Jika diminta untuk mendeskripsikan film ini dalam satu kata, maka jawaban pertama yang keluar adalah “jujur”. Ya, The Gift merupakan karya terjujur dari sutradara sekelas Hanung Bramantyo. Lewat akun Instagram-nya, Hanung menulis bahwa ini adalah kesempatan yang langka ia dapatkan. Terakhir dia merasakannya pada tahun 2003. Anyway, The Gift juga menjadi film pertama Hanung setelah Brownies di tahun 2005, yang ceritanya tidak berasal dari novel. Berangkat dari sini, kita bisa melihat betapa bebasnya Hanung menggarap film. Mulai dari ide cerita hingga polesan eksekusinya seperti apa, seluruhnya dia yang menentukan.
The Gift bercerita tentang seorang wanita bernama Tiana (Ayushita). Ia adalah novelis yang saat itu sedang berjalan-jalan di Yogyakarta. Sambil menikmati keindahan kota dengan harapan kegiatan tersebut bisa memunculkan ide baru untuknya, Tiana ternyata dipertemukan oleh lelaki misterius bernama Harun (Reza Rahadian). Harun ini adalah pemilik rumah, yang mana salah satu kamarnya ditinggali oleh Tiana. Tapi anehnya, sebagai tuan rumah, Harun belum pernah keluar dan menyapa Tiana. Hingga suatu hari Tiana merasa terganggu oleh musik rock yang disetel Harun hingga Harun mengajak Tiana makan bersama sebagai bentuk permintaan maafnya. Di pertemuan itulah Tiana sadar bahwa Harun memiliki keterbatasan fisik.
Kembali ke poin jujur dan bebas berekspresi, kita bisa dengan jelas melihat hal tersebut di dalam film ini. Pertama adalah dari yang paling kentara, yaitu cara pengambilan gambarnya. Hanung menggunakan teknik kamera handheld di beberapa scene, terutama untuk bagian-bagian yang menampilkan karakter Tiana. Selain itu, ada juga saat di mana film memanfaatkan space dengan menampilkan dua kegiatan secara efektif lalu dituangkan ke layar. Terakhir, penggunaan drone yang mengambil gambar dari atas.
Selain ketiga cara tersebut membuat gaya visual The Gift menjadi lebih artistik, penonton juga bisa meraba makna tersirat. Salah satunya adalah teknik kamera handheld dengan karakter Tiana yang bisa dikatakan saling berkaitan. Bagaimana sosok wanita ini ditampilkan, masalah apa yang sebenarnya sedang ia hadapi, potretnya sendiri sesuai dengan sensasi tersendiri yang ditimbulkan dari teknik handheld tadi. Kita pun jadi semakin memasuki dunianya karena Tiana berdiri di atas ketidaksempurnaan hidup.
Sayang, gambar-gambar yang melibatkan drone tampil berbeda. Kasar sekali, layaknya melihat gambar ala layar kaca yang juga menggunakan konsep yang sama.
Untuk ceritanya sendiri, The Gift tentu tidak lurus-lurus saja dalam menuturkan kisahnya. Ada hal-hal yang membuat film ini tidak membosankan. Semua bukan hanya tentang hubungan Tiana dan Harun saja, karena di pertengahan masa akan muncul Dokter Arie yang diperankan oleh Dion Wiyoko. Dinamika yang kemudian terjadi di antara ketiga orang ini tidak semudah yang diduga sebelumnya. Tapi sebelum itu, kita akan diajak menyelam terlebih dahulu.
Lagi-lagi kepada karakter Tiana, lewat flashback dan juga kejutan yang ada, puzzle ditampilkan secara bergantian lalu dikombinasikan dengan apa yang Tiana alami sekarang. Cara ini menimbulkan perasaan ingin tahu penonton tentang siapa Tiana sebenarnya. Belum selesai, siap-siap dibuat terkejut lewat sebuah pengungkapan tak terduga. Meski agak gila, kejutan tersebut masih bisa diterima.
Selain berperan mengisi ruang fiksi dari sebuah karya, bagian ini semakin mengukuhkan kata “jujur” dari filmnya. Walau segala daya upaya sudah dikerahkan untuk membuat karakter Tiana menjadi pusat perhatian, sulit rasanya mengesampingkan Reza Rahadian. Aktingnya sebagai Harun terlihat mengagumkan. Sebuah tantangan besar untuk dapat memerankan karakter seorang pria yang rapuh baik fisik maupun mental, yang awalnya superior kemudian jatuh menjadi inferior. Reza sukses menghantarkan emosi itu kepada penonton.
Anyway, kejutan justru datang dari Dion Wiyoko. Karakternya baru muncul di pertengahan film, maka dari itu Dion harus berusaha agar perannya tidak hanya sekedar numpang lewat. Selain memperkenalkan diri, Dokter Arie harus sesegera mungkin masuk ke dalam kehidupan Tiana. Waktunya sangat terbatas tapi Dion memang aktor yang berkualitas. Ia bisa membuat keberadaan Dokter Arie diakui. Karakter ini memperdalam konflik dan juga meninggalkan kesan yang unik.
Sebuah pembuktian bahwa embel-embel “film laris” tidak menjamin akan selalu berakhir manis. Justru The Gift menjadi wujud kemenangan bagi mereka yang berani idealis. Adult-drama yang tampil dengan penuh rasa yang mengasihani duka dalam jiwa. Semoga saja Hanung tidak berpuas diri karenanya, dan kembali membuat film-film lain dengan semangat serupa.
Director: Hanung Bramantyo
Starring: Ayushita, Reza Rahadian, Dion Wiyoko, Christine Hakim
Score: 8.0/10