Setelah lama dinanti, kini remake film Lara Croft kembali hadir ke layar lebar lewat nuansa dan cerita yang benar-benar baru. Dengan pendekatan awal relatif sama, kini Lara tumbuh mandiri tanpa didampingi ayahnya, Lord Richard Croft (Dominic West) yang dikabarkan menghilang di Jepang dalam misi arkeologis ke Pulau Yamatai untuk mencari legenda kuburan Himiko yang konon kabarnya dapat merusak tatanan dunia.
Lara Croft (Alicia Vikander) yang berusia 21 tahun tumbuh menjadi gadis tangguh dan mandiri dengan bekerja menjadi kurir sepeda dan tak lama dirinya disadarkan oleh asisten ayahnya Ana Miller (Kristin Scott Thomas) setelah tujuh tahun bapaknya menghilang, untuk menandatangani sebuah pernyataan untuk menyatakan kalau ayahnya sudah tiada dan dengan tandatangan itu Lara akan dilimpahkan warisan dan tugas yang semestinya ia jalankan sejak lama.
Namun setelah dirinya melihat anagram yang diberi oleh sang pengacara perusahaannya, Lara mendapat petunjuk dan sadar bahwa banyak misteri dan teka-teki yang harus ia pecahkan unutk mencari ayahnya yang hilang tersebut.
Pertunjuk itu membawanya ke Hongkong untuk mencari Lu Ren (Daniel Wu) salah seorang nelayan yang mengantar bapaknya ke Yamatai. Namun perjalanan ke Yamatai tidak segampang yang ia kira, ombak besar dan angin badai selalu melanda kawasan itu. Tak heran bila lautnya pun mnedapat julukan ‘The Devil Sea’ atau Lautan Iblis. Kapal yang membawanya ke Yamatai pun hancur berkeping-keping dan terdamparlah ia di Yamatai ketika mendapati dirinya pingsan dan Mathias Vogel (Walton Goggins) sudah menawan dirinya.
Jurnal ayahnya yang ia bawa ternyata sudah dibuka oleh Vogel dan membuatnya yakin kalau sang ayah sudah dibunuh oleh Vogel dalam ekspedisi ke pulau itu tujuh tahun yang lalu.
Film yang dibuat oleh sutradara Norwegia, Roar Uthaug (Cold Prey, The Wave) ini sebenarnya tampil prima dan mampu menghibur kita dengan tampilan gambarnya yang indah dan adegan actionnya seperti kita memainkan gamenya di konsol. Namun keindahan itu seakan sirna melihat plot cerita yang relatif datar tanpa adanya ‘puzzle solving’ khas film bergenre action adventure yang juga menjadi ciri khas karakter di film Tomb Raider ini.
Kita dihadapkan pada realita yang sama (seperti film LaraCroft: Tomb Raider yang dimainkan oleh Angelina Jolie) ketika lagi-lagi Lara ‘berhadapan’ dengan ayahnya (walaupun kali ini ia sempat bertemu langsung). Pengenalan karakter yang berulang ini membuat film tidak fokus pada tokoh Lara yang semestinya menggambarkan bagaimana ia berjuang sampai menjadi tokoh Lara yang sekarang.
Tokoh Alicia Vikander pun juga cenderung kurang cocok memerankan tokoh ini. Dengan segudang penghargaan yang ia dapatkan, termasuk piala Oscar sebagai artis pembantu terbaik untuk The Danish Girl (2015), sosok Vikander terlalu kecil untuk menjadi tokoh Lara yang agak berisi dan lebih tinggi tersebut.
Satu lagi yang terbilang agah aneh adalah ketika kuburan Himiko berhasil dibuka, ternyata mumi Himiko terduduk seketika dan tampak adanya pegas dibawah peti mati tersebut. Lalu dengan santainya Vogel mentertawakan hal itu sambil mengatakan jangan percaya pada hal-hal mistis.
Dan ternyata hal-hal yang tampaknya akan penuh dengan tebaran bencana supernatural yang diakibatkan oleh Himiko, malah tak tampak, yang ada hanyalah sekedar penyakit menular ala-ala zombie apocalypse yang resepnya banyak dipakai dalam banyak film-film bergenre horror.
Bagi Chillers, penikmat film action dan penggemar karakter Lara Croft, film ini bisa dijadikan pilihan tepat yang menghibur di bioskop-bioskop terdekat di kota kamu.