“Things are very uncomfortable between us. We’re stuck in a house together” – Grace (The Lodge).
Sebuah film horor yang tak biasa akan muncul lewat beberapa layanan streaming di Amerika Serikat pada tanggal 5 Mei nanti. Film yang berjudul “The Lodge” ini digarap oleh duo sutradara dari Austria, Severin Fiala dan Veronika Franz. Sebelumnya mereka pernah menggarap film horor hit di tahun 2013, “Goodnight Mommy” yang memperoleh banyak sekali penghargaan saat itu.
Kini di “The Lodge”, dalam film debut berbahasa Inggris mereka, film horor ini tak seperti film horor lainnya yang pernah kita tonton, dan menyuguhkan pemandangan yang sangat mengganggu.
Seorang ibu, Laura (Alicia Silverstone), tinggal bersama dengan dua anaknya, Aidan (Jaeden Martell) dan adiknya, Mia (Lia McHugh). Mia juga kelihatannya mempunyai rumah boneka dari rumah pondok yang dimiliki ayahnya. Suatu hari, Laura meminta mantan suaminya, Richard (Richard Armitage), untuk membawa Aidan dan Mia, dan memastikan bahwa pacar barunya tidak ada di rumah itu.

Tetapi kita bisa melihat sekilas, bahwa pacar Richard, Grace (Riley Keough), menyelinap keluar dari pintu belakang. Melihat ekspresi Laura, kita akan tahu kalau ia sebetulnya masih ingin kembali bersama Richard, dan merasa sedih saat tahu kalau mantan suaminya akan menikah dengan Grace. Hal ini akan mengarah pada peristiwa traumatis yang akan mengguncang anak-anak tersebut.
Richard mencoba membuat anak-anaknya berkenalan ke Grace, tetapi mereka menyalahkannya atas semua kejadian yang terjadi selama ini. Kita sempat melihat kalau Grace memiliki masa lalu yang kelam karena ayahnya adalah kepala sekte dan dia adalah satu-satunya yang selamat saat anggota sekte lainnya melakukan bunuh diri.
Enam bulan kemudian, Richard mencoba mengajak Grace untuk merayakan Thanksgiving, tetapi anak-anak menolaknya, sehingga Richard memikirkan lagi apa yang harus ia lakukan agar anak-anaknya bisa menerima Grace.

Menjelang Natal, Richard mencoba lagi. Kini ia kembali mengajak anak-anak berlibur di pondok milik keluarga bersama Grace, dan mereka mengiyakan hal tersebut.
Sesampainya di pondok itu, Grace dan anak-anak masih canggung. Mereka tampak bingung untuk memulai pembicaraan. Bahkan ketika barang milik ibunya dipakai Grace pun, mereka tampak tak senang dengan hal itu.
Namun suatu hari, ayah mereka harus pergi untuk kembali bekerja, dan kedua anaknya ditinggal bersama calon ibu baru mereka. Yang terjadi kemudian adalah sesuatu yang tak diharapkan oleh mereka sendiri. Barang-barang milik Grace mulai menghilang, kulkas juga kosong dan listrik juga air mati total. Apa yang kemudian terjadi?

Well, menilik dari naratifnya saja, film ini sebenarnya lebih cocok dikategorikan sebagai psychological thriller ketimbang horor tradisional yang cenderung mengimplementasikan unsur astral dan jumpscares di dalamnya. Lebih tepat mengatakan kalau “The Lodge” memiliki feel yang senada dengan “Hereditary” ataau “Midsommar”, yang keduanya digarap Ari Aster.
Namun ada perbedaan signifikan dari latar belakang yang diterapkan di film ini ketimbang garapan Ari Aster. Hal itu muncul dari anak-anak yang lahir dari keluarga broken home, yang sebetulnya bisa disatukan, namun sang ayah rupanya tak berkenan, dan lebih memilih menikah lagi dengan Grace (Riley Keogh).
Grace pun tak terlalu memaksa untuk langsung dekat dengan anak-anak Richard dan lebih memilih menarik diri kalau tak diterima. Yang menarik adalah latar belakang dia dalam kultus tersebut nantinya akan berdampak besar pada paruh kedua film ini berjalan.

Selain itu, esensi keagamaan yang kental, terpatri nyata saat Grace berada di pondok itu. Di situlah konflik mulai terjadi dalam dirinya, masa lalunya yang gelap kini dihadapkan dengan masa sekarang yang cenderung ekstrem (menurut Grace-red). Baru saja memasuki pondok itu, Grace sudah melihat sosok orang suci yang terlihat menatap tajam ke arahnya, dan di kamar tampak salib berukuran besar yang ditaruh Richard di kamar itu sejak lama.
Apa yang ia lihat tersebut mulai mengikis sisi keimanan Grace, yang perlahan mulai diuji dan apa yang ada di dalam dirinya mulai bergejolak dan menunggu untuk meledak.
Riley Keogh berperan sangat baik di film ini. Karakternya yang berubah-ubah dari saat dia tenang, marah dan kemudian berubah menjadi gila, sangat impresif. Tekanan bertubi-tubi ia alami karena faktor yang tak ia sangka sebelumnya, dan hal itu membuatnya berubah secara signifikan.

Martell dan McHugh juga berperan sangat baik sebagai kedua anak yang depresi menghadapi masalah keluarga ini. Begitu pula Silverstone dan Armitage juga sangat solid sebagai sidekick yang mendukung thriller yang tak biasa ini.
Secara teknis, scoring musiknya cenderung tampil halus, tanpa ornamen string menyayat seperti film horor akhir-akhir ini. Hal tersebut berimplikasi terhadap ambience yang terdengar kurang menakutkan. Namun hal tersebut digantikan dengan kehadiran sinematografi yang luar biasa mencekam, dan nuansa menakutkan dari dalam rumah pondok, yang biasanya tampil semarak menjelang Natal.
Plot twist yang biasanya muncul jelang akhir film juga tak nampak. Semuanya telah terbaca jelang konklusi, namun hal itu tak membuat film ini berkurang kualitasnya. Semua elemen yang ada mampu memberikan visualisasi mencekam dari kisah orisinil yang tak sekedar menjual ketakutan supranatural belaka seperti halnya film-film bergenre serupa.
Director: Severin Fiala & Veronika Franz
Casts: Alicia Silverstone, Jaeden Martell, Lia McHugh, Richard Armitage, Riley Keough
Duration: 108 Minutes
Score: 7.0/10
The Review
The Lodge
The Lodge menceritakan dua anak, Aidan (Jaeden Martell) dan adiknya, Mia (Lia McHugh). Suatu hari, ayahnya, Richard (Richard Armitage), membawa mereka dan pacar barunya, Grace (Riley Keough) untuk berlibur bersama di rumah pondok. Namun tak lama, Richard harus kembali ke luar kota untuk bekerja. Saat Grace bersama Aidan dan Mia, sejumlah hal aneh mulai terjadi terhadap Grace. Siapakah pelakunya? Apakah semua itu perbuatan supranatural? Film ini sudah bisa kalian nikmati di layanan streaminga pada 5 Mei 2020.