Pengabdi Setan 2: Communion tawarkan akhir yang gila sekali lagi, membuka kesempatan baru untuk film selanjutnya.
Teror ibu berlanjut sepanjang masa. Menutup cerita dengan akhir yang menegangkan pada film Pengabdi Setan pertama di tahun 2017, Joko Anwar lalu melanjutkan kesuksesannya di tahun ini. Lima tahun berlalu, film ini bahkan sudah menembus angka fantastis usai dua hari perilisannya.
Di sekuel film Pengabdi Setan ini, sang sutradara kembali menghadirkan tokoh-tokoh yang sebelumnya pernah ada, termasuk Tara Basro, Endy Arfian, Bront Palarae, Nasar Anuz, Muhammad Adhiyat, dan Ayu Laksmi. Ceritanya sendiri berpusat pada titik yang sama, namun dengan ketegangan yang berbeda.
Rini (Tara Basro) dan kedua adiknya; Toni (Endy Arfian) dan Bondi (Nasar Anuz), beserta sang ayah, Bahri (Bront Palarae) tinggal di rumah susun beberapa tahun setelah berhasil menyelamatkan diri dari kejadian mengerikan yang membuat mereka kehilangan ibu, yakni Mawarni (Ayu Laksmi), dan si bungsu, Ian (Muhammad Adhiyat).
Keluarga kecil itu tinggal di rumah susun yang ditinggali banyak orang, sehingga merasa aman apabila terjadi sesuatu. Namun, mereka segera menyadari bahwa tinggal bersama banyak orang juga bisa sangat berbahaya jika tidak mengenali siapa saja yang menjadi tetangga mereka. Pada sebuah malam yang penuh teror, Rini dan keluarganya harus kembali menyelamatkan diri.
Seakan dihantui tiada henti, berikut ini adalah penjelasan mengenai akhir dari kehidupan tragis keluarga Rini dan adik-adiknya di Pengabdi Setan 2.
Tapi sebelum melanjutkan, Cilers lebih baik menyaksikan dahulu Pengabdi Setan 2: Communion, karena tulisan ini mengandung spoiler hingga akhir cerita.
Rini berhasil buka koper Bapak
Setelah peristiwa akhir di Pengabdi Setan 2, hidup Rini dan keluarganya mulai kembali normal di rumah susun. Meski terbayang peristiwa masa lalu, semuanya merasa aman berada di tengah keramaian. Tidak seperti dulu.
Sayangnya, Rini tidak mengetahui bahwa tempat itu memiliki rahasia kelam yang terkubur dalam-dalam. Setiap 29 tahun sekali tepatnya pada tanggal 17 April, para pengabdi setan ini pasti akan kembali untuk memakan korban jiwa. Hal ini bermula dengan peristiwa naas pada tanggal 16 April, yang merenggut banyak nama. Sialnya pula, para mayat tak bisa dibawa kemana-mana akibat adanya hujan deras dan banjir di sekitar rumah susun.
Karena terkurung dalam kegelapan, Rini merasa khawatir dengan Wisnu (Muzakki Ramdhan) karena saat ini ia tidak memiliki siapapun lagi di dekatnya. Akhirnya, ia pun menemani Wisnu agar tidak sendirian dan banyak menceritakan banyak hal tentang almarhum Bapak Wisnu. Lewat cerita si kecil inilah, Rini merasa ada yang salah dari pekerjaan Bapaknya sendiri.
Seperti dahulu, Bapak masih terus membawa koper ketika bekerja. Mengunci rapat-rapat setelah ia pulang. Tidak pernah ada yang tahu apa pekerjaan Bapak, dan dengan berani, Rini mencoba membuka koper tersebut
Toni dan pemeriksaan para mayat
Sementara itu, Toni juga bergelut dengan masalahnya bersama Pak Ustadz (Kiki Narendra). Di kesunyian malam, keduanya memastikan bahwa para mayat yang sendirian – tak memiliki keluarga yang mengurus keberadaan mereka – aman dan baik-baik saja di tengah badai. Setelah merasa lelah, Pak Ustadz justru meminta Toni memeriksa mayat selanjutnya di lantai 13.
Bertemulah ia dengan Dino (Jourdy Pranata). Dalam keadaan sendirian, Dino meminta bantuan kepada Toni untuk mengambil sesuatu di sebelah rumahnya. Sebuah garpu kecil yang tak berani ia buang karena ibunya yang sangat galak.
Namun, ketika mengambil garpu tersebut, Toni menemukan album foto berisi gambar-gambar aneh, yang juga menampilkan sosok Ibu. Lantas, Toni merasa ruangan tersebut tidak aman baginya dan mulai berlari ketakutan. Apapun yang terjadi, ia harus keluar dari rumah susun tersebut.
Misteri lantai 15 oleh Bondi
Di sisi lain, Bondi yang masih belum melepas masa lalunya, mencoba mencari tahu rahasia para penghuni rumah susun tersebut. Ditemani oleh Ari (Fatih Unru) dan Darto (Iqbal Sulaiman), Bondi menyelidiki seisi ruangan yang terbilang cukup menyeramkan.
Karena dikenal pemberani, Bondi merasa aman-aman saja. Ia pun mencoba membuka pintu di setiap lantai dan alhasil tidak menemukan siapapun yang berada di rumah susun. Namun, pintu Pak RT kemudian terbuka dan memperlihatkan banyak gambar yang juga misterius.
Setelah memeriksa semua foto, Bondi tersadar bahwa ada satu lantai lagi yang tak pernah ia ketahui sebelumnnya. Sepengetahuan Bondi, lantai paling atas rumah susun tersebut berada di angka 14, namun ternyata ada lantai 15 yang tak pernah terjamah.
Merasa yakin akan ada peristiwa besar yang terjadi di rumah susun itu, Bondi dan kawan-kawan mencoba mencari tahu lantai 15 yang tersembunyi.
Si kecil yang kembali
Ketika Bondi membuka sebuah pintu, ia bertemu dengan adiknya yang menghilang diculik oleh para Pengabdi. Ian, tampak sehat dan menyeramkan di tengah kegelapan. Ketakutan, Bondi pun berlari dan akhirnya menemukan kedua kakaknya yang juga sedang mencarinya.
Merasa punya tanggung jawab terhadap keluarganya, Rini mengajak adiknya untuk pergi bersama meninggalkan rumah susun. Padahal, Ian sendiri dicurigai sebagai anak setan yang membawa malapetaka bagi keluarga mereka. Namun bersama-sama, Rini dan semua yang tersisa mencoba untuk melarikan diri dari perisitwa besar di depan mata.
Kejadian yang sebenarnya
Bapak kemudian terbangun dan mencari keberadaan koper serta anak-anaknya. Setelah menemukan mereka dalam keadaan takut dan marah, Bapak mencoba menjelaskan mengapa ia melakukan hal tidak terpuji itu. Namun terlambat, penjelasan Bapak harus terhenti karena para Pengabdi telah berkumpul untuk menghabisi nyawa keluarga Rini.
Di tengah kekalutan, Rini mencoba untuk tetap sadar dan membantu adik-adiknya. Karena tubuhnya begitu kaku dan tak bisa digerakkan, ia pun hanya bisa menangis melihat Bapak, Toni, dan Bondi, yang sedang disiksa di tengah pemujaan.
Tiba-tiba, reporter Budiman (Egi Fedly) datang bersama Wisnu, Ari, dan Darto. Semuanya pun menyelamatkan diri dari kejaran Ibu dan para pocong di rumah susun tersebut. Menggunakan segala upaya yang Budiman ketahui, ia mencoba mengusir Ibu dan berharap tidak pernah menganggu keluarga Rini lagi.
Akhirnya, Rini, Toni, Bondi, Wisnu, Ari, Darto, dam Pak Budiman bisa lolos dari rumah susun tersebut dengan sebuah perahu karet di tengah genangan banjir besar.