Cineverse
  • Home
  • Movies
  • Series
  • Reviews
  • Hype
  • More
    • Games
    • Hobby
    • Lifestyle
    • Tech
  • Login
  • Register
No Result
View All Result
Cineverse
  • Home
  • Movies
  • Series
  • Reviews
  • Hype
  • More
    • Games
    • Hobby
    • Lifestyle
    • Tech
No Result
View All Result
Cineverse

‘The Venerable W’, Bhikku Ashin Wirathu dan Kampanye Negatifnya Terhadap Etnis Rohingya

Erwin Stephanus by Erwin Stephanus
May 20, 2020
in Featured, Movies, Reviews
The Venerable W

© Les Films du Losange

Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

“Hatred will never put an end to hatred. Only love can do that. This is the eternal law”. – Siddhartha Gautama.

 

Lama tak mendengar sutradara ini, tiba-tiba telah muncul karya terbarunya, sebuah film dokumenter tentang tokoh yang terbilang kontroversial di eranya. Ya, sutradara Barbet Schroeder (Reversal of Fortune, Single White Female), memang telah jarang membuat film layar lebar akhir-akhir ini, dan film dokumenternya yang terbaru dengan judul “Le Venerable W”, mendokumentasikan pemimpin Buddhis yang penuh kontroversi, Bhikku Ashin Wirathu, karena mengkampanyekan anti muslim di Myanmar.

Film ini bercerita tentang kampanye panjang rasisme dan tindakan kekerasan yang dilakukan oleh seorang sang bhikku di Myanmar terhadap ras minoritas, Rohingya. Bhikku Ashin Wirathu, menyebarkan paham xenophobia dan kefanatikan terhadap sebuah kelompok yang hanya mewakili sebagian kecil dari populasi, namun telah menjadi sasaran penganiayaan selama beberapa dekade, termasuk oleh pemerintah Myanmar yang dikuasai oleh rezim militer. Hasilnya adalah ratusan kematian, ribuan rumah dibakar dan puluhan ribu jiwa mengungsi.

Meskipun prasangka terhadap komunitas muslim Rohingya, yang sebagian besar tinggal di wilayah bagian barat Myanmar dan berbatasan dengan Bangladesh, sudah lama ada sebelum Wirathu memulai aksinya. Tetapi ia telah membantu mempercepat kampanye yang mengakibatkan lebih banyak lagi kematian dan pengrusakan massal harta benda. Ia sering kali memakai insiden penyerangan di mana umat Islam telah menyerang umat Buddha untuk menambah prasangka kebencian dan mengobarkan api amarah umatnya. Dalam kampanyenya lebih lanjut, ia mendistribusikan video dan DVD propaganda yang mendukung agar masyarakat Rohingya diusir dari Myanmar.

The Venerable W
© Les Films du Losange

Wirathu bertempat tinggal di luar kota Mandalay, di mana sepertiga dari penduduknya adalah biksu atau biksu dalam pelatihan. Pada akhir tahun 1990-an, ia membentuk gerakan “969” dan mulai menyampaikan khobat rasis kepada murid-muridnya. Ia mengklaim bahwa masyarakat Rohingya tidak pantas menjadi warga negara Myanmar, bisnis mereka harus diboikot dan mereka harus dilarang menikah dengan umat Budha.

Hal tersebut merupakan proganda tanpa dasar, penuh kebencian dan kebohongan. Tetapi semuanya itu keluar dari mulut seorang bhikku, tempat di mana umat Budha mewakili 90% lebih dari total populasi dan tempat di mana para bhikku begitu dihormati, pesan kebencian itu dengan mudahnya akan diterima oleh massa.

Pihak berwenang Myanmar sebenarnya telah melakukan beberapa tindakan untuk mengatasi Islamophobia, seperti melarang gerakan “969” dan memenjarakan Ashin Wirathu selama beberapa tahun. Tetapi setelah ia dibebaskan, biksu populer itu berhasil membentuk gerakan baru dan mulai kembali mengkampanyekan rangkaian aksi yang disebutnya “perlindungan ras dan undang-undang agama”.

Di Myanmar, etnis Rohingya hanya berjumlah sekitar 4% dari total populasi yang ada di negara tersebut. Menilik sejarah panjang dari etnis itu, seperti yang selalu terjadi dengan pembersihan etnis dan genosida, dimana sejarah konflik Rohingya membentang jauh ke masa lalu. Etnis Rohingya berasal dari para pedagang Muslim yang tinggal menetap di kerajaan kuno Arakan (yang sekarang bernama Rakhine) lebih dari 1200 tahun yang lalu.

The Venerable W
© Les Films du Losange

Mereka lalu melebur dan berasimilasi ke dalam kebudayaan dan kehidupan kerajaan Arakan. Pada akhir abad ke 18, wilayah Arakan menjadi bagian dari kerajaan Burma, hal itulah yang kemudian mendorong adanya eksodus penduduk pertama etnis Rohingya dalam skala besar ke India.

Mereka kembali lagi ke wilayah Myanmar satu abad kemudian, penguasa kolonial Inggris menjadikan wilayah Burma sebagai salah satu propinsi dari India. Inggris pada saat itu juga menjanjikan pembentukan negara Muslim di wilayah Rakhine, tetapi setelah Undang-Undang Kemerdekaan India diproklamirkan pada tahun 1947, turut memicu terjadinya pemberontakan dan perang.

Peristiwa-peristiwa itu juga ikut mendorong terjadinya gelombang kekerasan berturut-turut terhadap etnis Rohingya di Myanmar bahkan sampai sekarang ini.

Ashin Wirathu pada awalnya tidak dikenal secara luas dan baru mendapat perhatian publik, ketika majalah Time edisi 1 Juli 2013 dalam sampul majalahnya terbit dengan tajuk utama yang berjudul “wajah terror Buddha” dan menjulukinya ‘Buddha bin Laden’ karena memberikan ceramah Dharma yang mendorong kebencian dan memperbolehkan untuk melakukan berbagai tindakan kekerasan terhadap kaum Muslim di negerinya.

Wirathu menyampaikan ideologinya yang nasionalis, rasis dan haus darah. Ia menyebarkan ketakutan atas nama kemurnian ras, ia menggambarkan bahwa umat Muslim telah berkembang biak secara berlebihan di Myanmar dan berniat untuk menghancurkan garis keturunan murni ras Myanmar dan juga mengambil alih tanah dan bisnis rakyat Myanmar secara keseluruhan.

The Venerable W
© Les Films du Losange

“The Venerable W”, judul internasional dari “Le Venerable W”, memberikan audiens landasan historis melalui wawancara dengan wartawan asing dan wartawan lokal, di antaranya termasuk editor majalah investigasi; Kyaw Zayar Htun, wartawan freelance asal Spanyol; Carlos Sardina Galache, wartawan dan aktivis HAM dari organisasi HAM Fortify Rights; Matthew Smith, aktivis politik Rohingya; Abdul Rasheed dan biksu-biksu Buddha yang berbeda pandangan dengan Ashin Wirathu termasuk pemimpin Revolusi Safron, U Kaylar Sa.

Juga termasuk kutipan laporan dari televisi Perancis yang menyajikan rekaman pada saat operasi Nagamin (operasi Raja Naga) yang dilakukan oleh pemerintah Burma (nama negara Myanmar waktu itu) pada tahun 1977-1978, operasi ini dilakukan dengan memeriksa kartu identitas penduduk.

Semua yang tercatat sebagai etnis Rohingya diusir, dimana etnis Rohingya yang tak terhitung jumlahnya dilecehkan, diperkosa, dibantai, bahkan lebih dari 200 ribu orang Rohingya dipaksa keluar dari Burma dan terpaksa mengungsi ke Bangladesh, sebuah negara yang tidak siap untuk menerimanya, sama seperti sekarang ini.

Barbet Schroeder adalah sutradara kelahiran Iran dan berkebangsaan Swiss, ia sekarang tinggal di Perancis. Ia dikenal sebagai sutradara yang sukses menghasilkan film baik film komersil ala Hollywood atau film dokumenter. Film dokumenter “The Venerable W” ini merupakan bagian dari trilogi film dokumenternya, yang dinamakan ‘Axis of Evil’.

Yang pertama berjudul “General Idi Amin Dada: A Self Potrait” (1974), yang kedua berjudul “Terror’s Advocate” (2007), sebuah film dokumenter tentang pengacara kontroversial Jacques Vergès. Filmnya ini adalah pengingat bahwa doktrin agama apa pun jika diputarbalikkan dengan cara yang salah dapat menjadi sumber kejahatan yang sesungguhnya.

Film ini sebenarnya telah rilis di tahun 2017 secara terbatas, namun versi DVD dan Blu-ray nya baru dirilis di Amerika Serikat pada 19 Mei 2020. Jadi tonton dan saksikan film dokumenter yang menghebohkan ini.

 

Director: Barbet Schroeder

Casts: Ashin Wirathu, U. Zanitar, Kyaw ZAyar Htun, U. Kaylar Sa, Matthew Smith, Abdul Rasheed, Carlos Sardina-Galache, U. Galonni

Duration: 107 minutes

Score: 7.8/10

Editor: Juventus Wisnu

The Review

The Venerable W

7.8 Score

'Le Venerable W', mendokumentasikan pemimpin Buddhis yang penuh kontroversi, Bhikku Ashin Wirathu, karena mengkampanyekan anti muslim di Myanmar. Sang bhikku menyebarkan paham xenophobia dan kefanatikan terhadap sebuah kelompok yang hanya mewakili sebagian kecil dari populasi, namun telah menjadi sasaran penganiayaan selama beberapa dekade, termasuk oleh pemerintah Myanmar yang dikuasai oleh rezim militer. Hasilnya adalah ratusan kematian, ribuan rumah dibakar dan puluhan ribu jiwa mengungsi.

Review Breakdown

  • The Venerable W 0
Tags: Anti muslimAung San Suu KyiBangladeshBhikku Ashin WirathuBuddhaBuddhisBurmacineversefilm dokumenterJuventus WisnuLe Venerable WMyanmarReview Film Le Venerable WRohingya
Erwin Stephanus

Erwin Stephanus

Related Posts

The Ambush, Writing with Fire, Stranger Things 4: Volume 2, Hatching, Rashtra Kavach Om, Rocketry: The Nambi Effect

Minggu ke-1 Juli, Inilah Rekomendasi Film dari Cineverse

July 2, 2022
Rekomendasi Cineverse juli 2022

Ini Rekomendasi Film dari Cineverse untuk Bulan Juli

June 29, 2022
Frank Grillo & Michael Jai White

Frank Grillo, Michael Jai White, & ABM Sumon Gabung ke ‘MR-9’

June 19, 2022
this is gwar

Dokumenter ‘This is GWAR’ Akhirnya Dapat Jadwal Rilis!

June 18, 2022

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Cineverse

© 2020 - 2022 Cineverse - All Right Reserved

Follow Us

  • Home
  • About Us
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Privacy Policy
  • Kode Etik Jurnalistik

  • Login
  • Sign Up
No Result
View All Result
  • Home
  • Movies
  • Series
  • Reviews
  • Hype
  • About Us
  • More
    • Games
    • Hobby
    • Lifestyle
    • Tech

© 2020 - 2022 Cineverse - All Right Reserved

Welcome Back!

Sign In with Facebook
Sign In with Google
OR

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Sign Up with Facebook
Sign Up with Google
OR

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In