengan kekasihnya. Awalnya tabah, hatinya hancur juga melihat kebahagiaan gadis impiannya itu dan pikirannya mulai kalut memikirkan apa yang salah sehingga cintanya tidak berbalas. Di tengah rasa penyesalannya itulah, Noah mendapat kesempatan tidak terduga kembali ke hari perjumpaan pertama mereka melalui sebuah booth foto dan mengubah kejadian malam itu, dan takdirnya, berulang kali.

Mengetengahkan formula tentang seorang pejuang cinta mengejar kebahagiaannya melalui sentuhan magis, harus diakui apa yang tersaji di film ini sejatinya bukan tema yang baru. Sebagai bahan pembanding, garis besar ceritanya mengingatkan penulis pada plot dalam serial dorama Jepang berjudul Proposal Daisakusen yang dibintangi Tomohisa Yamashita dan Misami Nagasawa. Bedanya, alih-alih mendapatkan bantuan magis dari seorang peri, yang berandil besar di sini adalah mesin booth foto.

Layaknya film yang mengedepankan unsur komedi, sudah tentu upaya dan dampak yang ditimbulkan Noah menjadi jualan utama di sini, terutama bagaimana dirinya menyadari bahwa ia bisa melakukan perjalanan waktu dan berinteraksi dengan orang lain yang tidak mempunyai petunjuk sama sekali dengan keajaiban yang didapatnya, dan tentu saja tidak percaya jika Noah mencoba menjelaskan pada mereka.

Nilai lebih yang menonjol di sini adalah Sandel mampu menjaga konsistensi dari para karakter penting di dalamnya. Setiap kembali dari perjalanan waktu dan perubahan yang dibuat Noah dalam prosesnya, sudah tentu meninggalkan dampak bagi orang lain, namun bagaimana itu berpengaruh pada mereka, dan bagaimana Noah merespon hal itu, sangat konsisten dengan bagaimana para karakter itu diperkenalkan. Di sini yang memainkan peranan penting ada lima karakter, yang kesemuanya unik dan punya kekhasan satu sama lain yang mudah mendapat simpati.

Walaupun demikian, seperti halnya film-film rilisan Netflix yang sudah kadung dikenal memiliki formula menyimpang dari alur stereotipe, konklusi yang dihadirkan di sini berbeda dengan ending kisah film-film drama komedi romantis pada umumnya, yang membuat film ini punya “rasa yang agak lain”. Apa itu? Silakan putar dan saksikan sendiri.

Film ini sendiri bukannya tanpa cela. Sebagai film komedi, When We First Met bukanlah film yang sengaja ditujukan untuk mengocok perut penonton, melainkan kisah drama yang pada satu atau dua bagiannya setidaknya mampu membuat Chillers senyum dikulum, pun juga tata audionya yang terbilang sunyi dan mengesankan bahwa ini adalah film yang dengan bujet berskala terbatas. Akan tetapi, justru karena kesederhanaan ini yang menolong performa film ini, yang membuat sajiannya terasa manis dan lucu tanpa perlu berusaha menekankan aspek apapun lebih dari itu.

Tags: Adam DeVineAlexandra DaddariobaperBooth FotoGroundhog DayHalloweenHari kasih sayangHollywoodKomedi RomantisNetflixNoahProposal DaisakusenRomantisThe Butterfly EffectValentineWhen We First Met
Lads The Overthinker

Lads The Overthinker

The Good, the bad, ... and /or even the weird,... personally I don't have any particular type about movies and series i like to watch .. as far my feeling said so and the actress worth to watch *evil smirk

Related Posts

Netflix Juli

Yuk, Simak Rekomendasi Tayangan Netflix di Bulan Juli

July 1, 2022
Millie Bobby Brown

Millie Bobby Brown Jadi Pemeran Utama di ‘The Electric State’

June 30, 2022
Spriggan

Review Anime: ‘Spriggan’

money heist korea cover

Review K-Drama – ‘Money Heist: Korea – Joint Economic Area’

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Cineverse Banner Cineverse Banner Cineverse Banner
ADVERTISEMENT

Cineverse

© 2020 - 2022 Cineverse - All Right Reserved

Follow Us

  • Home
  • About Us
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Privacy Policy
  • Kode Etik Jurnalistik

  • Login
  • Sign Up
No Result
View All Result
  • Home
  • Movies
  • Series
  • Reviews
  • Hype
  • About Us
  • More
    • Games
    • Hobby
    • Lifestyle
    • Tech

© 2020 - 2022 Cineverse - All Right Reserved

Welcome Back!

Sign In with Facebook
Sign In with Google
OR

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Sign Up with Facebook
Sign Up with Google
OR

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In